Tampilkan postingan dengan label CINTA SAMOSIR. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label CINTA SAMOSIR. Tampilkan semua postingan

Merindukan Berwisata Murah di Danau Toba

Merindukan Berwisata Murah di Danau Toba

                14 April 2019 aku terbang melalui Bandara Silangit menuju Kuala Lumpur. Saat itu aku senang sekali mendapat tiket murah dari AirAsia. Seingatku tiket pergi sekitar 150ribu. Tiket pulang sekitar 250ribu. Biaya bagasi untuk 20kg saat itu sekitar 100ribu. Aku bersama seorang kawan berangkat dari Parapat. Total biaya penerbangan pulang pergi ditambah pajak hanya Rp1,17juta.

                Sebelumnya aku hampir tidak percaya dengan harga tiket semurah itu. Aku membandingkan dengan harga taksi Parapat-Medan saja saat itu 100ribu. Namun, belakangan aku yakin karena semua terkomputerisasi dengan rapi. Dari Parapat menuju Bandara Silangit kami menggunakan Bus Damri yang berangkat jam 6 pagi. Ongkos kami saat itu 65ribu per orang. Tahun itu masih tahun awal Bus Damri beroperasi di Ajibata melayani rute ke Silangit.

                Bisa jadi karena belum banyak yang promosikan Bus Damri ini, hanya ada 3 penumpang saat kami berangkat. Aku, kawanku dan seorang bapak yang punya tujuan yang sama-ke Silangit.  Sekalipun hanya 3 saja penumpang, Bus Damri konsisten untuk mengikuti jadwal sehingga kami tiba sesuai prediksi kami. Tiba di Silangit, kami merasakan suasana Bandara yang berbeda. Berbeda karena posisi Silangit dikelilingi pepohonan. Saat itu rasanya sejuk sekali.

                Paling tidak terlupakan saat kami mendengar pengumuman disampaikan dalam Bahasa Batak Toba. Itu buatku merasa Bahasa Batak go internasional. Sekalipun berukuran kecil, Silangit sudah maksimal dalam pelayanan. Saat kami berada di ruang tunggu, kami melihat sejumlah wisatawan mancanegara. Aku memberanikan diri untuk menyapa mereka yang duduk di sampingku.

Seorang wanita muda warga Malaysia bercerita dia sudah ke Samosir menginap di TukTuk. Ada sebuah keluarga dari Malaysia juga habiskan 3 hari libur di TukTuk. Mereka sangat senang dan berharap bisa kembali lagi ke TukTuk. Aku tersenyum ikut senang mereka menyukai Samosir, kampung halaman orang tuaku.

Suasana di Bandara Silangit saat itu tenang. Tidak terkesan seperti Bandara yang selama ini ku kenal begitu sibuk. Perasaan tenang dan sejuk yang kurasakan seketika berubah. Begitu tiba di Kuala Lumpur Internasional Airport (KLIA), kulitku terasa kena bakar karena suhu begitu panas. Berbeda sekali dengan suasana di Silangit, bandara ini sangat sibuk dan ramai.

Terbesit di hatiku, pantas saja wisman tadi mau balik lagi ke TukTuk, itu pasti karena suasana di TukTuk begitu nyaman dan tenang buat mereka. Selama di Malaysia berkelana aku malah merindukan suasana di Kawasan Danau Toba. Pernah diajak seorang kawan ke Bukit Broga mendaki bukit dan menyusuri hutan.

Kawanku bilang itu lokasi favorit buat wisatawan mancanegara karena tidak jauh dari KLIA. Aku tertawa dalam hatiku karena kesana sama saja seperti aku sedang pergi ke ladang. Di areal parkir Bukit tersebut justru kebun sawit, bukan hutan seperti yang ada dalam benakku. Saat itu terbesit di hatiku,”Wah, Indonesia, khususnya warga Sumut pantas bersyukur punya potensi alam berlimpah,”.

Lebih Mahal

                Setelah menghabiskan waktu di Malaysia, aku balik tanggal 19 April 2019. Saat itu aku selalu saja duduk dekat dengan seorang wanita keturunan Chinese warga Malaysia. Mulai dari ruang tunggu di KLIA hingga di Silangit. Dia duduk persis di sebelahku saat di pesawat. Dia mengatakan akan ke TukTuk berjumpa dengan pacarnya warga Kanada yang sudah lebih dulu tiba di TukTuk.

                Usai mengambil bagasi, kami keluar. Tiba-tiba sejumlah supir berdesak-desakan menawarkan kami untuk naik taksi. Namun perhatianku tertuju ke Bus Damri. Aku bertanya ke sejumlah petugas di Silangit, mereka mengatakan Bus Damri siang itu tidak jalan. Wanita tadi memerhatikan pergerakanku. Dia kelihatan bingung dan memintaku untuk membantunya menuju TukTuk. Supir taksi saat itu menyebut ongkos dari Silangit ke Tiga Raja Rp200ribu. Aku kaget sekali. Wanita Tionghoa dan sepasang suami istri dari Malaysia pun ikut kaget. Kami sama-sama membandingkan tiket pesawat kami dengan ongkos taksi seharga 200ribu.

                Sebenarnya aku ingin beranjak dan mencari transportasi lain yang lebih murah. Tapi, karena kasihan dengan wanita Tionghoa tadi. Berat rasanya ku tinggalkan dia seorang diri, terpaksa aku keluarkan duit 200ribu untuk ongkosku ke Parapat. Ada lima orang kami ikut supir di taksi. Selama perjalanan sepasang suami istri yang ku jumpa di Silangit ini banyak bertanya ke aku tentang Samosir. Salah satu yang ku ingat, mereka mencari makanan halal. Aku rekomendasikan sejumlah rumah makan dan beberapa spot wisata. Kami pun bertukar nomor Whatsapp.

Aku berpesan jika dia butuh bantuan informasi atau menghadapi kendala, jangan segan untuk menghubungi aku. Perjalananku saat itu ditutup dengan kesimpulan, lebih mahal jalan di dalam negeri daripada keluar negeri. Lebih mahal naik taksi dalam provinsi daripada naik pesawat ke luar negeri. Semoga para pelaku jasa transportasi, khususnya yang ada di Silangit dapat mempertimbangkan hal ini. Aku pun berharap tahun ini maskapai asing akan beroperasi lagi ke Bandara Silangit dan Bandara Kualanamu. Dengan demikian, pariwisata di Kawasan Danau Toba dapat bersemangat kembali.

               


              Keterangan: Screenshot tagihan tiket Pulang-Pergi Silangit-KLIA AirAsia

Ongkos Silangit-Parapat.




Tio Beach, Karaokean Asyik di Tepi Pantai

Ingin karaokean dengan nuansa pantai? Suka salurkan bakat bernyanyi di hadapan publik? Atau sekadar uji seberapa bagus suaramu saat menyanyi di panggung? Ini lokasi tepat untukmu! Tio Beach.

            Pantai yang satu ini sangat disukai anak-anak muda. Banyak anak muda menghabiskan waktu karaokean bareng teman atau pacar di sini. Untuk satu lagu diiringi musik dipatok seharga Rp3000. Kamu bisa mengkespresikan dirimu dengan gaya apapun yang kamu sukai. Kamu bisa pilih jenis dan judul lagu yang kamu suka kepada pelayan.



            Karena panggungnya didesain menarik, saat kamu bernyanyi, kamu akan merasa seperti jadi penyanyi. Apalagi jika suaramu memang bagus, kali saja wisatawan yang hadir akan terpukau saat mendengarmu bernyanyi. Kalaupun tidak, nikmati saja tetap terus bernyanyi.

            Jika sudah lelah bernyanyi, kamu bisa nikmati pemandangan sekitar. Ada sejumlah pondok yang menghadap langsung ke Danau Toba. Kamu bisa order makanan dan minuman di sana. Harganya terbilang standar. Sepengetahuanku selama ini, tidak ada parkir ataupun tiket masuk untuk kesini.

            Duitmu keluar hanya saat kamu order makanan atau minuman dan karaokean. Kalau kamu tidak mau karaokean juga tidak masalah. Kamu bisa mandi atau sekadar main di pantai. Tio Beach juga menyewakan sepeda air bebek dan sampan jika kamu suka mendayung. Mandi di pantai juga seru. Tersedia kamar ganti dan toilet buat kamu yang mau ganti baju. Jadi, kalau niat mau mandi di pantai, sediakan kian baju gantimu.

            Jika kamu berencana mengelilingi Samosir, ini salah satu pantai yang paling mudah untuk kamu akses. Tidak jauh dari Pasar Tomok atau Pelabuhan Tomok. Dari Pelabuhan Tomok kamu dapat belok kanan mengikuti jalan besar. Sekitar 400 meter dari Tomok, sebelah kanan, kamu akan melihat papan nama Tio Beach. Persis di Jalan Silimatali.



            Sebenarnya, di Samosir terdapat banyak pantai. Kamu bisa pilih mana saja pantai yang kamu sukai. Pantai ini terkenal dengan tempat karaokenya. Jika berencana bawa kawan-kawan yang hobinya bernyanyi ria, inilah rekomendasi buatmu.

Kalau kamu akan jalan-jalan ke Samosir, menginap di Tomok, pantai ini bisa kamu akses dengan berjalan kaki. Daripada mengurung diri di kamar hotel, liburan itu enaknya nyanyi-nyanyi dan main di pantai loh! Ayolah ke Pantai!

           


Keliling Samosir Itu Murah dan Menyenangkan

 

Keliling Pulau Samosir

            Pernah berencana keliling Pulau Samosir? Mungkin ini salah satu pencapaian yang bisa kamu raih . Tidak begitu mahal dan tidak menghabiskan waktu banyak. Cukup 1 hari saja tuntas mengelilingi Pulau Samosir.

            Bergantung laju kendaraanmu dan waktu singgahmu ke objek wisata. Pengalamanku selama ini cukup 6-7jam saja kamu dapat menaklukan Pulau Samosir. Cerita tour bareng kawanku ini bisa berikan gambaran ke kamu jika nanti kamu hendak keliling Samosir.



            Ini cerita tour kami Desember 2019. Kami berenam. Aku, tiga kawan dan sepasang suami istri yang merupakan teman kami dari luar negeri. Karena sepasang suami istri ini warga negara luar, kami memutuskan kami membonceng mereka. Aku bersama istrinya, satu kawan pria bersama suaminya, dan dua kawan lagi. Jadi, kami gunakan tiga sepeda motor. Karena 2 sepeda motor  sudah tersedia. Kami hanya sewa 1 sepeda motor dari Carolina Hotel seharga 100ribu sehari (7jam).

            Kami mulai perjalanan dari lokasi kami menjemput teman kami di Hotel Inna Parapat. Lalu kami bergerak menuju Ihan Batak pukul 08.00 WIB. Sesampai di Ambarita pukul 09.00 WIB, kami bergerak menuju Tomok. Kami singgah membeli minuman dan snack bekal di perjalanan. Lalu kami segera lanjut menuju Air Terjun Sigarantung dan Desa Huta Bolon, desa yang masih punya rumah Batak. Kami mengabadikan sejumlah foto di sana.

            Kemudian kami bergerak menuju Desa Tanjungan. Singgah sebentar istirahat dan mengambil foto. Kami sempat menceritakan kepada sepasang suami istri ini tentang keindahan Pulau Samosir dan Danau Toba. Berharap mereka akan mengajak teman-teman mereka kelak untuk berkunjung ke Pulau Samosir.

            Setelahnya, kami langsung menuju Aek Natonang. Di sana kami juga sempat duduk sambil menikmati snack dan minuman yang kami bawa. Sambil duduk, kami menunjukkan kepada 2 bule ini betapa sederhana kehidupan di Samosir. Masyarakat hidup dari pertanian dan peternakan. Di sekitar terdapat banyak kerbau dan babi berkeliaran. Itu pemandangan yang unik bagi mereka.

            Tidak sampai sejam istirahat, kami melanjutkan perjalanan. Suami istri bule ini sangat menikmati pemandangan. Mereka meminta kami untuk memperlambat laju sepeda motor. Kami juga berhenti di tempat lain yang menurut kami cocok untuk mengambil foto. Salah satunya dengan latar belakang pemandangan sawah padi. Kalau tidak salah foto tersebut kami ambil di sekitar jalan menuju Onan Runggu.

            Kami istirahat siang sekitar pukul 12.30 di Onan Runggu. Kami cukup kesulitan menemukan makanan yang cocok buat sepasang suami istri ini. Pasalnya, sang istri vegetarian. Dia sama sekali tidak bisa memakan apapun yang berkaitan dengan daging dan ikan dan menginginkan makanan segar. Akhirnya kami mendapati sebuah rumah makan menyediakan mie goreng dan mie kuah. Lalu kami memesan mie yang dimasak tanpa daging dan telur.

            Usai istirahat makan siang. Kami melanjutkan perjalanan berikutnya menuju Aek Rangat Pangururan mendekati Pulau Tulas. Kami tidak menyebrang menuju Pulau tersebut. Tapi kami berfoto dengan latar belakang Pulau Tulas. Latar tersebut cantik sekali. Pasti kamu bakal jatuh cinta dan ingin mengambil latar foto di sini.



            Selanjutnya kami menuju arah ke Ambarita untuk menunggu Kapal Ihan Batak trip terakhir pukul 5.30 sore saat itu. Kami sudah mengantri dari jam 5 sore guna mengantisipasi keterlambatan. Tapi sebelumnya, kami memulangkan sepeda motor yang kami sewa dari Hotel Carolina. Kami juga sempat beli jajanan untuk kami makan bersama di kapal.

            Sekitar jam 7.30 kami kembali tiba di Parapat untuk mengantar sepasang suami istri ini kembali ke penginapannya. Perasaan kami begitu senang sekalipun capek seharian bersepeda motor selama lebih dari 7 jam. Perasaan lelah tidak seberapa dibandingkan pengalaman yang kami dapatkan bisa mengelilingi Samosir dan bercerita tentang Pulau yang mengagumkan ini.



            Kalau ditotal pengeluaran kami mengelilingi Pulau Samosir antara lain tiket penyebrangan Kapal Ihan, sewa sepeda motor seharga 100ribu, belanjaan kami di Indomaret, makan siang, dan jajanan di sore hari. Untuk kami berenam sekitar Rp.500ribu. ada 6 destinasi wisata yang kami kunjungi.

            Jika nanti kamu berencana ke Pulau Samosir untuk mengelilingi Pulau ini seharian, kamu bisa hemat anggaran dengan membawa sepeda motormu langsung ke pulau ini. Asalkan kamu sanggup membawa sepeda motormu untuk sampai ke Samosir.

            Tarif satu sepeda motor untuk menyebrang naik kapal kecil 13ribu dan tarif per orang 12 ribu. Sekali jalan sepeda motor+orang Rp25ribu. Pulang pergi 50ribu. Tarif ke sejumlah objek wisata yang ku sebutkan di cerita ini tidak ada sama sekali. Saat itu memang benar-benar tidak ada. Tapi tidak tahu kelak jika ada perubahan, bisa saja pemilik spot wisata meminta biaya parkir atau tarif masuk.



            Untuk penginapan, kamu bisa menentukan sendiri menginap dimana. Banyak penginapan di Parapat atau di Samosir. Kamu bebas memilih yang mana. Kamu bisa buat perbandingan plus minus dari penginapan yang kamu jajaki. Yuk, mulai buat rencana touring bareng kawan!

Aku Sangat Mencintai Samosir

            Beberapa hari di Samosir minggu lalu, aku gak kuasa menahan langkahku melihat rumah Inang Namatua, Rumah Genteng. Rumah itu kini sekarang lebih keren. Katanya itu program bedah rumah. Aku masih ingat kenangan manis bersama Inang bercerita dan berdoa bersama. Dia yang ajarkan aku berdoa kepada Amang Jahowa dalam Doa Hata Haporseaon.

Rumah Inang, Rumah Genteng, di Hutaraja, Lumban Suhi-Suhi

          Aku juga langkahkan kakiku ke SD di Lumban Pasir Alngit. Di sinilah, 23 tahun silam aku selalu menantikan Bu Sitorus menceritakan kisah Musa, Abraham, Daud, Nuh, dan tokoh Alkitab lainnya. Cerita itu sungguh hidup sampai-sampai aku bisa membayangkan bagaimana Musa membelah Laut Merah dengan tongkatnya.

Aku bayangkan Danau Toba yang berada persis dekat dengan sekolahku, terbelah dan aku bisa berjalan kaki di Danau menuju seberang. Aku ingat itu. Cintaku terhadap Bapak Yehuwa bermula di sini. Aku yakin janji bahwa orang mati akan bangkit (hidup) kembali pasti terjadi. Karena itu janji dari Dia, Bapak Jahowa.



Aku ingat tiap pergi dan pulang sekolah aku harus mengurus kerbau. Aku ingat aku selalu rindu mandi di Danau Toba. Aku ingat aku senang mengambil tanaman orang lain maksudnya mencuri bersama kawan-kawanku di Desa Lumban Suhi-Suhi Hutaraja..haha.

SD di Alngit


Saat aku melihat ladang, aku ingat masa kecilku tinggal di Samosir. Dulu, kalau pulang sekolah aku harus singgah ke ladang mencangkul atau jaga padi supaya gak dimakanin burung. Waktu itu aku merasa seperti berada di bawah penjajahan Jepang.

Aku sama sekali tidak menikmati kerja di ladang. Soalnya sudah panas, banyak ulat, lipan, dan terkadang tekstur tanah yang mau dicangkul itu padat karena tanah liat. Benci sekali kalau opung teriak kerja, kerja, kerja! Kayak sekarang ni Jokowi suka bilang. Slogannya buatku ingat kata-kata opungku. Karena malasnya mencangkul, siasat licik yang ku buat sama opung itu izin untuk minum.

"Opung...aku minum ya."

Aku bersyukur sekali pernah tinggal di Samosir. Kenangan itu sampai sekarang masih terekam di memoriku. Aku bahkan masih ingat perincian banyak hal semasa kecil. Ingat semua orang di kampung semasa aku kecil. Beberapa masih mengenali wajahku.

Hutaraja Lumban Suhi-Suhi, Samosir

Tapi. Ada satu hal yang sangat ku rasakan berbeda saat bermalam, udara tidak lagi sesejuk dulu. Aku malah merasa Girsang 1 jauh lebih sejuk dan dingin. Kadang aku harus pakai 2 selimut di Girsang. Ketika di Samosir, hanya pakai sarung. Itupun sekadar saja, bukan karena dingin.

Aku bertanya dalam hati. Besoknya ku lihat bagian belakang Hutaraja. Ternyata pohon-pohon kemiri dan hariara berukuran besar dulu tempat kami manjat sudah ditebang. Ku lihat di sana dibangun Homestay. Di tempat lain, begitu juga ku bandingkan 23 tahun lalu. Ada beberapa pohon tak lagi di situ. Aku tahu betul sebab dulu hobi manjat..

Mangga Samosir punya opung dan tetangga juga gak seperti dulu. Buahnya tidak rimbun. Hanya muncul sedikit di beberapa ranting. Itupun kecil. Hampir seukuran telur ayam kampung. Ku coba cicipi mangga yang jatuh, ada yang enak. Tapi banyakan tidak enak. Tidak seperti yang pernah ku makan semasa aku SD.

Homestay di Hutaraja

Sebenarnya, tahun-tahun sebelumnya tiap berkunjung kesini, aku juga merasakan demikian. Tapi baru kali ini aku ingin menulisnya. Tidak lain dan tidak bukan lagi kenapa temperatur di sana lebih hangat ketimbang Girsang, tentulah karena pohon-pohon sudah berkurang. Soal mangga, aku tak tahu. Siapa tahu ada teman yang tahu apa 'resep' tuk mengatasi penyakit mangga Samosir.

JW.ORG/BBC

 

 

Macam Mana Samosir Mau Maju?

 


Oleh: Damayanti


Tahun lalu aku berangkat ke Jakarta untuk melihat persiapan Terminal 3 Ultimate Bandara Internasional Soekarno-Hatta. Semua biaya termasuk tiket pesawat tiket pesawat promo Garuda disediakan oleh Angkasa Pura II. Di sana kami para pemenang lomba tulisan jurnalistik juga diajak untuk menikmati berbagai lokasi wisata di Jakarta.

Alamak….Tugu Monas Membludak!
Jujur, untuk pertama kalinya aku menginjakkan kaki ke Tugu Monas. Saat itu aku bersama rekan-rekan wartawan dari berbagai daerah merasa jenuh dengan antrian yang membludak. Gelinya, aku berjumpa dengan murid-murid dari Medan yang lagi study tour. Aku sempat teriak ke mereka,”Horas bah! Aku orang Medan juga”.

Lihat foto di atas pengunjung Tugu Monas membludak, ratusan bahkan berasal dari Medan.
Aku juga berjumpa banyak warga dari daerah lain yang sekadar mau tahu bagaimana Tugu Monas itu.  Ku pikir kian ada hal yang sangat spesial di Tugu ini, ternyata yang katanya emas di dalam, tidak bisa kita saksikan. Jadi, hanya lihat pemandangan dan peninggalan sejarah saja. Dengan perasaan sedikit kecewa karena berdesak-desakan dengan para pengunjung lain, aku berusaha mencari hal positif apa yang bisa ku pelajari.

Ku Ingatlah Samosir
Tak lama kemudian pikiranku tertuju ke Pulau Samosir, kampung halaman orang tuaku. Tempat dimana aku pernah sekolah selama 3 tahun lebih. Tempat yang pernah mewarnai perjalanan hidupku. Aku berpikir mendalam, mengapa tidak sebanyak ini jumlah orang yang berkunjung ke Samosir. Selain cinta akan Samosir, aku juga ingin orang-orang lain mengenal kampung halamanku.

Saat aku lagi pikirkan itu. Pas pula pemandu wisata kami dari Bee Bee 7 Travel punya banyak pengalaman tentang jual paket wisata. Dia pernah merancang berbagai ide untuk menjual paket wisata Samosir. Lalu dia cerita kalau Samosir punya daya pikat yang luar biasa. Namun, ada berbagai kendala yang membuat sulit bagi mereka menjual paket wisata ke Samosir.

Dia membandingkan Samosir dengan Taman Simalem. Taman Simalem dikelola oleh swasta asing sementara lokasi wisata Samosir itu ada banyak dan dikelola oleh berbagai pihak. Mengapa paket wisata Taman Simalem lebih laris-manis dibandingkan paket wisata ke Samosir. Itu karena berbagai hal di antaranya: Pertama, jarak dan waktu tempuh menuju Pulau Samosir. Dia bilang, umumnya para wisatawan hanya punya waktu singkat berlibur. Bila waktu tempuh mereka terlalu lama dan tidak pasti, mereka tentu kurang tertarik.

Kedua, Medan dan beberapa daerah di Sumut itu terkenal kurang ramah terhadap para pengunjung. Ada banyak hal yang perlu dicontoh oleh warga Sumut, khususnya Pulau Samosir dari penduduk di Bali. Penduduk Bali menganggap para turis sebagai tamu istimewa yang harus diperlukan dengan baik. Mereka merasa sangat bergantung pada dunia pariwisata makanya para turis diperlakukan sebagai raja dan ratu. Perlakuan yang nyaman tersebut bisa diingat dan diceritakan oleh para turis ke kawan, kerabat dan siapapun.

Ketiga, lokasi-lokasi wisata di Pulau Samosir misalnya, Pasir Putih Parbaba harusnya bersih, tertata rapi, dan punya fasilitas lengkap. Jangan sampai brosurnya saja yang cantik tapi kenyataannya terbalik. Namun, di akhir dari percakapan kami, ia menandaskan kemajuan tersebut sangat bergantung pada sumber daya manusia di Sumut.
“Singkatnya,  masalahnya terletak pada SDMnya mbak. SDM Sumut masih sulit. Lihat saja pelanggaran lalu-lintas dimana-mana. Pemerintahnya juga terus-menerus bermasalah korupsi. Belum lagi, para warga belum menganggap Samosir dan para turis sebagai sumber pendapatan mereka,” terang Mas pemandu wisata kami.
Saat mengobrol dengannya, seketika saja aku ingat pengalamanku melakukan perjalanan ke Samosir. Iya, aku ingat sekali bagaimana warga sesukuku Batak Toba sering sekali buat onar dan kebisingan. Maaf, saya bukan menghina suku Batak, saya juga Batak. Saya sering merasa tidak nyaman dengan suara bising, asap rokok, cakap kotor di bus atau angkot. Saya kadang malu dengan sikap orang Batak yang selalu ingin menang sendiri dan kasar saat di jalan. Hampir semua jalan dan rambu lalu-lintas dilanggar. Itu buat suasana perjalanan para wisatawan sama sekali tidak nyaman. Padahal, yang namanya perjalanan itu ya selama berjalan-jalan. Mulai dari tiba sampai meninggalkan daerah wisata.


Sebagai warga Sumut, aku kerap menyaksikan banyak proyek dan promosi pariwisata Pemerintah Samosir bersifat mementingkan diri sendiri. Lebih terkesan hanya cuap-cuap doing. Macam mana Samosir mau maju? Ini semua bermula dari kebiasaan warga Sumut secara umum dan Batak khususnya. Nah, seperti komentar pemandu Bee Travel masalahnya terletak pada SDM–bagaimana caranya mengubah kebiasaan warga Sumut. Itulah yang paling sulit sebab mengubah Pulau Samosir jadi cantik dan bersih sangat mudah. Tapi mengubah perilaku atau kepribadian warga Sumut, itu yang paling sulit!

Berubahlah Kita
Makanya, kembali lagi pernyataan dari pakar wisatawan yang mengatakan kebahagiaan seorang wisatawan bukan saja bersumber dari perjalanan itu tapi terletak pada bagaimana wisatawan itu diperlakukan itu sangat tepat.

Kalau para wisatawan diperlakukan dengan baik, lembut, dan bersahabat tentu mereka akan memperoleh perasaan bahagia yang tak terlukiskan. Itu akan meluap dan menjadi cerita yang akan disebar kepada orang lain. Jika perilaku warga kita berubah mulai dari anak-anak sampai dewasa dan orang tua dididik menghormati dan menjaga perasaan tamu, tentu Samosir jauh lebih populer ketimbang Bali atau Tugu Monas! Apa yang tidak ada di Pulau Samosir, semua ada! Mulai dari pemandangan yang keren, udara segar, flora, fauna dan berbagai warisan opung-opung (leluhur) kita! So, yuk warga Sumut, kita ubah perilaku kita!






Easy Go Tour Travel Offers the Cheapest Packages to Explore Lake Toba

   Detail Information about the destinations Talking about Lake Toba is not limited to its waters. Lake Toba has many untold riches. One of ...