Pendidikan Salah Kaprah


Fotoku bersama adek-adek dan kawan-kawan dari Malaysia. Sekalipun berbeda bangsa, bahasa dan kebudayaan, Bapak dan Allah kami sama. Allah kami bernama Yehuwa. Pendidik teragung dan paling cerdas di alam semesta.


Apa yang buat aku semakin yakin bahwa akan semakin banyak orang menuju Gunung Rumah Yehuwa/Jahowa.

Salah satu alasannya adalah orang-orang akan sadar bahwa pendidikan dunia itu Pendidikan Salah Kaprah!

Salah kaprah karena anak-anak diajarkan untuk selalu jadi no 1. Apa saja dilakukan sekalipun curang demi dapat nilai dan prestasi bagus. Mau nyontek, mau nyogok, mau hal curang apapun dilakukan demi raport atau IPK bagus. Beda banget dengan ajaran Yesus yang selalu utamakan mengalah dan jujur dalam segala hal.

Salah satunya buat ujian nasional. Sampai-sampai ada polisi pula yang ngawas. Eh tahu-tahu, di balik layar, kunci jawaban beredar. Diperdagangkan pula itu! Inilah yang buat aku dilema jadi guru. Berhentilah aku mengajar di sekolah, tergangu hati nuraniku. Lain lagi tuntutan kurikulum yang entah apa-apa, semua hanya bersifat tertulis dan tak sesuai kenyataan. Ah..pendidikan sekolah mah lebih diorientasikan jadi lahan bisnis. Cek saja di sekolah-kampus, mulai dari pengadaan buku, peralatan, dsb.

Lain lagi kondisi sekolah sekarang. Sifat manusia zaman sekarang menggenapi kali nubuatan 2 Timotius 3:1-5. Mau pendidik, mau murid, sama saja---kebanyakan gak beres. Ada yang ke sekolah atau ke kampus tujuan mau bergaya atau pacaran. Ada lagi sekadar sekolah yang penting punya ijazah dan bisa lamar kerja. Eh tahu2 sudah punya ijazah gak dapat kerjaan pula. S1 dan S2 pula gak dapat2 kerja. Kok bisa? Karena tujuan kuliah hanya mau dapat ijazah, bukan keterampilan dan bekal pengetahuan.

Pendidik di sekolah dan kampus juga sama kondisinya. Mengajar demi gaji tiap bulan. Kalau bisa dapat persenan dari pendaftaran murid atau buku. Apalagi sifat anak-anak makin parah, ya makin cueklah guru. Daripada dilaporin murid dan ortu ke polisi kalau didisplin mending diam-diam saja yang penting gaji jalan. Itulah juga buatku dilema sebagai guru.

Lain lagi proyek sekolah entah apa-apa. Ganti Menteri Pendidikan ganti kurikulum. Ganti buku, ganti ini itu demi proyek yang bisa datangkan uang masuk bagi mereka-mereka pejabat dkk. Kalau bisa, apa saja digarap yang penting tiap saat ada uang masuk. Dan mereka gak benar-benar terpanggil jadi pendidik, yang penting HEPENG.

Maka gak heran kalau guru pun tidak ada lagi yang benar-benar mengabdi dan idealis. Sebab, dari atasan sampai bawahan hampir sama. Sama-sama punya tujuan matrealistis. Maka gak heran sekolah dan kampus hanya menghasilkan produk-produk gagal. Gagal sebab anak murid dan kampus entah bagaimana wujudnya. Susah awak mendeskripsikannya.

Ini beda sekali dengan Organisasi Yehuwa. Alkitab gak pernah ganti kurikulum. Gak ada celah sedikit pun untuk korupsi di Organisasi Yehuwa. Semua pekerjanya adalah pekerja sukarela. Kalau punya motif-motif tertentu, cepat atau lambat toh Allah Yehuwa bakal singkapkan.

Upah jadi pekerja sukarela juga jauh lebih gede ketimbang jadi guru atau dosen di sekolah. Jaminannya di Matius 6:33. Kalau gak coba terjun langsung mana bisa yakin itu kata2 benar. Punya kehidupan bahagia zaman sekarang, upah pasti di masa depan.

So, buat apa lagi sibukkan diri sama Pendidikan Salah Kaprah! Yuk melamar jadi Pekerja Yehuwa. Mumpung masih ada sisa waktu, masih bisa berbuat. Kita berikan yang terbaik buat Bapak Sorgawi kita! Yuk!

Samosir Pilihan Terbaik bagi Kamu Berpetualang Jelajahi Eksotisme Danau Toba

Danau Toba sangat luas. Terdiri dari 8 kabupaten. Jika kamu hanya punya libur dua hari rasanya tak cukup untuk eksplorasi banyak hal di Dana...