BEI Ciptakan Inisiatif Baru di 2015 dan Catat Sejumlah Rekor di 2014

BEI Ciptakan Inisiatif Baru di 2015 dan Catat Sejumlah Rekor di 2014

Logo BEI
Jakarta. Jelasberita.com |Perkembangan pasar modal Indonesia di sepanjang 2014 menunjukkan pencapaian positif yang disertai dengan tercatatnya sejumlah rekor baru. Hal ini tidak terlepas dari beberapa inisiatif baru yang dilakukan oleh PT Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk terus meningkatkan kontribusi pasar modal  terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Bersama seluruh pelaku pasar, beberapa persiapan juga terus dilakukan oleh BEI agar dapat meningkatkan daya saing pasar modal Indonesia dalam menyongsong Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang akan mulai diberlakukan di 2015 mendatang.
Serangkaian inisiatif yang dilakukan oleh BEI adalah, pertama, perubahan satuan perdagangan (lot size) dan perubahan fraksi harga untuk Perdagangan Efek Bersifat Ekuitas yang diberlakukan sejak 6 Januari 2014. Hal tersebut dilakukan sebagai upaya BEI untuk melakukan pendalaman pasar (market deepening), membuka akses masyarakat dalam menggunakan atau memanfaatkan layanan jasa keuangan (financial inclusion), serta memperluas inklusivitas investasi di pasar modal sehingga dapat diakses oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Selain itu, perubahan tersebut dilakukan agar dapat menurunkan volatilitas perdagangan saham sehingga perdagangan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dapat menjadi lebih stabil.
Pengaruh suhu politik akibat pelaksanaan Pemilihan Umum (Pemilu) di Juli 2014 tidak menyurutkan optimisme investor untuk tetap bertransaksi di pasar modal Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan pergerakan IHSG yang mengalami kenaikan 21,15%, yaitu dari 4.274,177 poin pada akhir 2013 menjadi 5.178,373 poin pada 29 Desember 2014. Bahkan pada 8 September 2014, IHSG telah berhasil mencatatkan rekor indeks tertinggi sepanjang sejarah dengan ditutup pada level 5.246,489 poin. Sedangkan nilai kapitalisasi pasar saham meningkat sebesar 22,76% dari Rp4.219 triliun pada akhir Desember 2013 menjadi Rp5.179 triliun pada 29 Desember 2014.
Pertumbuhan IHSG secara year to date tersebut tercatat sebagai yang tertinggi keempat jika dibandingkan dengan bursa-bursa utama di kawasan regional dan dunia. Peningkatan persentase level IHSG hanya di bawah Bursa Shanghai (dengan kenaikan 49,72%), Bursa India (28,52%), dan Philipina (22,76%). Level IHSG di sepanjang 2014 telah melebihi Bursa Thailand (15,15%), Indeks Nikkei Jepang (8,83%), Bursa Singapura (6,32%), Bursa Hongkong (2%), Bursa Australia (1,75%), Indeks FTSE 100 Inggris (-1,71%),  Bursa Korea (-4,15%), Indeks Dow Jones Amerika Serikat (-4,95%), dan Bursa Malaysia (-5,28%). Bahkan secara jangka panjang, pertumbuhan IHSG dalam enam tahun terakhir (2008-29 Desember 2014) tercatat berada di urutan kedua dengan jumlah pertumbuhan return sebesar 282,05%.
Peluang dan keuntungan dari berinvestasi di pasar modal Indonesia semakin meningkatkan daya tarik pasar modal Indonesia di mata investor asing. Tercatat di periode Januari hingga 29 Desember 2014 investor asing membukukan beli bersih (net buying) yang mencapai rekor tertinggi sepanjang sejarah sebesar Rp40,102 triliun. Meski demikian, untuk membuat performa IHSG menjadi lebih stabil, BEI terus berupaya meningkatkan partisipasi investor domestik.
Inisiatif kedua, adalah BEI mengimplementasikan penggolongan atau taksonomi sistem pelaporan yang berbasis eXtensible Business Reporting Language (XBRL). XBRL adalah standar global untuk format elektronik yang digunakan untuk mempertukarkan atau mendistribusikan informasi bisnis. Taksonomi tersebut nantinya akan memudahkan BEI dalam melakukan pemantauan emiten serta mempermudah investor serta stakeholder pasar modal Indonesia untuk menganalisa laporan keuangan emiten yang tercatat di BEI.
Program inisiatif BEI bersama SRO (Self Regulatory Organization) lainnya yang ketiga adalah Gerakan Nasional Cinta (GeNTa) Pasar Modal. Didukung oleh OJK, GeNTa Pasar Modal  terbukti sukses menciptakan dua rekor dunia baru dari Museum Rekor Indonesia (MURI). Rekor pertama Penciptaan Investor Pasar Modal Terbanyak Melalui Satu Program (GeNTa) Pasar Modal dengan jumlah 88.397 investor baru. Kedua, Rekor Pertemuan Investor Pasar Modal Terbanyak di Indonesia yakni sebanyak 5.066 investor muda.
Beberapa program pengembangan lainnya yang bertujuan meningkatkan jumlah investor domestik seperti sosialisasi tentang pasar modal terus digelar oleh BEI bersama pelaku pasar. Beberapa program sosialisasi yang telah berjalan sejak tahun-tahun sebelumnya dan terbukti efektif dalam meningkatkan porsi kepemilikan investor domestik di pasar modal Indonesia terus dipertahankan.
Dalam rangka pendalaman pasar untuk menarik minat calon emiten dan meningkatkan jumlah saham emiten yang beredar di publik (floating shares), maka di awal 2014 BEI melakukan inisiatif yang keempat, yakni mengubah peraturan I-A tentang Pencatatan Saham dan Efek Bersifat Ekuitas Selain Saham yang Diterbitkan oleh Perusahaan Tercatat. Inisiatif tersebut kemudian disempurnakan melalui penerbitan peraturan I-A.1. tentang pencatatan Saham dan Efek Bersifat Ekuitas Selain Saham yang Diterbitkan oleh Perusahaan di Bidang Pertambangan Mineral dan Batubara. Perubahan dan penambahan detail peraturan pencatatan tersebut dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan likuiditas pasar modal Indonesia sekaligus memberikan semakin banyak pilihan saham bagi para investor.
Dengan semakin stabilnya pergerakan IHSG, semakin terjangkaunya harga saham Perusahaan Tercatat, serta semakin bertambahnya jumlah investor domestik yang berpartisipasi di pasar modal diharapkan dapat semakin mengukuhkan peran pasar modal Indonesia sebagai salah satu pilar pendukung perekonomian nasional.
Perdagangan Saham
Sepanjang Januari-Desember 2014, IHSG mengalami tren kenaikan. Pada 29 Desember 2014, IHSG ditutup di level 5.178,373 poin atau naik sebesar 21,15%, dibandingkan penutupan akhir Desember 2013 yang berada di level 4.274,177 poin. Penambahan 23 emiten baru dan 1 emiten relisting berhasil menambah nilai kapitalisasi pasar saham, yaitu sebesar 22,76% dari  Rp4.219 triliun pada akhir Desember 2013 menjadi Rp5.179 triliun per 29 Desember 2014. Rata-rata nilai transaksi harian saham periode Januari–Desember 2014 adalah sebesar Rp5,99 triliun, turun sebesar 3,93% dibandingkan dengan periode yang sama di 2013, yaitu sebesar Rp6,24 triliun. Namun, rata-rata frekuensi transaksi harian saham periode Januari–Desember 2014 naik dibandingkan dengan periode yang sama di 2013, yaitu naik sebesar 38,36% dari 153.686 kali transaksi menjadi 212.643 kali transaksi. Adapun rata-rata volume transaksi harian saham periode Januari-Desember 2014 turun sebesar 0,71% mencapai 5,46 miliar lembar saham dibandingkan dengan periode yang sama di 2013 yang mencapai 5,50 miliar saham.
Perdagangan Efek Bersifat Utang dan Sukuk
            Sampai dengan 18 Desember 2014, aktivitas transaksi di pasar obligasi konvensional, syariah, dan sukuk korporasi serta Efek Beragun Aset (EBA) yang berdenominasi Rupiah mencapai Rp163,04 triliun atau turun sebesar 12,21% dibandingkan di 2013, yaitu Rp185,72 triliun. Frekuensi transaksi selama di 2014 mencapai 21.466 kali atau naik sebesar 7,39% dibandingkan di sepanjang 2013 yang sebesar 19.989 kali. Rata-rata transaksi harian turun dari Rp751,90 miliar per hari di sepanjang 2013, menjadi Rp670,94 miliar per hari di 2014, atau turun sebesar 10,77%.
Sedangkan untuk aktivitas transaksi di pasar obligasi konvensional yang berdenominasi Dolar AS mencapai US$10,27 juta atau turun sebesar 42.28% dibandingkan dengan di sepanjang 2013, yaitu sebesar US$17,80 juta. Frekuensi transaksi obligasi konvensional yang berdenominasi Dolar AS selama 2014 mencapai 17 kali atau turun sebesar 29,17% dibandingkan di 2013 sebesar 24 kali. Rata-rata transaksi harian turun dari US$72,07 ribu per hari di 2013 menjadi US$42,28 ribu per hari di 2014, atau turun sebesar 41,33%.
Surat Berharga Negara (SBN)
Sampai dengan 29 Desember 2014, aktivitas transaksi SBN termasuk Obligasi Negara Ritel (ORI) yang berdenominasi Rupiah mencapai Rp2.829,01 triliun atau naik sebesar 50.66% dari Rp1.877,74 triliun pada periode 2013. Frekuensi transaksi di periode 2014 mencapai 159.000 kali, naik sebesar 30,80% dibandingkan di sepanjang 2013 sebesar 121.561 kali. Sedangkan rata-rata transaksi harian naik dari Rp7,60 triliun per hari di 2013 menjadi Rp11,59 triliun per hari di 2014 atau naik sebesar 52,51%.
Sedangkan untuk aktivitas transaksi SBN yang berdenominasi Dolar AS mencapai US$139,45 juta atau naik sebesar 533,88% dibandingkan dengan di 2013, yaitu sebesar US$22,00 juta. Frekuensi transaksi SBN yang berdenominasi Dolar AS selama 2014 mencapai 26 kali atau naik sebesar 550,00% dibandingkan periode 2013 sebesar 4 kali. Rata-rata transaksi harian naik dari US$550 ribu per hari pada periode 2013 menjadi US$571,53 ribu per hari pada periode 2014, atau naik sebesar 3,91%.
Pencatatan Saham
Selama periode Januari–Desember 2014 terdapat 23 Perusahaan Tercatat baru di BEI, yakni PT Bank Panin Syariah Tbk (PNBS), PT Asuransi Mitra Maparya Tbk (ASMI), PT Bank Ina Perdana Tbk (BINA), PT Capitol Nusantara Indonesia Tbk (CANI), PT Bali Towerindo Sentra Tbk (BALI), PT Wijaya Karya Beton Tbk (WTON), PT Graha Layar Prima Tbk (BLTZ), PT Intermedia Capital Tbk (MDIA), PT Eka Sari Lorena Transport Tbk (LRNA), PT Dwi Aneka Jaya Kemasindo Tbk. (DAJK), PT Link Net Tbk (LINK), PT Chitose Internasional Tbk (CINT), PT Magna Finance Tbk. (MGNA), PT Batavia Prosperindo Internasional Tbk (BPII), PT Mitrabara Adiperdana Tbk (MBAP), PT Sitara Propertindo Tbk (TARA), PT Bank Dinar Indonesia Tbk (DNAR), PT Blue Bird Tbk (BIRD), PT Soechi Lines Tbk (SOCI), PT Impack Pratama Industri Tbk (IMPC), PT Intan Baruprana Finance Tbk (IBFN), PT Bank Agris Tbk (AGRS), dan PT Golden Plantation Tbk (GOLL) .
Sepanjang 2014 terdapat 1 perusahaan yang melakukan relisting, yaitu PT Tunas Alfin Tbk (TALF). Selain itu, pada 2014 tercatat 3 Reksa Dana berbentuk Kontrak Investasi Kolektif (Exchange Traded Funds/ETF) yaitu Reksa Dana Premier ETF Sminfra18 (XISI), Reksa Dana KIK Premier ETF SRI-KEHATI (XISR), dan Reksa Dana Premier ETF Indonesia Financial (XIIF).
Jumlah perusahaan yang melakukan penawaran umum perdana saham atau Initial Public Offering (IPO) mengalami penurunan dibandingkan dengan di 2013 dengan jumlah perusahaan yang melakukan IPO di 2013 sebanyak 31 emiten. Total dana yang berhasil dihimpun pada periode Januari–Desember 2014 adalah sebesar Rp43,97 triliun, yang terdiri dari Initial Public Offering (IPO) sebesar Rp9,02 triliun, rights issue sebesar Rp33,49 triliun dan waran sebesar Rp1,46 triliun.
Pada 2014, BEI juga  telah melakukan delisting terhadap 1 Perusahaan Tercatat, yaitu PT Asia Natural Resources Tbk. (ASIA).
Pencatatan Surat Utang Korporasi
Sampai dengan Desember 2014, terdapat 49 emisi baru Obligasi dan Sukuk Korporasi serta Efek Beragun Aset (EBA) senilai Rp48,21 triliun yang diterbitkan oleh 36 emiten. Dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2013, jumlah emisi pada 2014 menurun sebesar 19,67%, jumlah emiten menurun sebesar 23,40%, dan nilai emisi menurun sebesar 17,68%.
Pencatatan baru ini terdiri dari 45 emisi obligasi senilai Rp45,92 triliun dan 4 emisi sukuk senilai Rp923 miliar serta 1 emisi Efek Beragun Aset (EBA) senilai Rp1,371 triliun. Jumlah emisi dan nilai obligasi mengalami penurunan masing-masing sebesar 15,09% dan 17,17% dibandingkan dengan periode yang sama di 2013 yang berjumlah 53 emisi dengan total nilai sebesar Rp55,43 triliun (tidak termasuk emisi dalam USD). Jumlah emisi dan nilai Sukuk mengalami penurunan sebesar masing-masing 42,86% dan 58,12% dibandingkan dengan periode yang sama di 2013 yang berjumlah 7 emisi dan total nilai emisi sebesar Rp2,20 triliun.
Di antara 36 emiten yang menerbitkan dan mencatatkan Obligasi, Sukuk, dan EBA pada 2014, sebanyak 4 emiten merupakan emiten yang baru pertama kali masuk ke pasar modal dan 1 Efek Beragun Aset (EBA), yaitu PT Profesional Telekomunikasi Indonesia (PRTL), PT Ciputra Residence (CTRR), PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero) (SMII), PT Pupuk Indonesia (Persero) (PIHC) dan Kontrak Investasi Kolektif EBA Danareksa BTN 05 – KPR Kelas A (DBTN05).
Total Obligasi, Sukuk, dan EBA yang masih tercatat sampai dengan Desember 2014 adalah 265 emisi dan 394 seri senilai Rp226,78 triliun, meliputi 232 emisi Obligasi dan 351 seri Obligasi senilai Rp216,61 triliun dan USD100 juta, 27 emisi Sukuk dan 35 seri sukuk senilai Rp7,105 triliun, serta 6 emisi Efek Beragun Aset (EBA) dan 8 seri KIK EBA senilai Rp3,06 triliun.
Dibandingkan di 2013, jumlah emisi tercatat meningkat 5,16%, jumlah seri tercatat meningkat 1,03%, nilai emisi Rupiah tercatat meningkat 2,81%, dan tidak ada perubahan pada nilai emisi USD tercatat. Jumlah emiten tetap sama sebanyak 109 emiten di 2014 (termasuk 6 emiten KIK EBA).
Pada tahun ini, BEI juga melakukan pembatalan pencatatan efek terhadap obligasi yang diterbitkan oleh PT Bahtera Adimina Samudra Tbk. (BASS).  (rilis/ti)
, ,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan isi formulir

Easy Go Tour Travel Offers the Cheapest Packages to Explore Lake Toba

   Detail Information about the destinations Talking about Lake Toba is not limited to its waters. Lake Toba has many untold riches. One of ...