Blog ini ditujukan Damayanti untuk berbagi Cerita dan Info kepada para pembaca. Penulis punya banyak hobi. Hobi menulis, mengajar, bertani, berwisata, fotografi, dan lainnya.
HUTAN GIRSANG 1: Pemandangan Hutan Girsang 1. Suara Siamang (Imbo) sering bersahut-sahutan di dalam hutan ini. Karena hutan sangat lebat, udara sejuk, segar dan pemandangan asri.
Tahun lalu aku berangkat ke Jakarta untuk
melihat persiapan Terminal 3 Ultimate Bandara Internasional
Soekarno-Hatta. Semua biaya termasuk tiket pesawat tiket pesawat promo Garuda
disediakan oleh Angkasa Pura II. Di sana kami para pemenang lomba
tulisan jurnalistik juga diajak untuk menikmati berbagai lokasi wisata
di Jakarta.
Alamak….Tugu Monas Membludak!
Jujur,
untuk pertama kalinya aku menginjakkan kaki ke Tugu Monas. Saat itu aku
bersama rekan-rekan wartawan dari berbagai daerah merasa jenuh dengan
antrian yang membludak. Gelinya, aku berjumpa dengan murid-murid dari
Medan yang lagi study tour. Aku sempat teriak ke mereka,”Horas bah! Aku
orang Medan juga”.
Lihat foto di atas pengunjung Tugu Monas membludak,
ratusan bahkan berasal dari Medan.
Aku juga berjumpa banyak warga
dari daerah lain yang sekadar mau tahu bagaimana Tugu Monas itu. Ku
pikir kian ada hal yang sangat spesial di Tugu ini, ternyata yang
katanya emas di dalam, tidak bisa kita saksikan. Jadi, hanya lihat
pemandangan dan peninggalan sejarah saja. Dengan perasaan sedikit kecewa
karena berdesak-desakan dengan para pengunjung lain, aku berusaha
mencari hal positif apa yang bisa ku pelajari.
Ku Ingatlah Samosir
Tak
lama kemudian pikiranku tertuju ke Pulau Samosir, kampung halaman orang
tuaku. Tempat dimana aku pernah sekolah selama 3 tahun lebih. Tempat
yang pernah mewarnai perjalanan hidupku. Aku berpikir mendalam, mengapa
tidak sebanyak ini jumlah orang yang berkunjung ke Samosir. Selain cinta
akan Samosir, aku juga ingin orang-orang lain mengenal kampung
halamanku.
Saat aku lagi pikirkan itu. Pas pula pemandu wisata
kami dari Bee Bee 7 Travel punya banyak pengalaman tentang jual paket
wisata. Dia pernah merancang berbagai ide untuk menjual paket wisata
Samosir. Lalu dia cerita kalau Samosir punya daya pikat yang luar biasa.
Namun, ada berbagai kendala yang membuat sulit bagi mereka menjual
paket wisata ke Samosir.
Dia membandingkan Samosir dengan Taman
Simalem. Taman Simalem dikelola oleh swasta asing sementara lokasi
wisata Samosir itu ada banyak dan dikelola oleh berbagai pihak. Mengapa
paket wisata Taman Simalem lebih laris-manis dibandingkan paket wisata
ke Samosir. Itu karena berbagai hal di antaranya: Pertama, jarak dan
waktu tempuh menuju Pulau Samosir. Dia bilang, umumnya para wisatawan
hanya punya waktu singkat berlibur. Bila waktu tempuh mereka terlalu
lama dan tidak pasti, mereka tentu kurang tertarik.
Kedua, Medan
dan beberapa daerah di Sumut itu terkenal kurang ramah terhadap para
pengunjung. Ada banyak hal yang perlu dicontoh oleh warga Sumut,
khususnya Pulau Samosir dari penduduk di Bali. Penduduk Bali menganggap
para turis sebagai tamu istimewa yang harus diperlukan dengan baik.
Mereka merasa sangat bergantung pada dunia pariwisata makanya para turis
diperlakukan sebagai raja dan ratu. Perlakuan yang nyaman tersebut bisa
diingat dan diceritakan oleh para turis ke kawan, kerabat dan siapapun.
Ketiga,
lokasi-lokasi wisata di Pulau Samosir misalnya, Pasir Putih Parbaba
harusnya bersih, tertata rapi, dan punya fasilitas lengkap. Jangan
sampai brosurnya saja yang cantik tapi kenyataannya terbalik. Namun, di
akhir dari percakapan kami, ia menandaskan kemajuan tersebut sangat
bergantung pada sumber daya manusia di Sumut.
“Singkatnya,
masalahnya terletak pada SDMnya mbak. SDM Sumut masih sulit. Lihat saja
pelanggaran lalu-lintas dimana-mana. Pemerintahnya juga terus-menerus
bermasalah korupsi. Belum lagi, para warga belum menganggap Samosir dan
para turis sebagai sumber pendapatan mereka,” terang Mas pemandu wisata
kami.
Saat mengobrol dengannya, seketika saja aku
ingat pengalamanku melakukan perjalanan ke Samosir. Iya, aku ingat
sekali bagaimana warga sesukuku Batak Toba sering sekali buat onar dan
kebisingan. Maaf, saya bukan menghina suku Batak, saya juga Batak. Saya
sering merasa tidak nyaman dengan suara bising, asap rokok, cakap kotor
di bus atau angkot. Saya kadang malu dengan sikap orang Batak yang
selalu ingin menang sendiri dan kasar saat di jalan. Hampir semua jalan
dan rambu lalu-lintas dilanggar. Itu buat suasana perjalanan para
wisatawan sama sekali tidak nyaman. Padahal, yang namanya perjalanan itu
ya selama berjalan-jalan. Mulai dari tiba sampai meninggalkan daerah
wisata.
Sebagai warga Sumut, aku kerap menyaksikan banyak proyek
dan promosi pariwisata Pemerintah Samosir bersifat mementingkan diri
sendiri. Lebih terkesan hanya cuap-cuap doing. Macam mana Samosir mau
maju? Ini semua bermula dari kebiasaan warga Sumut secara umum dan Batak
khususnya. Nah, seperti komentar pemandu Bee Travel masalahnya terletak
pada SDM–bagaimana caranya mengubah kebiasaan warga Sumut. Itulah yang
paling sulit sebab mengubah Pulau Samosir jadi cantik dan bersih sangat
mudah. Tapi mengubah perilaku atau kepribadian warga Sumut, itu yang
paling sulit!
Berubahlah Kita
Makanya,
kembali lagi pernyataan dari pakar wisatawan yang mengatakan
kebahagiaan seorang wisatawan bukan saja bersumber dari perjalanan itu
tapi terletak pada bagaimana wisatawan itu diperlakukan itu sangat
tepat.
Kalau para wisatawan diperlakukan dengan baik, lembut, dan
bersahabat tentu mereka akan memperoleh perasaan bahagia yang tak
terlukiskan. Itu akan meluap dan menjadi cerita yang akan disebar kepada
orang lain. Jika perilaku warga kita berubah mulai dari anak-anak
sampai dewasa dan orang tua dididik menghormati dan menjaga perasaan
tamu, tentu Samosir jauh lebih populer ketimbang Bali atau Tugu Monas!
Apa yang tidak ada di Pulau Samosir, semua ada! Mulai dari pemandangan yang keren, udara segar, flora, fauna dan berbagai warisan opung-opung (leluhur) kita! So, yuk warga Sumut, kita ubah perilaku kita!