ASDP Wajibkan Penggunaan e-Money di Kawasan Danau Toba

 


Terbit di sini

PT

ASDP Wajibkan Penggunaan e-Money di Kawasan Danau Toba

NINNA.ID – Selama liburan wisatawan membanjiri pelabuhan-pelabuhan di Kawasan Danau Toba, khususnya di Pelabuhan Kapal Ferry Ihan Ajibata dan Ambarita. Volume penumpang terus meningkat dari tahun ke tahun.

Pada puncak liburan, PT ASDP (Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan) menghadapi tantangan untuk memberikan pelayanan prima kepada para wisatawan yang hendak menyeberang ke Samosir.

Syukurlah, pemerintah melalui Bank Indonesia (BI) mendorong penggunaan e-money atau uang elektronik. Dengan demikian, transaksi pembayaran tiket penyeberangan jadi lebih praktis. Para penumpang tidak perlu repot untuk menyediakan uang tunai saat antrian.

Operator Pelabuhan Ferry juga tidak perlu dipusingkan untuk mempersiapkan uang kembalian saat penumpang membeludak. Ini mengurangi beban kerja dinas perhubungan ketika wisatawan membanjiri pelabuhan.

PT ASDP Indonesia telah menerapkan cashless ticketing sejak 5 Juli 2021 di pelabuhan-pelabuhan Kapal Ferry di Kawasan Danau Toba. Cashless ticketing merupakan istilah pembayaran tiket tanpa uang tunai melainkan secara digital atau elektronik.

Kabid Dinas Perhubungan Kabupaten Samosir, Rikardo Sidabutar mengatakan, sosialisasi pembayaran tiket secara digital telah dilaksanakan sejak tahun lalu. Para pemangku kepentingan bersama para operator Ferry telah sepakat.

Sepakat untuk mensosialisasikan kepada publik mengenai aturan baru tersebut. Masa kampanye mengenalkan metode pembayaran baru lewat e-money menjadi tantangan bagi PT ASDP.

Proses peralihan ini mendatangkan pujian dan keluhan dari masyarakat. Bagi mereka yang sudah terbiasa dengan metode pembayaran cashless ticketing memuji PT ASDP dalam hal ini. Sebaliknya, bagi mereka yang tidak biasa dan tidak mengerti sama sekali mengeluh dengan metode pembayaran terbaru ini.

Manfaat Pembayaran Digital
Phantom Siahaan (49), wisatawan dari Medan, memuji upaya operator Pelabuhan Ihan Ajibata dan Ambarita. Ia mengatakan, metode pembayaran e-money lebih praktis.

Selama ini ia sudah merasakan sendiri manfaatnya menggunakan e-money yang biasa disebut kartu tol. Kartu ini sangat membantu karena ia tidak perlu mempersiapkan uang tiap kali melintas di jalan tol.

“Aku sudah biasa pakai kartu tol (Kartu Brizzi). Selalu sediakan saldo di kartu. Jadi, waktu tahu pembayaran tiket Kapal Ferry sekarang sudah cashless, aku siap saja sesuaikan. Ini cara yang bagus dan praktis. Kerenlah di kampung-kampung pun sudah pakai kartu tol bayar tiket kapal,” ujar Phantom memuji penggunaan e-money.

Wisatawan lain, Allin (38) yang juga warga Medan, menyampaikan hal serupa. Penggunaan uang elektronik ini membuat perjalanan liburan lebih praktis. Sebelum pakai uang elektronik, ia harus persiapkan uang pas untuk pembayaran tiket Kapal Ihan Batak.

Meski demikian, berdasarkan pengamatan PT ASDP, masih banyak masyarakat yang belum mengerti tentang pembayaran digital. Pengguna kartu e-money masih terbilang minim. Ditambah lagi penyediaan top up pulsa masih terbatas.

Pegawai PT ASDP menerangkan, salah satu kesulitan yang hingga kini masih dihadapi para penumpang di sekitar Pelabuhan Ambarita hanya satu bank yang menyediakan fasilitas top up yakni BRI.

“Tantangannya masih banyak masyarakat yang belum mengerti gunakan e-money. Selain itu, fasilitas penunjang e-money kan agak susah di pedesaan seperti di Ambarita,” terang Rikardo, Kepala Bidang ASDP Dinas Perhubungan (Dishub) Samosir.

Kampanye Cashless Ticketing Berlanjut
Sampai sekarang PT ASDP Indonesia terus mengkampanyekan metode pembayaran non tunai di pelabuhan-pelabuhan PT ASDP sepanjang Kawasan Danau Toba. Kampanye tersebut dilakukan dengan menginformasikan melalui akun sosial media, penjelasan atau pendekatan secara langsung kepada para pelanggan.

Kampanye juga dilakukan PT ASDP lewat banner, spanduk-spanduk yang mudah dibaca publik. Sejumlah agenda kerja pun diadakan agar semua operator Ferry siap untuk menerapkan pembayaran digital sepenuhnya.

Sejak pemberlakuan pembayaran digital ini dimulai, ASDP dan masyarakat merasakan perubahan positif. Masyarakat mengaku menaruh keyakinan pasti mengenai harga tiket.

Antrian menjadi lebih teratur jika penumpang membeludak. Pegawai Dinas Perhubungan pun mampu melayani masyarakat dengan tertib, terarah dan lebih prima.

Manfaat yang lebih spesifik lagi menurut Rikardo Sidabutar karena transaksi dijalankan secara online, pengarsipan manifes lebih terorganisir dan terjamin. Manifes merupakan dokumen yang berisi data penumpang, kendaraan, awak kapal, kargo dan lainnya yang masuk ke kapal.

Arsip ini dibutuhkan oleh ASDP sebagai historis data berangkat atau perginya Kapal Ferry. Apalagi selama masa pandemi pada 2021 hingga 2022 pemberlakuan cashless ticketing mengurangi kontak secara fisik. Dengan demikian, turut menekan penyebaran virus Corona.

Sejak metode baru dimulai, pembelian tiket secara tunai tidak diterima sama sekali. Bagi mereka yang tidak punya e-money, ASDP menolong para penumpang dalam hal pengadaan atau peminjaman e-money.

Penumpang tersebut akan diarahkan untuk membeli e-money seperti Brizzi atau kartu jenis lainnya. Alternatif lain, penumpang dapat meminjam atau memakai e-money yang disediakan oleh ASDP dan menggantinya sesuai nominal yang harus dibayarkan.

Dengan demikian, harapannya, perlahan-lahan masyarakat sudah menerima kebiasaan baru pembelian tiket lewat e-money, ujar Rikardo.

Sekalipun masih memberikan toleransi, bukan berarti toleransi tersebut akan terus berlanjut. ASDP menyatakan pembayaran digital keharusan. Bukan hanya ASDP, KemenPUPR sudah lebih dulu mewajibkan pembayaran digital kepada para pengguna jalan tol.

Menurut pegawai ASDP, selama ini kartu tol yang digunakan pengguna jalan tol menjadi salah satu instrumen pembayaran elektronik paling sering digunakan para penumpang di pelabuhan.

Setidaknya ada lima jenis kartu yang biasa dipakai masyarakat untuk pembayaran digital di Pelabuhan Ferry di antaranya Indomaret Card, BCA Flazz, BNI TapCash, dan BRIZZI. Para penumpang bebas menentukan jenis kartu electronic money mana yang mereka sukai.

Penetrasi E-Money Akan Bertambah
ASDP meyakini, penetrasi e-money akan terus meningkat jika penyedia top-up bertambah di sekitar pelabuhan-pelabuhan di Kawasan Danau Toba. Penyedia top up yang dimaksud seperti BRI, BNI, BCA dan bank lainnya yang ada di Kawasan Danau Toba.

Faktor lain yang dapat meningkatkan penetrasi tersebut yakni dukungan generasi muda. Manifes ASDP memperlihatkan umumnya generasi muda yang kerap liburan.

e-money 2
Pembayaran Tiket di Pelabuhan Ambarita gunakan e-money.(foto:damayanti)

Generasi ini bisa dijadikan sasaran kampanye penggunaan e-money. Mereka akan menjadi ujung tombak untuk menjelaskan ke orang tua atau anggota keluarga mereka untuk menerima penggunaan e-money.

Selain itu, merchant-merchant e-money perlu terlibat langsung mengedukasi publik cara menggunakan e-money. Mereka juga punya kemampuan besar memacu publik untuk segera beralih ke e-money dengan memberikan diskon atau penawaran menarik lainnya.

Selain itu, aturan yang mewajibkan masyarakat harus gunakan e-money diyakini akan berdampak besar. Penggunaan e-money meningkat setelah KemenPUPR mewajibkan pengguna jalan tol menggunakan e-money.

Hal yang sama dapat diikuti oleh instansi atau lembaga lainnya agar penetrasi e-money meningkat. Sebab, aturan menjadi pemicu masyarakat bertindak.

Dengan demikian, penggunaan e-money berlaku luas. Tidak hanya pada fasilitas Jalan Tol dan Pelabuhan ASDP. Tetapi dapat ditemukan di fasilitas-fasilitas lainnya di Kawasan Danau Toba. Entah itu di tiap destinasi wisata, hotel, restoran, toko-toko, sekolah, lokasi parkir dan lainnya. (Tulisan ini ditujukan kepada Bank Indonesia, untuk diikutsertakan dalam Lomba Karya Tulis Jurnalistik BI)

 

Penulis   : Damayanti Sinaga
Editor       : Mahadi Sitanggang

Mengenal Jahe Merah KYTa, Geoproduk dari Danau Toba

Jahe Merah KYTa, Geoproduk dari Danau Toba

Menge Mengenal Jh Mengenal Jahe Merah KYTa, Geoproduk daMeri Danau ToMenge

NINNA.ID – Tidak ada ekspresi surprise apalagi curiga di wajah Dame Maria Manurung, saat aku tiba di rumahnya. Sebelumnya, kami memang sudah komunikasi dan saling ingin kenal. Akhirnya, Rabu kemarin, aku langkahkan kaki ke Jalan Dwikora No 29 Sidorame, Medan, ke rumah produksi Jahe Merah KYTa, Geoproduk asli dari Danau Toba.

Kak Dame, begitu aku memanggilnya, menyambutku dengan senyum hangat. Walau berada di rumah produksi, aku tak merasakan aroma jahe di rumah itu. Bisa jadi karena produknya dikemas dengan sangat baik.

“Aku mulai usaha ini setelah anakku Anthony yang down sindrom meninggal. Selama pengobatan Anthony 3 tahun bersama kami, kami banyak memakai obat tradisional. Salah satunya jahe merah yang ternyata sangat banyak manfaatnya,” jelas Dame menceritakan dasar ia memilih jahe merah sebagai produk unggulan.

Awalnya, Dia Berniat Untuk Produksi Skala Kecil Bermodalkan Rp500 Ribu, Dengan Peralatan Seadanya Berupa Blender Dan Lesung. Belakangan, Bisnis Ini Cukup Berkembang Dan Mendapat Tanggapan Positif Dari Banyak Pihak.

Perlahan-lahan ia mulai membeli mesin-mesin dengan mencicilnya. Belakangan ini, ia mendapatkan bantuan dari Institut Teknologi Del berupa berupa mesin pencuci jahe sekaligus pengupas jahe.

Dame mengatakan, untuk bahan pembuatan jahe merah KYTa dibeli dari Kelurahan Pematang Raya. Di Kabupaten Simalungun itu, pasaran jahe merah lumayan terjangkau. Penduduk sekitar di daerah tersebut, kata Dame, malah sering menawarkannya agar memborong jahe mereka.

“Sering para petani mendesak ke saya karena butuh duit. Sementara bahan baku saya masih ada. Kalau ada orderan untuk jahe merah mentah datang entah dari mana, saya pun mau duluankan duit ke petani. Selebihnya saya yang urusi untuk mendistribusikannya ke pihak yang membutuhkan,” Dame sekilas menceritakan kesulitan yang dihadapi para petani saat panen jahe membeludak.

Hubungan yang baik dengan petani itu, terkadang menjadikannya, sesekali sebagai distributor jahe merah mentah. Namun niat utamanya tetap berbisnis bubuk Jahe Merah KYTa, karena usaha yang sudah dirintisnya sejak 5 tahun lalu itu lebih menjanjikan. Apalagi dia beranggapan, usahanya itu berperan penting untuk kesehatan banyak orang.

Wanita yang juga berkecimpung pada dunia pendidikan mengatakan, senang bisa berkontribusi dalam menyerap hasil bumi di Simalungun. Penyerapan hasil bumi tersebut harapannya berdampak terhadap penduduk lokal di Kawasan Danau Toba secara ekonomi.

Saat ini, produksi Jahe Merah KYTa berlokasi di Medan. Namun, mengingat produknya itu berbahan asli dari kawasan Geopark Kaldera Toba (sehingga disebut Geoproduk), dia berkeinginan membangun usaha Jahe Merah KYTa di salah satu kawasan Danau Toba.

Untuk saat ini sejumlah kendala yang ia hadapi antara lain terkait pemasaran. Ia berharap bisa menemukan rekan bisnis yang bisa diajak kerjasama menjadi reseller, distributor dan agen pemasaran guna meningkatkan penjualannya.

Dalam waktu dekat ini, ia berharap lulus BPOM. Dengan demikian, produknya sudah bisa diekspor rutin ke luar negeri. Ia sudah menjalani kurasi produk. Ada pihak yang siap menjadi agen distributornya di luar negeri.

“Tinggal menunggu kabar dari BPOM. Setelahnya, produk KYTa siap dipasarkan ke luar negeri secara rutin,” jelasnya.

Beberapa tahun terakhir, ia sudah pernah mengirim sejumlah produknya ke beberapa tempat. Bahkan ada pria suku Batak yang tinggal di Amerika Serikat memesan produknya. Ia pun senang mendapat testimoni bagus dari pria bermarga Sitorus tersebut.

Selama ini secara pemasaran, produk ini didistribusikan ke rumah tangga, kedai kopi, warung kelontong, grosir, dan diperkenalkan ke instansi pemerintah, kesehatan dan perbankan. Harganya bervariasi sesuai dengan kemasan. Ukuran saset kecil sekali seduh hanya Rp5000. Untuk informasi mengenai produk atau mau order produk ini bisa menghubungi Dame Manurung melalui 0853-7062-6383.

Samosir Pilihan Terbaik bagi Kamu Berpetualang Jelajahi Eksotisme Danau Toba

Danau Toba sangat luas. Terdiri dari 8 kabupaten. Jika kamu hanya punya libur dua hari rasanya tak cukup untuk eksplorasi banyak hal di Dana...