Tampilkan postingan dengan label Danau Toba. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Danau Toba. Tampilkan semua postingan

Samosir Pilihan Terbaik bagi Kamu Berpetualang Jelajahi Eksotisme Danau Toba


Danau Toba sangat luas. Terdiri dari 8 kabupaten. Jika kamu hanya punya libur dua hari rasanya tak cukup untuk eksplorasi banyak hal di Danau Toba. Jika kamu berjiwa petualang maka Samosir yang terbaik untuk kamu jelajahi eksotisme Danau Toba.

Tujuh kabupaten lainnya juga menawarkan hal yang sama. Hanya, jika kamu ingin dapat pengalaman banyak dalam waktu singkat maka Samosir pilihan terbaik buatmu.

Ini bukan sekadar promosi Samosir belaka. Sejumlah teman dan tamuku juga menyatakan hal serupa.

Mereka mengatakan Samosir destinasi super lengkap. Beberapa di antaranya pengakuan dua wanita yang bekerja di sebuah organisasi kemanusiaan di Jakarta.

Di awal mereka sudah rencanakan liburan 3 hari 2 malam di Parapat. Akan tetapi, setelah mereka tiba di Parapat mereka berubah pikiran. Bisa jadi karena mereka ingin melihat seperti apa Samosir itu.

[caption id="attachment_30358" align="alignnone" width="571"]Kegiatan di Danau Toba Berpose dengan latar pemandangan Danau Toba bagian Ajibata[/caption]

Sekalipun sudah terlanjur membayar lunas kamar untuk dua malam, mereka berdua memutuskan untuk eksplor Samosir 2 hari 1 malam.

[caption id="attachment_30359" align="alignnone" width="571"]PANATAPAN SINAPURAN Panatapan Sinapuran Simanindo yang mereka singgahi selama di Samosir (foto: istimewa)[/caption]

Hari pertama mereka tiba di Parapat mereka istirahat karena tiba sudah sore. Esok paginya mereka mengeksplor Bukit Senyum di Motung Ajibata dan The Kaldera di Sibisa.

Di siang hari mereka mengeksplor Samosir berangkat dari Pelabuhan Kapal Kayu Tigaraja menuju Homestay Jabu SiRulo Samosir.

Sebelum tiba di penginapan, mereka sangat menikmati bersepeda motor yang juga ku awasi dari kaca spion sepeda motorku.

Ku ajak singgah ke Panatapan Sinapuran Simanindo. Saat itu memang cukup terik dan ada pengunjung selain kami.

Dari raut wajah mereka aku perhatikan mereka kagum melihat pemandangan di depan mereka.

Tak lama kemudian ku ajak turun menuju kampung tidak jauh dari Panatapan Sinapuran.

Warga setempat ramah dan mengizinkan kami untuk melihat-lihat, mengambil foto Rumah Batak.

[caption id="attachment_29147" align="alignnone" width="1280"]Panatapan Sinapuran Simanindo Deretan Rumah Batak yang terlihat dari Panatapan Sinapuran Simanindo (foto: Damayanti)[/caption]

Di kesempatan itu, aku jelaskan ke kedua wanita ini mengapa Rumah Batak bentuknya layaknya perahu. Mengapa ada patung kepala kerbau atau ukiran cicak di hampir tiap ukiran Rumah Batak.

Usai dari Panatapan Sinapuran lalu kami pun beranjak menuju Homestay Jabu SiRulo. Hanya sebentar istirahat. Kami pun melanjutkan perjalanan menuju Bukit Burung.

Karena salah satu dari mereka ku amati sangat kuat secara fisik dan tampaknya senang eksplorasi alam, ku putuskan bawa mereka ke Bukit Burung.

Tepat tebakanku! Keduanya sangat jatuh hati dengan spot ini.

Tiap kesini bawa kawan atau tamu aku biasanya hanya duduk memandang Danau Toba yang begitu memukau.

Senang saja duduk sampai bahkan berjam-jam sembari menikmati cemilan atau minuman.
Tapi bersama kedua wanita ini aku harus menjawab tantangan untuk trekking.

Kami trekking sampai 15 menit di jalur yang belum lama ini dibuka. Foto bisa menunjukkan jalur yang kami lalui.

Berulang kali mereka mengambil foto dari berbagai sudut dan berbagai pose.

Sekalipun akses ke Bukit Burung ada yang tidak begitu bagus mereka tampak sangat menikmati senja saat itu.

Bahkan berencana untuk camping di sana kelak jika kembali lagi ke Samosir.
Dari Bukit Burung kami turun menuju Pemandian Aek Rangat.

Hari itu karena hari libur, Pemandian Aek Rangat padat. Kami memutuskan untuk memilih tempat yang tidak begitu padat pengunjung.

Tapi sama saja, di tiap tempat nyaris sama padatnya.

Sembari menikmati berendam di Aek Rangat aku pun cerita tentang luar biasanya Danau Toba yang memiliki banyak hal untuk bisa dinikmati.

Tidak hanya air tawar Danau Toba, gunungnya menghasilkan air panas yang dapat menyembuhkan beragam penyakit kulit.

Dari Aek Rangat kami juga singgah untuk berburu oleh-oleh di Pusat Oleh-Oleh di Pangururan. Setelahnya kami kembali ke Homestay Jabu SiRulo.

Keesokan paginya, kegiatan mereka dilanjutkan dengan olahraga mengayuh perahu Kano.

[caption id="attachment_30360" align="alignnone" width="1920"]NAIK KANO di sirulo Kedua tamu mendayung perahu Kano di Danau Toba di Pantai SiRulo (foto: Damayanti)[/caption]

Mereka sangat menikmati mengayuh perahu Kano hingga jauh dari pandangan mataku.

Rasanya mereka sudah terbiasa mengayuh perahu Kano.

Seusai menikmati mengayuh perahu Kano, mereka pun sarapan dan siap-siap untuk kembali ke Parapat lalu menuju Kualanamu.

[caption id="attachment_30361" align="alignnone" width="571"]MIE GOMAK DI SIRULO Menu sarapan di Homestay Jabu SiRulo (foto: istimewa)[/caption]

Setelah tiba Kualanamu dan bahkan tiba di Jakarta, mereka mengatakan mereka tidak menyesal telah memutuskan untuk ganti rencana perjalanan mendadak.

[caption id="attachment_30362" align="alignnone" width="571"]SARAPAN DI SIRULO Menu sarapan di Homestay Jabu SiRulo (foto: istimewa)[/caption]

Sekalipun mereka terlanjur bayar kamar untuk 2 malam di Parapat dan terpaksa harus mengeluarkan uang tambahan untuk kamar di homestay, menyebrang dan rental sepeda motor, mereka puas.

[caption id="attachment_30366" align="alignnone" width="571"]Pemanandangan di Pantai SiRulo Pemanandangan di Pantai SiRulo[/caption]

Mereka puas bisa nikmati petulangan jelajahi eksostisme Danau Toba.

Mereka mengatakan dari tiga kabupaten yang mereka lintasi Simalungun, Toba dan Samosir, pilihan terbaik mereka adalah Samosir.

[caption id="attachment_30363" align="alignnone" width="1600"]GISELE Ayu dari Jakarta Kedua tamu dari Jakarta tiba di Kualanamu dan menyatakan sangat menyukai Samosir (foto: istimewa)[/caption]

Samosir menyuguhkan paket lengkap bagi mereka berdua yang senang berpetualang.

Bisa eksplorasi Rumah Batak di Sinapuran Simanindo, trekking ke Bukit Burung, berendam di Aek Rangat Pangururan, mendayung perahu Kano di Pantai SiRulo dan menikmati menjelajahi Samosir dengan bersepeda motor. Mereka rasa itu sangat seru dan pengalaman tak terlupakan!

Penulis: Damayanti Sinaga
Editor: Damayanti Sinaga

ASDP Wajibkan Penggunaan e-Money di Kawasan Danau Toba

 


Terbit di sini

PT

ASDP Wajibkan Penggunaan e-Money di Kawasan Danau Toba

NINNA.ID – Selama liburan wisatawan membanjiri pelabuhan-pelabuhan di Kawasan Danau Toba, khususnya di Pelabuhan Kapal Ferry Ihan Ajibata dan Ambarita. Volume penumpang terus meningkat dari tahun ke tahun.

Pada puncak liburan, PT ASDP (Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan) menghadapi tantangan untuk memberikan pelayanan prima kepada para wisatawan yang hendak menyeberang ke Samosir.

Syukurlah, pemerintah melalui Bank Indonesia (BI) mendorong penggunaan e-money atau uang elektronik. Dengan demikian, transaksi pembayaran tiket penyeberangan jadi lebih praktis. Para penumpang tidak perlu repot untuk menyediakan uang tunai saat antrian.

Operator Pelabuhan Ferry juga tidak perlu dipusingkan untuk mempersiapkan uang kembalian saat penumpang membeludak. Ini mengurangi beban kerja dinas perhubungan ketika wisatawan membanjiri pelabuhan.

PT ASDP Indonesia telah menerapkan cashless ticketing sejak 5 Juli 2021 di pelabuhan-pelabuhan Kapal Ferry di Kawasan Danau Toba. Cashless ticketing merupakan istilah pembayaran tiket tanpa uang tunai melainkan secara digital atau elektronik.

Kabid Dinas Perhubungan Kabupaten Samosir, Rikardo Sidabutar mengatakan, sosialisasi pembayaran tiket secara digital telah dilaksanakan sejak tahun lalu. Para pemangku kepentingan bersama para operator Ferry telah sepakat.

Sepakat untuk mensosialisasikan kepada publik mengenai aturan baru tersebut. Masa kampanye mengenalkan metode pembayaran baru lewat e-money menjadi tantangan bagi PT ASDP.

Proses peralihan ini mendatangkan pujian dan keluhan dari masyarakat. Bagi mereka yang sudah terbiasa dengan metode pembayaran cashless ticketing memuji PT ASDP dalam hal ini. Sebaliknya, bagi mereka yang tidak biasa dan tidak mengerti sama sekali mengeluh dengan metode pembayaran terbaru ini.

Manfaat Pembayaran Digital
Phantom Siahaan (49), wisatawan dari Medan, memuji upaya operator Pelabuhan Ihan Ajibata dan Ambarita. Ia mengatakan, metode pembayaran e-money lebih praktis.

Selama ini ia sudah merasakan sendiri manfaatnya menggunakan e-money yang biasa disebut kartu tol. Kartu ini sangat membantu karena ia tidak perlu mempersiapkan uang tiap kali melintas di jalan tol.

“Aku sudah biasa pakai kartu tol (Kartu Brizzi). Selalu sediakan saldo di kartu. Jadi, waktu tahu pembayaran tiket Kapal Ferry sekarang sudah cashless, aku siap saja sesuaikan. Ini cara yang bagus dan praktis. Kerenlah di kampung-kampung pun sudah pakai kartu tol bayar tiket kapal,” ujar Phantom memuji penggunaan e-money.

Wisatawan lain, Allin (38) yang juga warga Medan, menyampaikan hal serupa. Penggunaan uang elektronik ini membuat perjalanan liburan lebih praktis. Sebelum pakai uang elektronik, ia harus persiapkan uang pas untuk pembayaran tiket Kapal Ihan Batak.

Meski demikian, berdasarkan pengamatan PT ASDP, masih banyak masyarakat yang belum mengerti tentang pembayaran digital. Pengguna kartu e-money masih terbilang minim. Ditambah lagi penyediaan top up pulsa masih terbatas.

Pegawai PT ASDP menerangkan, salah satu kesulitan yang hingga kini masih dihadapi para penumpang di sekitar Pelabuhan Ambarita hanya satu bank yang menyediakan fasilitas top up yakni BRI.

“Tantangannya masih banyak masyarakat yang belum mengerti gunakan e-money. Selain itu, fasilitas penunjang e-money kan agak susah di pedesaan seperti di Ambarita,” terang Rikardo, Kepala Bidang ASDP Dinas Perhubungan (Dishub) Samosir.

Kampanye Cashless Ticketing Berlanjut
Sampai sekarang PT ASDP Indonesia terus mengkampanyekan metode pembayaran non tunai di pelabuhan-pelabuhan PT ASDP sepanjang Kawasan Danau Toba. Kampanye tersebut dilakukan dengan menginformasikan melalui akun sosial media, penjelasan atau pendekatan secara langsung kepada para pelanggan.

Kampanye juga dilakukan PT ASDP lewat banner, spanduk-spanduk yang mudah dibaca publik. Sejumlah agenda kerja pun diadakan agar semua operator Ferry siap untuk menerapkan pembayaran digital sepenuhnya.

Sejak pemberlakuan pembayaran digital ini dimulai, ASDP dan masyarakat merasakan perubahan positif. Masyarakat mengaku menaruh keyakinan pasti mengenai harga tiket.

Antrian menjadi lebih teratur jika penumpang membeludak. Pegawai Dinas Perhubungan pun mampu melayani masyarakat dengan tertib, terarah dan lebih prima.

Manfaat yang lebih spesifik lagi menurut Rikardo Sidabutar karena transaksi dijalankan secara online, pengarsipan manifes lebih terorganisir dan terjamin. Manifes merupakan dokumen yang berisi data penumpang, kendaraan, awak kapal, kargo dan lainnya yang masuk ke kapal.

Arsip ini dibutuhkan oleh ASDP sebagai historis data berangkat atau perginya Kapal Ferry. Apalagi selama masa pandemi pada 2021 hingga 2022 pemberlakuan cashless ticketing mengurangi kontak secara fisik. Dengan demikian, turut menekan penyebaran virus Corona.

Sejak metode baru dimulai, pembelian tiket secara tunai tidak diterima sama sekali. Bagi mereka yang tidak punya e-money, ASDP menolong para penumpang dalam hal pengadaan atau peminjaman e-money.

Penumpang tersebut akan diarahkan untuk membeli e-money seperti Brizzi atau kartu jenis lainnya. Alternatif lain, penumpang dapat meminjam atau memakai e-money yang disediakan oleh ASDP dan menggantinya sesuai nominal yang harus dibayarkan.

Dengan demikian, harapannya, perlahan-lahan masyarakat sudah menerima kebiasaan baru pembelian tiket lewat e-money, ujar Rikardo.

Sekalipun masih memberikan toleransi, bukan berarti toleransi tersebut akan terus berlanjut. ASDP menyatakan pembayaran digital keharusan. Bukan hanya ASDP, KemenPUPR sudah lebih dulu mewajibkan pembayaran digital kepada para pengguna jalan tol.

Menurut pegawai ASDP, selama ini kartu tol yang digunakan pengguna jalan tol menjadi salah satu instrumen pembayaran elektronik paling sering digunakan para penumpang di pelabuhan.

Setidaknya ada lima jenis kartu yang biasa dipakai masyarakat untuk pembayaran digital di Pelabuhan Ferry di antaranya Indomaret Card, BCA Flazz, BNI TapCash, dan BRIZZI. Para penumpang bebas menentukan jenis kartu electronic money mana yang mereka sukai.

Penetrasi E-Money Akan Bertambah
ASDP meyakini, penetrasi e-money akan terus meningkat jika penyedia top-up bertambah di sekitar pelabuhan-pelabuhan di Kawasan Danau Toba. Penyedia top up yang dimaksud seperti BRI, BNI, BCA dan bank lainnya yang ada di Kawasan Danau Toba.

Faktor lain yang dapat meningkatkan penetrasi tersebut yakni dukungan generasi muda. Manifes ASDP memperlihatkan umumnya generasi muda yang kerap liburan.

e-money 2
Pembayaran Tiket di Pelabuhan Ambarita gunakan e-money.(foto:damayanti)

Generasi ini bisa dijadikan sasaran kampanye penggunaan e-money. Mereka akan menjadi ujung tombak untuk menjelaskan ke orang tua atau anggota keluarga mereka untuk menerima penggunaan e-money.

Selain itu, merchant-merchant e-money perlu terlibat langsung mengedukasi publik cara menggunakan e-money. Mereka juga punya kemampuan besar memacu publik untuk segera beralih ke e-money dengan memberikan diskon atau penawaran menarik lainnya.

Selain itu, aturan yang mewajibkan masyarakat harus gunakan e-money diyakini akan berdampak besar. Penggunaan e-money meningkat setelah KemenPUPR mewajibkan pengguna jalan tol menggunakan e-money.

Hal yang sama dapat diikuti oleh instansi atau lembaga lainnya agar penetrasi e-money meningkat. Sebab, aturan menjadi pemicu masyarakat bertindak.

Dengan demikian, penggunaan e-money berlaku luas. Tidak hanya pada fasilitas Jalan Tol dan Pelabuhan ASDP. Tetapi dapat ditemukan di fasilitas-fasilitas lainnya di Kawasan Danau Toba. Entah itu di tiap destinasi wisata, hotel, restoran, toko-toko, sekolah, lokasi parkir dan lainnya. (Tulisan ini ditujukan kepada Bank Indonesia, untuk diikutsertakan dalam Lomba Karya Tulis Jurnalistik BI)

 

Penulis   : Damayanti Sinaga
Editor       : Mahadi Sitanggang

Mengenal Jahe Merah KYTa, Geoproduk dari Danau Toba

Jahe Merah KYTa, Geoproduk dari Danau Toba

Menge Mengenal Jh Mengenal Jahe Merah KYTa, Geoproduk daMeri Danau ToMenge

NINNA.ID – Tidak ada ekspresi surprise apalagi curiga di wajah Dame Maria Manurung, saat aku tiba di rumahnya. Sebelumnya, kami memang sudah komunikasi dan saling ingin kenal. Akhirnya, Rabu kemarin, aku langkahkan kaki ke Jalan Dwikora No 29 Sidorame, Medan, ke rumah produksi Jahe Merah KYTa, Geoproduk asli dari Danau Toba.

Kak Dame, begitu aku memanggilnya, menyambutku dengan senyum hangat. Walau berada di rumah produksi, aku tak merasakan aroma jahe di rumah itu. Bisa jadi karena produknya dikemas dengan sangat baik.

“Aku mulai usaha ini setelah anakku Anthony yang down sindrom meninggal. Selama pengobatan Anthony 3 tahun bersama kami, kami banyak memakai obat tradisional. Salah satunya jahe merah yang ternyata sangat banyak manfaatnya,” jelas Dame menceritakan dasar ia memilih jahe merah sebagai produk unggulan.

Awalnya, Dia Berniat Untuk Produksi Skala Kecil Bermodalkan Rp500 Ribu, Dengan Peralatan Seadanya Berupa Blender Dan Lesung. Belakangan, Bisnis Ini Cukup Berkembang Dan Mendapat Tanggapan Positif Dari Banyak Pihak.

Perlahan-lahan ia mulai membeli mesin-mesin dengan mencicilnya. Belakangan ini, ia mendapatkan bantuan dari Institut Teknologi Del berupa berupa mesin pencuci jahe sekaligus pengupas jahe.

Dame mengatakan, untuk bahan pembuatan jahe merah KYTa dibeli dari Kelurahan Pematang Raya. Di Kabupaten Simalungun itu, pasaran jahe merah lumayan terjangkau. Penduduk sekitar di daerah tersebut, kata Dame, malah sering menawarkannya agar memborong jahe mereka.

“Sering para petani mendesak ke saya karena butuh duit. Sementara bahan baku saya masih ada. Kalau ada orderan untuk jahe merah mentah datang entah dari mana, saya pun mau duluankan duit ke petani. Selebihnya saya yang urusi untuk mendistribusikannya ke pihak yang membutuhkan,” Dame sekilas menceritakan kesulitan yang dihadapi para petani saat panen jahe membeludak.

Hubungan yang baik dengan petani itu, terkadang menjadikannya, sesekali sebagai distributor jahe merah mentah. Namun niat utamanya tetap berbisnis bubuk Jahe Merah KYTa, karena usaha yang sudah dirintisnya sejak 5 tahun lalu itu lebih menjanjikan. Apalagi dia beranggapan, usahanya itu berperan penting untuk kesehatan banyak orang.

Wanita yang juga berkecimpung pada dunia pendidikan mengatakan, senang bisa berkontribusi dalam menyerap hasil bumi di Simalungun. Penyerapan hasil bumi tersebut harapannya berdampak terhadap penduduk lokal di Kawasan Danau Toba secara ekonomi.

Saat ini, produksi Jahe Merah KYTa berlokasi di Medan. Namun, mengingat produknya itu berbahan asli dari kawasan Geopark Kaldera Toba (sehingga disebut Geoproduk), dia berkeinginan membangun usaha Jahe Merah KYTa di salah satu kawasan Danau Toba.

Untuk saat ini sejumlah kendala yang ia hadapi antara lain terkait pemasaran. Ia berharap bisa menemukan rekan bisnis yang bisa diajak kerjasama menjadi reseller, distributor dan agen pemasaran guna meningkatkan penjualannya.

Dalam waktu dekat ini, ia berharap lulus BPOM. Dengan demikian, produknya sudah bisa diekspor rutin ke luar negeri. Ia sudah menjalani kurasi produk. Ada pihak yang siap menjadi agen distributornya di luar negeri.

“Tinggal menunggu kabar dari BPOM. Setelahnya, produk KYTa siap dipasarkan ke luar negeri secara rutin,” jelasnya.

Beberapa tahun terakhir, ia sudah pernah mengirim sejumlah produknya ke beberapa tempat. Bahkan ada pria suku Batak yang tinggal di Amerika Serikat memesan produknya. Ia pun senang mendapat testimoni bagus dari pria bermarga Sitorus tersebut.

Selama ini secara pemasaran, produk ini didistribusikan ke rumah tangga, kedai kopi, warung kelontong, grosir, dan diperkenalkan ke instansi pemerintah, kesehatan dan perbankan. Harganya bervariasi sesuai dengan kemasan. Ukuran saset kecil sekali seduh hanya Rp5000. Untuk informasi mengenai produk atau mau order produk ini bisa menghubungi Dame Manurung melalui 0853-7062-6383.

Pantai Kasih Parapat

 Pantai Kasih Parapat

Pantai Kasih merupakan salah satu pantai yang dibuka untuk umum di Jalan Marihat Parapat, Simalungun. Dari titik nol Parapat Pantai Bebas sekitar 1,5 km lagi menuju pantai ini. Pantai ini dikelola oleh masyarakat lokal. Di pantai ini juga tersedi wahana Waterfun.

Pantai Kasih Parapat

Dari namanya kasih, pengelola berharap para tamu bisa merasakan kasih selama berkunjung ke pantai ini. Ditambah dengan suasana pantai yang asri. Di siang hari saat cuaca cerah merupakan momen yang cocok untuk mengabadikan foto. Di sore hari juga, saat matahari akan terbenam. Suasana hati pasti damai saat melihat matahari terbenam di pantai.

Dari pantai ini kamu bisa Pantai Bebas, hutan di sekeliling Parapat, memandang kapal-kapal yang berlewatan di danau. Melihat barisan hotel, restoran dan aktivitas masyarakat di sepanjang pantai.

Pantai ini sudah lama ada. Dahulu kala tahun 2000-an menjadi pantai favorit wisatawan. Saat pariwisata Parapat sangat jaya, pantai ini selalu dipenuhi pengunjung terutama pada saat akhir pekan dan liburan panjang. Pantai ini juga ramah terhadap anak-anak. Tidak perlu khawatir mengaja anak-anak berenang karena pantainya cukup dangkal buat mereka.

Pengelola Pantai Kasih mengatakan pihaknya tidak menerapkan tiket masuk. Tapi dikenakan sewa tikar, harga bergantung ukuran tikar. Sewa ban Rp10ribu. Sewa bebek dayung Rp50ribu per jam. Ke toilet juga bayar. Untuk kendaraan Rp.20ribu. Harga ini mungkin akan berubah sewaktu-waktu bergantung kebijakan pengelola Pantai Kasih.

Biasanya pantai ini buka setiap Minggu atau hari-hari libur. Jam buka mulai  08.00 WIB hingga pukul 18.00 WIB. Objek wisata Water Fun Pantai Kasih buka setiap hari baik weekend maupun weekday. Waktu terbaik untuk berkunjung ke pantai ini tentunya Minggu. Sebab para pengunjung tengah ramai dan semua wahana air tersedia.

Akses ke pantai ini tidak sulit. Biasanya para pengelola pantai, khususnya Pantai Kasih akan menyambut dan menawarkan para tamu yang lewat gerbang Parapat untuk singgah ke pantai ini.        

Jika nanti saat liburan kamu terjebak macet selama di Parapat atau di Pelabuhan. Lantas jenuh dengan suasana macet, pantai ini paling cepat untuk kamu membebaskan diri. Yuk main ke pantai! Sebagai pengingat lagi, jangan buah sampah sembarangan ya kawan-kawan. Danau Toba itu milik kita bersama. 


Sudah terbit di https://www.ninna.id/pantai-kasih-parapat-yang-ramah-untuk-anak/

Desa Sihotang, Indah dan Sejuk

 Desa Sihotang, Indah dan Sejuk

            Saat itu kami penasaran dengan sebuah bukit yang sangat populer diposting di kanal media sosial. Kebetulan saat itu aku lagi berkunjung ke rumah seorang kakak yang tinggal di Desa Rianiate, Pangururan. Jadi, kami memutuskan berkunjung ke bukit tersebut. Untuk mempersingkat perjalanan, kami menyebrang dari Pelabuhan Pintu Batu menuju Pelabuhan Sihotang. Seingatku tarif kapal Rp5ribu per orang. Demikian juga dengan tarif sepeda motor.

           

Kak Reynita dan  Maktua

Desa Sihotang

 Kapalnya lebih kecil dibandingkan kapal penumpang yang umum digunakan seperti di Pelabuhan Tomok. Jarak pandang dari tempat duduk ke air juga dekat. Dari Pelabuhan ini saja aku sudah merasa perjalanan kami luar biasa. Aku bisa melihat perbukitan di sekitar Danau Toba saat sedang menyebrang. Cuaca saat itu juga mendukung perjalanan kami.

            Sesampainya di Desa Sihotang, kami memotret keindahan alam di sekeliling. Aku lihat foto dengan latar bukit di sekitar Pelabuhan ini keren. Setelah berfoto ria kami melanjutkan perjalanan menuju bukit yang ingin kami kunjungi itu. Namun, selama perjalanan, aku terperangah melihat suasana Desa Sihotang. Indah, sejuk dan damai rasanya memandang desa tersebut. Saking indahnya, kami memutuskan untuk berhenti sebentar dan berfoto.

            Akan tetapi, jalan di sini tidak begitu bagus. Tapi kami masih bisa melewatinya dengan sepeda motor matic. Beberapa hal yang menarik di desa ini pematang sawah padinya kiri dan kanan, bukit-bukit yang mirip seperti di kartun Teletubbies diselimuti danau, dan perkampungan. Pepohonan di sini juga cukup banyak. Itu menambah kesejukan desa. Saat kami lewat, kami melihat warga sekitar sedang bekerja memanen padi. Aku bergumam melihat desa ini dan menyimpulkan desa ini punya potensi wisata.

            Suasana rileks di desa ini bikin kita tidak ingin segera beranjak. Sayangnya, tidak ada tempat duduk bagi wisatawan. Namun, kami memilih duduk di sisi jalan ada tembok sawah yang terbuat dari beton. Salah satu alasan mengapa UNESCO memberikan gelar Geopark untuk Kawasan Danau Toba karena alamnya begitu indah. Keindahan alam ini patut kita syukuri karena tidak semua orang di bumi bisa menikmatinya.

Setelah menikmati keindahan desa ini kami melanjutkan perjalanan menuju Bukit Holbung dan Bukit Sibea-Bea. Selama perjalanan kami seharian, aku sangat ingat pemandangan desa itu. Suasana desa itu begitu berkesan. Jika nanti kamu hendak mengunjungi Bukit Holbung dan Sibea-bea, yang jarak keduanya tidak begitu jauh satu sama lain, sempatkanlah singgah ke desa ini. Apalagi mengingat tidak ada tarif masuk ke desa ini. Tapi ingat kita harus menjaga sopan santun karena kita masuk ke desa dengan budaya yang berbeda.

Merindukan Berwisata Murah di Danau Toba

Merindukan Berwisata Murah di Danau Toba

                14 April 2019 aku terbang melalui Bandara Silangit menuju Kuala Lumpur. Saat itu aku senang sekali mendapat tiket murah dari AirAsia. Seingatku tiket pergi sekitar 150ribu. Tiket pulang sekitar 250ribu. Biaya bagasi untuk 20kg saat itu sekitar 100ribu. Aku bersama seorang kawan berangkat dari Parapat. Total biaya penerbangan pulang pergi ditambah pajak hanya Rp1,17juta.

                Sebelumnya aku hampir tidak percaya dengan harga tiket semurah itu. Aku membandingkan dengan harga taksi Parapat-Medan saja saat itu 100ribu. Namun, belakangan aku yakin karena semua terkomputerisasi dengan rapi. Dari Parapat menuju Bandara Silangit kami menggunakan Bus Damri yang berangkat jam 6 pagi. Ongkos kami saat itu 65ribu per orang. Tahun itu masih tahun awal Bus Damri beroperasi di Ajibata melayani rute ke Silangit.

                Bisa jadi karena belum banyak yang promosikan Bus Damri ini, hanya ada 3 penumpang saat kami berangkat. Aku, kawanku dan seorang bapak yang punya tujuan yang sama-ke Silangit.  Sekalipun hanya 3 saja penumpang, Bus Damri konsisten untuk mengikuti jadwal sehingga kami tiba sesuai prediksi kami. Tiba di Silangit, kami merasakan suasana Bandara yang berbeda. Berbeda karena posisi Silangit dikelilingi pepohonan. Saat itu rasanya sejuk sekali.

                Paling tidak terlupakan saat kami mendengar pengumuman disampaikan dalam Bahasa Batak Toba. Itu buatku merasa Bahasa Batak go internasional. Sekalipun berukuran kecil, Silangit sudah maksimal dalam pelayanan. Saat kami berada di ruang tunggu, kami melihat sejumlah wisatawan mancanegara. Aku memberanikan diri untuk menyapa mereka yang duduk di sampingku.

Seorang wanita muda warga Malaysia bercerita dia sudah ke Samosir menginap di TukTuk. Ada sebuah keluarga dari Malaysia juga habiskan 3 hari libur di TukTuk. Mereka sangat senang dan berharap bisa kembali lagi ke TukTuk. Aku tersenyum ikut senang mereka menyukai Samosir, kampung halaman orang tuaku.

Suasana di Bandara Silangit saat itu tenang. Tidak terkesan seperti Bandara yang selama ini ku kenal begitu sibuk. Perasaan tenang dan sejuk yang kurasakan seketika berubah. Begitu tiba di Kuala Lumpur Internasional Airport (KLIA), kulitku terasa kena bakar karena suhu begitu panas. Berbeda sekali dengan suasana di Silangit, bandara ini sangat sibuk dan ramai.

Terbesit di hatiku, pantas saja wisman tadi mau balik lagi ke TukTuk, itu pasti karena suasana di TukTuk begitu nyaman dan tenang buat mereka. Selama di Malaysia berkelana aku malah merindukan suasana di Kawasan Danau Toba. Pernah diajak seorang kawan ke Bukit Broga mendaki bukit dan menyusuri hutan.

Kawanku bilang itu lokasi favorit buat wisatawan mancanegara karena tidak jauh dari KLIA. Aku tertawa dalam hatiku karena kesana sama saja seperti aku sedang pergi ke ladang. Di areal parkir Bukit tersebut justru kebun sawit, bukan hutan seperti yang ada dalam benakku. Saat itu terbesit di hatiku,”Wah, Indonesia, khususnya warga Sumut pantas bersyukur punya potensi alam berlimpah,”.

Lebih Mahal

                Setelah menghabiskan waktu di Malaysia, aku balik tanggal 19 April 2019. Saat itu aku selalu saja duduk dekat dengan seorang wanita keturunan Chinese warga Malaysia. Mulai dari ruang tunggu di KLIA hingga di Silangit. Dia duduk persis di sebelahku saat di pesawat. Dia mengatakan akan ke TukTuk berjumpa dengan pacarnya warga Kanada yang sudah lebih dulu tiba di TukTuk.

                Usai mengambil bagasi, kami keluar. Tiba-tiba sejumlah supir berdesak-desakan menawarkan kami untuk naik taksi. Namun perhatianku tertuju ke Bus Damri. Aku bertanya ke sejumlah petugas di Silangit, mereka mengatakan Bus Damri siang itu tidak jalan. Wanita tadi memerhatikan pergerakanku. Dia kelihatan bingung dan memintaku untuk membantunya menuju TukTuk. Supir taksi saat itu menyebut ongkos dari Silangit ke Tiga Raja Rp200ribu. Aku kaget sekali. Wanita Tionghoa dan sepasang suami istri dari Malaysia pun ikut kaget. Kami sama-sama membandingkan tiket pesawat kami dengan ongkos taksi seharga 200ribu.

                Sebenarnya aku ingin beranjak dan mencari transportasi lain yang lebih murah. Tapi, karena kasihan dengan wanita Tionghoa tadi. Berat rasanya ku tinggalkan dia seorang diri, terpaksa aku keluarkan duit 200ribu untuk ongkosku ke Parapat. Ada lima orang kami ikut supir di taksi. Selama perjalanan sepasang suami istri yang ku jumpa di Silangit ini banyak bertanya ke aku tentang Samosir. Salah satu yang ku ingat, mereka mencari makanan halal. Aku rekomendasikan sejumlah rumah makan dan beberapa spot wisata. Kami pun bertukar nomor Whatsapp.

Aku berpesan jika dia butuh bantuan informasi atau menghadapi kendala, jangan segan untuk menghubungi aku. Perjalananku saat itu ditutup dengan kesimpulan, lebih mahal jalan di dalam negeri daripada keluar negeri. Lebih mahal naik taksi dalam provinsi daripada naik pesawat ke luar negeri. Semoga para pelaku jasa transportasi, khususnya yang ada di Silangit dapat mempertimbangkan hal ini. Aku pun berharap tahun ini maskapai asing akan beroperasi lagi ke Bandara Silangit dan Bandara Kualanamu. Dengan demikian, pariwisata di Kawasan Danau Toba dapat bersemangat kembali.

               


              Keterangan: Screenshot tagihan tiket Pulang-Pergi Silangit-KLIA AirAsia

Ongkos Silangit-Parapat.




Samosir Pilihan Terbaik bagi Kamu Berpetualang Jelajahi Eksotisme Danau Toba

Danau Toba sangat luas. Terdiri dari 8 kabupaten. Jika kamu hanya punya libur dua hari rasanya tak cukup untuk eksplorasi banyak hal di Dana...