Darmin: Enam Sektor Ekonomi Indonesia Tetap Bersinar kendati Pertumbuhan Global Lesu

Darmin: Enam Sektor Ekonomi Indonesia Tetap Bersinar kendati Pertumbuhan Global Lesu

Darmin
Bpk. Darmin, SE., MBA saat menyampaikan materi di kampus IT&B Medan

Medan. Jelasberita.com | Kendati perekonomian global telah melambat dan berlanjut lesu, Penasehat Investasi Darmin SE, MBA, CIMBA meyakini enam sektor ekonomi Indonesia tetap bersinar. Enam sektor tersebut antara lain perbankan, konstruksi, properti hunian dan komersil, semen, pembangunan jalan, dan makanan ternak.
“Kami meyakini meskipun pertumbuhan beberapa negara melambat dan The Federal Reserve AS tampaknya akan menaikkan rate pada 2015, ekonomi Indonesia tetap bangkit karena penurunan harga minyak dan tekad pemerintah akan menunjang pertumbuhan,” jelasnya dalam seminar “Prospek dan Tantangan Indonesia dan Global 2015”, diselenggarakan di Hall Kampus IT&B, Sabtu (31/1).
Keyakinan tersebut didasarkan pada tekad pemerintah yang benar-benar serius untuk meningkatkan kemudahan berbisnis serta penurunan harga minyak mentah. Apalagi sejumlah institusi yakni Dana Moneter Internasional (IMF), Bank Dunia (WB), dan Bank Pembangunan Asia (ADB), mengeluarkan porkas pertumbuhan yang optimis bagi Indonesia. Masing-masing meyakini pertumbuhan Tanah Air akan mencapai 5,5 persen, 5,6 persen, dan 5,7 persen, lebih tinggi daripada pertumbuhan 2014.
Seminat IT & B
Darmin, SE, MBA, CIMBA, Penasehat Investasi Panin Sekuritas tengah menyampaikan hasil riset Tim Riset Panin Sekuritas tentang proyeksi dan tantangan ekonomi Indonesia dan global 2015, di hadapan peserta seminar di Hall Kampus IT&B, Sabtu (30/1).
Di sektor perbankan, para pelaku pasar menyambut baik keputusan tegas Bank Indonesia (BI). Langkah proaktif BI untuk menaikkan rate menjadi 7,75 persen juga direspon pasar dengan baik. BI mendorong pemberian pinjaman bagi usaha kecil menengah dan memotivasi sektor perbankan untuk membiayai proyek-proyek infrastruktur. Dan, jumlah kredit bermasalah di bank-bank menyusut dan diyakini akan berlanjut pada tahun ini. Itu sebabnya, Tim Riset Panin yakin pinjaman untuk infrastruktur menjadi kunci pendongkrak kredit.
Di sektor konstruksi, penurunan subsidi bahan bakar yang dialokasikan untuk infrastruktur dan kesehatan akan menghasilkan efek multiplier dalam mendongkrak ekonomi domestik. Apalagi peringkat infrastruktur Indonesia yang masih di peringkat 72, itu artinya pemerintah sangat perlu untuk meningkatkan kemajuan infrastruktur, yang berimbas positif terhadap sektor konstruksi.
Di sektor telekomunikasi, pendapatan dari pesan teks dan pesan suara mencapai pertumbuhan paling pesat. Ke depannya, kunci utama pertumbuhan akan bergantung pada internet dan jaringan. Pemerintah telah mempertimbangkan untuk mengubah biaya USO dari 1,25 persen laba kotor sebagai persentase yang lebih rendah. Meski demikian, operator akan diwajibkan untuk berinvestasi pada USO guna mengembangkan sektor tersebut.
Di Sektor properti hunian dan komersil didukung stabilitas politik dan perbaikan makroekonomi pasca pemilihan. Kondisi yang kondusif memicu permintaan lahan industri. Reformasi yang dilakukan Presiden Jokowi mulai dari lisensi dan birokrasi berpotensi meningkatkan daya tarik internasional untuk berinvestasi di Indonesia. Ketertarikan perusahaan multinasional tampak ketika Samsung dan Mitsubishi berminat membangun pabrik Indonesia.
Di sektor semen, Penurunan harga minyak akan berdampak bagus terhadap semen. Lagi, upaya pemerintah untuk meningkatkan infrastruktur otomatis berdampak luas terhadap pemakaian semen.
Di sektor makanan ternak, sepanjang tahun 2014, harga jagung dan kedelai mencapai level terendah. Mengingat harga komoditas tersebut merosot tajam tahun lalu, Tim Panin Sekuritas yakin tahun ini performanya lebih baik. Peningkatan ini didukung perkiraan penguatan rupiah tahun ini dan kemajuan industri pada 2015.
Sedangkan beberapa sektor lain yang dinilai netral yaitu sektor barang konsumen dan ritel, otomotif, perkebunan, properti industri tambang dan logam, logistik, dan batubara. Beberapa sektor tersebut mengalami tekanan akibat ekonomi global tengah lesu dan perubahan moneter kerap terjadi di berbagai bank sentral.
Tahun ini, Amerika Serikat akan menjadi satu-satunya lokomotif ekonomi global. Pemulihan di Negeri Paman Sam itu kontras dengan Eropa, Jepang, dan Tiongkok. Uni Eropa sedang menghadapi ancaman deflasi dan krisis, bahkan potensi perpecahan politik di negara anggota. Jepang pun turut mengalami deflasi dan kelesuan. “Sektor komoditas pertanian dan pertambangan paling terkena imbas akibat permintaan dari Tiongkok, Eropa dan Jepang merosot,” ujar Darmin. (ti)
Baca Berita Serupa di Berita Investasi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan isi formulir

Samosir Pilihan Terbaik bagi Kamu Berpetualang Jelajahi Eksotisme Danau Toba

Danau Toba sangat luas. Terdiri dari 8 kabupaten. Jika kamu hanya punya libur dua hari rasanya tak cukup untuk eksplorasi banyak hal di Dana...