Hutanku, Masa Depanku

HUTAN GIRSANG 1: Pemandangan Hutan Girsang 1. Suara Siamang (Imbo) sering bersahut-sahutan di dalam hutan ini. Karena hutan sangat lebat, udara sejuk, segar dan pemandangan asri.

             Sudah hampir tiga tahun aku tinggal di Girsang Sipanganbolon selepas meninggalkan Kota Medan. Selama itu pula aku merasakan suasana tinggal dekat dengan hutan. Awalnya, aku mengganggap tempat tinggalku biasa saja. Tidak ada yang istimewa. Tapi anggapan itu belakangan berubah.

Tahun 2019 aku ke Medan berkunjung ke rumah mamaku. Begitu tiba di Medan, aku langsung ingin segera kembali ke Girsang. Badanku seperti terbakar oleh panasnya matahari. Tidak hanya karena hawa panas dan debu, aroma tak sedap pun menyengat hidungku. Aku sesak nafas, ingin mencari udara segar dan bersih seperti di tempat tinggalku di Girsang.

Aku sadar, ada perbedaan besar antara Medan dengan Kawasan Girsang Sipanganbolon. Aku lihat sekelilingku begitu banyak pohon. Tak heran udara begitu segar dan pemandangan asri. Adanya hutan di Kawasan Girsang buatku memperoleh pasokan oksigen setiap bernafas. Sadar akan manfaat hutan buatku sangat ingin mendukung kelestarian hutan.

Mencintai Hutan

Saat pertama kali tiba di Girsang, aku tidak suka mendengar suara Siamang bersahut-sahutan di dalam hutan ataupun melihat kera yang kadang datang mencuri tanaman tetangga. Bagiku itu mengganggu telinga dan buat jengkel. Tapi, setelah aku sadar peran Siamang dan kera, aku pun jadi lebih menghargai keberadaan mereka. Khususnya menghargai peranan dan jasa hutan yang berisi berbagai jenis pohon sebagai tempat tinggal binatang tersebut.



Hal itu juga buat aku ingat kata-kata di Kitab Suci yang memerintahkan bangsa Israel untuk melindungi pohon buah-buahan ketika berperang melawan kota musuh. Alasan yang Pencipta berikan kepada mereka sederhana saja.

”Kalau kalian mengepung satu kota dan merebutnya setelah berperang selama berhari-hari, jangan tebang pohon-pohonnya. Kalian boleh makan buahnya, tapi tidak boleh menebangnya. Pohon bukan manusia, jadi tidak harus diserang." kata Pencipta.

Perintah ini juga masih berlaku untuk sekarang, karena pohon-pohon khususnya pohon berbuah, menghasilkan makanan.  Aku sadar jika aku mencintai hutan dan turut mendukung kelestarian hutan, sama saja aku sedang mendukung pengkonservasian ciptaan Allah.

Luapan perasaan ini muncul beberapa tahun belakangan ini. Apalagi saat aku dapat menyaksikan keanekaragam buah di Girsang 1. Aku berkesempatan untuk menikmati durian, alpukat, mangga, kesemak, nenas, pepaya dan lainnya, dengan harga murah dan kualitas segar.

Tak lama ketika muncul keinginan untuk mendukung kelestarian hutan, aku berkesempatan untuk membantu pembagian bibit. Kegiatan ini dijalankan oleh Parhuta, organisasi yang bergerak di bidang lingkungan. Dalam hal ini Diketuai oleh Kak Norma Sinaga. Dia fokus untuk mendukung penghijauan di Kawasan Girsang Sipanganbolon.

Aku sangat bersemangat sekali saat tahu aku sendiripun mendapat bantuan 3 bibit pohon berbuah. Jenis tanaman buah yang dibagikan antara lain: alpokat, petai, terong belanda, biwa, sirsak, mangga, lemon, asam jeruk purut, buah kecapi atau sentul dan lainnya.

Aku mengadopsi bibit pohon lemon, jeruk nipis, dan terong belanda. Saking gembiranya, aku segera menanamnya di depan rumah. Berharap beberapa tahun lagi aku sudah dapat memetik hasil.

Kak Norma memang sengaja hanya memilih pohon berbuah. Harapannya itu dapat menambah asupan vitamin dan penghasilan bagi warga. Jenis pohon tersebut dipilih berdasarkan fakta pohon apa saja yang tumbuh subur di Girsang. Agar produksinya lebih baik, tidak membawa penyakit dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat sekitar. Alasan lainnya, masyarakat akan lebih antusias menanam pohon buah dengan harapan mereka tidak akan cenderung menebang pohon dan biaya perawatannya minim.


BAGIKAN POHON: Masyarakat menerima bantuan bibit untuk ditanam di pekarangan rumah
 

Penentu Masa Depan

Menurut Kak Norma, tujuan jangka pendek pembagian bibit pohon gratis ini yakni menanami semua lahan kosong dengan jenis pohon yang tidak terlalu membutuhkan perawatan ekstra dari pemilik tanah.

Untuk jangka panjang, menghijaukan daerah Girsang, menambah pendapatan masyarakat, mengurangi polusi dan level derajat udara. Ia berharap dengan lebih banyaknya pohon tumbuh di Girsang, itu akan meningkatkan kesehatan masyarakat secara natural dan tanpa biaya. Udara bersih dan sejuk dan mengurangi erosi di stuktural geologi di Girsang. Sebab belakangan ini sering terjadi tanah longsor.


Sasaran dari program ini semua lapisan masyarakat. Tapi, ia berharap lebih mengena ke masyarakat muda supaya lebih peduli lingkungan, mengerti dan mendalami krusialnya penanaman pohon guna membersihkan udara, penanggulangan bencana alam, sumber air dan guna mengarahkan generasi muda cinta alam, menikmati alam dan back to nature. Sebab, pohon merupakan sumber kehidupan

Dia berharap masyarakat dapat menyisihkan waktu untuk memikirkan masa depan generasi muda, bagaimana keadaan alam sekitar kelak di masa depan. Dengan memikirkan itu, mereka akan lebih peduli akan alam sekitar. Tidak lagi punya pola pikir yang sempit, yang hanya memikirkan short term solution atau hanya memikirkan kebutuhan hari ini. Tetapi, memberikan contoh melalui tindakan nyata kepada siapapun melalui kegiatan menaman pohon. Sebab,  sejauh ini masyarakat hanya fokus akan kebutuhan jangka pendek.

"Mari lebih sadar, peduli, bertindak akan situasi keseluruhan alam bumi kita. Kita harus melakukan sebisa-bisanya untuk mengkonservasi hutan bagi anak-anak kita. Masa depan hutan penentu masa depan kita. Apa yang kita tanam sekarang, akan kita petik di masa depan atau buat anak cucu kita” terangnya. 

Hutan Girsang

MENERIMA BIBIT: Salah satu warga yang menerima bibit pohon berbuah. Setiap warga berhak mendapatkan sedikitnya 3 bibit pohon berbuah.

Seperti kata pepatah sekali mendayung, dua tiga pulau terlampaui, Kak Norma juga punya ide untuk mendukung Girsang sebagai lokasi wisata yang memungkinkan wisatawan olahraga mendaki gunung. Salah satu jalur pendakian yaitu ke Bukit Simumbang.

Jika kita mendaki ke Bukit Simumbang, kita akan menyaksikan tanaman-tanaman pangan seperti padi, jagung, ubi jalar, ubi kayu, tebu, pisang, jeruk, kopi, tomat, coklat, nenas, alpukat, asam, berbagai kacang-kacangan, rempah-rempah, dan lainnya. Lokasi Girsang 1 merupakan sumber bahan pangan.

Selain sebagai bahan pangan, banyak rempah-rempahan di hutan digunakan sebagai obat-obatan. Apalagi selama pandemi Corona melanda, rempah seperti jahe, kunyit, lengkuas diburu karena khasiatnya. Penduduk Girsang 1 juga turut membudidayakan dan menggunakannya guna meningkatkan daya tahan tubuh. Kawasan ini cocok bagi para peneliti untuk meriset apakah ada tanaman di hutan ini berpotensi dijadikan obat.

 Hutan yang lebat ini juga menghasilkan oksigen dan menjaga Girsang 1 dari hujan deras yang mengikis tanah. Karena hutannya masih lestari, di sejumlah lokasi terdapat sungai tadah hujan. Sungai-sungai ini terbentuk karena adanya hutan tropis sepanjang tahun. 

Di dalam sejumlah sungai tersebut, masyarakat setempat memanfaatkannya sebagai sumber pengairan air dan budidaya ikan seperti Lele dan Gabus. Di dalam hutan ini, kita juga bisa menjumpai berbagai jenis satwa seperti Imbo atau Siamang, burung Enggang, Beruang Madu, dan binatang unik lainnya. (Penulis: Damayanti)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan isi formulir

Samosir Pilihan Terbaik bagi Kamu Berpetualang Jelajahi Eksotisme Danau Toba

Danau Toba sangat luas. Terdiri dari 8 kabupaten. Jika kamu hanya punya libur dua hari rasanya tak cukup untuk eksplorasi banyak hal di Dana...