API: Tanaman Berpotensi Tinggi di Indonesia Sering Disepelekan






(Analisa/Damayanti) TUNJUKKAN BUAH MURBEI: Baskara Liga, Pelopor API, menunjukkan buah murbei yang kerap disepelakan orang. Buah tersebut dapat dijadikan selai roti. Selain murbei, masih banyak jenis tanaman lain yang selama ini tidak dianggap, memilki potensi tinggi bila dikembangkan.

http://harian.analisadaily.com/ekonomi/news/api-tanaman-berpotensi-tinggi-di-indonesia-sering-disepelekan/117325/2015/03/19

Medan, (Analisa). Pelopor Asosiasi Planter Indonesia Baskara Liga mengatakan Indonesia sering menyepelekan tanaman yang memiliki potensi tinggi. Akibat disepelekan, beberapa tanaman tersebut nyaris hilang. Bahkan, sejumlah produk impor seperti buah-buahan dan sayuran sebenarnya dapat dikembangkan di Tanah Air.

“Kita punya tanaman buah dan sayur jauh lebih beragam dan memiliki potensi tinggi dibandingkan milik negara lain. Tapi, orang banyak menyepelekannya. Misalkan saja talinum triangulare atau sayur ginseng, daunnya bisa jadi sayur dan akarnya bisa jadi obat. Bagi mereka yang tidak tahu manfaatnya, pasti itu dibuangnya,” ujarnya kepada Analisa belum lama ini.

Konsultan Pertanian yang aktif memberikan pelatihan kepada para petani di berbagai daerah di Indonesia ini menyampaikan, API berusaha mengumpulkan tanaman eksotis dari beragam tempat dan melakukan penelitian tentang tanaman tersebut. Kini, ia mengoleksi puluhan tanaman yang diharapkan dapat dikembangkan oleh para petani.

Di lahan belakang rumahnya seluas 2 ½ rante, ia menanami puluhan jenis tanaman eksotis di antaranya berbagai macam durian, mangga, basella rubra atau sayur raja merah, basella alba atau sayur raja hijau, citrus lemon atau jeruk lemon, vitid labrusca atau anggur, ficus carica l atau buah tin, dan berbagai lainnya. Satu yang paling unik yakni buah miracle atau buah ajaib, yang dapat menghilangkan rasa asam maupun pahit di lidah jika memakannya.

Tidak Rumit
Baskara bersama timnya, masih meneliti berbagai jenis tanaman lainnya dan berencana untuk mengembangkan buah tersebut dijadikan produk siap pakai. “Bukan hanya srikaya yang dapat dijadikan selai, buah murbei juga. Rasanya sangat nikmat. Menanamnya juga tidak rumit dan tidak membutuhkan lahan luas,” ujarnya.

Tanaman buah yang ia kembangkan dan diharapkan dapat mengganti buah impor di antaranya lemon, apel, anggur, dan jeruk. Ia ingin para petani kecil maupun besar dapat saling mendukung memajukan pertanian Indonesia bersama API yang beralamat di Jalan Kartini 155 Kisaran dan di Jalan Bangka nomor 55 Medan. 

Ia juga menantang para mahasiswa pertanian untuk membuat penelitian atau skripsi unik tentang pemanfaatan tanaman tersebut. “Mahasiswa kan sering tuh hanya ubah judul tapi isinya sama. 
Saya tantang mereka untuk memikirkan produk hilirisasi  seluruh tanaman yang sedang saya teliti ini,” jelasnya. (dyt)

Lebih Baik Ketimbang Kuliah, Merantau (Kerja) ke Jepang yuk...!

Pernah terpikir untuk bekerja di Jepang? 


Awalnya saya juga tidak pernah berpikir untuk ke Jepang. Tapi jika disuruh memilih, saya lebih memilih bekerja di Jepang ketimbang di Indonesia. Bukan tak cinta sama kampung halaman dan tanah air sendiri. Tak lain dan tak bukan, karena pengalaman dan gaji yang lebih besar ditawarkan oleh Jepang. Siapa sih yang tidak mau dapat gaji hampir 4 kali lipat dari upah minimum regional (UMR), pengalaman tinggal di Negeri Sakura dengan empat musim, bekerja dengan para profesional di perusahaan-perusahaan yang punya etika kerja berkualitas tinggi. Belum lagi dengan serentetan hal lainnya.



Tahu gak? Gaji pokok di Jepang itu 9-10 juta per bulan. Woow banget kan!
Selama kita terikat kontrak kerja dengan perusahaan Jepang, kita juga dapat modal kerja. Jadi, pulang dari Jepang, kita sudah dapat bekal pengalaman kerja, pengalaman hidup dan modal! Keren kan! Gak hanya itu, selesai kontrak kita juga berkesempatan untuk bekerja di perusahaan Jepang di Indonesia. Jadi, gak perlu cemas seusai pulang dari Jepang. Tentu itu cerita yang menggembirakan, bukan? Tapi semua itu bisa terjadi kalau kita berhasil melewati serangkaian proses.

Di zamanku dulu, aku ikuti seleksi magang di sebuah lembaga di Medan. Kuikutin semua arahan dari pembimbing lembaga tersebut agar bisa lolos di tiap tahapan seleksi. Sekitar 3 bulan belajar di lembaga tersebut, tibalah waktu seleksi. Dalam tiap tahapan seleksi berlaku sistem gugur. Dimulai dari seleksi pemberkasan, matematika, kesamaptaan, fisik, wawancara, medical check up dan terakhir bahasa Jepang.



Syukur banget, semua tahapan dapat lulus hingga masuk ke tahap pendidikan.
Nah, ada dua tahap pendidikan. Tahap pendidikan di daerah tempat rekrut dan di pusat. Setelah menyelesaikan tahap pendidikan 4 bulan, waktu yang paling dinantikan pun tiba. Saya berangkat ke Jepang.



Sesampainya di sana, saya masuk ke pusat pelatihan di Kota Chiba selama 1 bulan.
Setelah itu, saya dikirim ke perusahaan Jepang yang telah ditentukan sebelum keberangkatan. Saya magang di perusahaan konstruksi bagian profil baja untuk kontruksi bangunan seperti pabrik, jembatan, jalan dan sebagainya. Saya tekuni itu selama 3 tahun karena kontraknya hanya sampai tiga tahun. Selama di Negeri Sakura, saya menemukan banyak hal baru, budaya, makanan dan kebiasaan-kebiasaan lainnya. Sungguh pengalaman luar biasa!

Awal tiba di Jepang, saya rindu dengan kampung halaman. Namun, seraya waktu berlalu dan mulai beradaptasi akhirnya saya menjadi betah tinggal disana. Saya malah tidak ingin cepat-cepat pulang ke Indonesia. Tapi karena kontraknya selama 3 tahun, jadi mau tidak mau harus pulang ke negara asal kita.

Saat hendak pulang ke negara asal, kita diberikan modal usaha sebesar Rp70juta dan diberi kesempatan untuk bekerja diperusahaan Jepang yang ada di Indonesia. Sudah dapat pengalaman kerja, gaji besar, keterampilan, wawasan, dan tentu mental yang luar biasa. Sebab, para perantau memang punya mental baja bukan? Apalagi perantau dari Jepang! Dana yang dihabiskan untuk program ini tidak begitu besar. Dari proses pelatihan sampai pendidikan sekitar 8 bulan sampai 1 tahun, hanya menelan biaya kurang lebih Rp15juta sampai Rp20juta. Biaya itu tidak sekaligus dibayar tapi secara bertahap. Setelah di Jepang modal kita sudah bisa dipastikan akan cepat kembali. Dalam waktu 3 bulan modal sudah kembali. Selebihnya, uang yang kita peroleh bisa kita tabung atau bantu ekonomi keluarga.

Program magang/kerja di Jepang yang sangat bermanfaat. Jadi, ikuti saja prosedur dan seleksinya. Saya bisa bantu kamu untuk konsultasi apa saja tentang program ini. Jangan segan bertanya gratis kok.

Hubungi saya lewat fesbuk atau no HP atau langsung temui kami di LPK Hiroki. Kami akan jawab segudang pertanyaanmu. Akun FB saya Nando Damanik.

Di postingan berikutnya, saya akan berbagi pengalaman unik yang hanya bisa kita temui di Jepang. So, tunggu postingan berikutnya ya Sob! Bantu sebarin info ini ke kawan-kawan, keluarga, tetangga atau siapa yang kamu kenal pengen merantau ke Jepang. Terimakasih!


API Bangun Komunitas UMKM Kreatif

API Bangun Komunitas UMKM Kreatif



(Analisa/damayanti). MEMASAK: Para anggota Komusatif tengah memasak tahu khas olahan sendiri. API membangun wadah Komusatif sebagai pusat penyaluran hasil kreativitas dan inovasi para anggota UMKM, khususnya yang berada di Asahan.

Kisaran, (Analisa). Asosiasi Planter Indonesia (API) bangun wadah komunitas usaha mikro kecil menengah (UMKM) kreatif. Komunitas ini ditujukan sebagai pusat penyaluran hasil kreativitas dan inovasi para anggota UMKM, khususnya yang berada di Kisaran. Selain itu, sebagai pusat untuk mengembangkan potensi komoditas unggulan dan oleh-oleh khas Sumatera Utara, khususnya Kisaran.

Pelopor API, Baskara Liga, mengemukakan, ia telah lama merencanakan untuk membangun komunitas ini. Ia telah mengumpulkan puluhan para anggota UMKM, melatih dan membantu mereka untuk menghasilkan berbagi produk seperti jus, coklat, keripik, dan makanan cemilan yang semuanya berorientasi untuk meningkatkan kesehatan masyarakat.

“Sudah lama merencanakannya. Tapi, bulan ini baru terwujud. Masih banyak anggota UMKM yang akan dilibatkan untuk maju bersama. Masih banyak produk yang akan dikonsep dan diluncurkan. Kami (API) masih terus bekerja untuk mengembangkan Komunitas Asahan Kreatif atau Komusatif,” ujar Baskara, pada saat peresmian pusat Komusatif, Senin (25/7).

Anggota Komusatif telah mengisi wadah ini dengan berbagai produk seperti jus murberi, jus buah pala, coklat, keripik singkong, dan produk lainnya. Pihakya berfokus agar masyarakat tidak hanya mendapatkan produk yang terjangkau, terlebih lagi sehat dan aman dikonsumsi. Para pekerja di Komusatif juga terdiri dari para lulusan SMA yang sedang mencari kerja sehingga mengurangi pengangguran di Asahan.

Sang Pendiri juga berharap wadah ini dapat menjadi tempat berkumpul para anggota planter untuk berbagi ide mengembangkan pertanian Indonesia, khususnya produk hilirisasi. Sebab, pengembangan produk tersebut diyakini dapat menyerap banyak tenaga kerja, meningkatkan gizi dan menyediakan semakin banyak produk terjangkau bagi masyarakat. (dyt)

Tingkatkan Standar Pelayanan, BPS Provsu Minta Masuka

Tingkatkan Standar Pelayanan, BPS Provsu Minta Masukan


http://harian.analisadaily.com/ekonomi/news/tingkatkan-standar-pelayanan-bps-provsu-minta-masukan/37522/2014/06/12


(Analisa/Damayanti) DENGARKAN MASUKAN: Kepala BPS Provsu Ir. Wien Kusdiatmono (kanan) bersama Kabid IPDS (Integrasi Pengolahan dan Diseminasi Statistik) Thomas Wunang Tjahjo, M.Sc, M.Eng., tengah mendengarkan masukan dari para konsumen yang sering mengunjungi perpustakaan BPS Sumut, di Ruang Vicon Lantai 3, Rabu (11/6). Hal itu dilakukan BPS guna meningkatkan standar pelayanan publik.
Medan, (Analisa). Demi meningkatkan standar pelayanan pu-blik, Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumatera Utara (Provsu) meminta masukan kepada para konsumen. Pihaknya mengundang sejumlah pihak dari media, mahasiswa, pegawai negeri sipil (PNS), dan pegawai swasta yang sering memanfaatkan layanan perpus-takaan BPS Sumut untuk memberikan usulan dalam rapat yang diadakan di Ruang Vicon Lantai 3 Jalan Asrama No.179 Medan, Rabu (11/6).
Dalam pembahasan tersebut Kepala BPS Provinsi Sumatera Utara Ir. Wien Kusdiatmono beserta para pegawai BPS memaparkan jenis pelayanan yang ada di BPS baik berupa layanan publikasi di perpustakaan juga website BPS. Francisca Wenny AWS, pegawai yang bertugas di perpustakaan BPS Sumut, memaparkan ada lima jenis layanan yang dapat dimanfaatkan para pengunjung BPS.
Lima jenis layanan itu antara lain: perpustakaan tercetak, perpustakaan digital, layanan data mikro, konsultasi statistik, dan penjualan softcopy maupun hardcopy. Dari lima jenis layanan tersebut, menurut BPS Sumut, para pengunjung lebih sering memanfaatkan layanan perpustakaan tercetak. Padahal, penjelasan mengenai layanan tersebut sudah terpampang dengan jelas di depan pintu masuk perpustakaan.

Masukan
Setelah menyampaikan penjelasan mengenai layanan publik yang disediakan, Kabid IPDS (Integrasi Pengolahan dan Diseminasi Statistik) Thomas Wunang Tjahjo, M.Sc, M. Eng langsung menanyakan saran dan pandangan para konsumen. Pihak dari media memberikan saran agar pihak BPS Sumut mampu me-nyediakan data khusus bagi para jurnalis dalam bentuk excel maupun grafik berbasis vektor.

Selain itu, pihaknya juga meminta supaya update data lebih cepat terbit. Menjawab komentar itu, Thomas, Kabid IPDS, mengemukakan pihaknya akan mengupayakan semaksimal mungkin guna memenuhi permintaan dari pihak media. Namun, menurutnya, tidak semua hal itu bisa dipenuhi sebab BPS memiliki time lag dan harus mengikuti prosedur yang telah ditetapkan dalam mempublikasikan data.

Sementara dari pihak mahasiswa memberikan usulan agar pihak BPS menempelkan informasi mengenai alur layanan dan menyediakan mesin fotokopi yang memudahkan para konsumen untuk memotokopi bahan yang mereka akan teliti. Pihak BPS pun menerima gagasan tersebut dan mengatakan perlu menyusun program untuk itu. “Kami menerima usulannya. Kami akan melaporkan ke pimpinan karena ini masih terkait dengan PNBP (penerimaan negara bukan pajak),” jawab Thomas kepada para mahasiswa.
Terakhir dari pihak PNS, Yosi Sukmono Kasubbid Tata Ruang dan Pengembangan Wilayah Bappedasu mengapresiasi kinerja BPS Sumut yang saat ini menurutnya jauh lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya. Meski demikian, ia menyoroti kelemahan pelayanan di BPS Kabupaten dan Kota yang tidak update dalam memberikan informasi.

Para pemberi masukan baik dari mahasiswa, media dan pegawai turut menambahkan keramahtamahan pegawai dalam melayani perlu ditingkatkan. “Saya sering ditanya teman saya dari USU, Unimed, bagaimana pelayanan di BPS. Banyak yang beranggapan pelayanan birokrat itu kurang menyenangkan. Padahal belum tentu. Mungkin pihak BPS juga perlu meningkatkan keramahtamahan agar kesan dan anggapan itu hilang,” ujar Depo Lestari Sinaga, Mahasiswi USU Jurusan Statistik semester VI.

Menanggapi seluruh pemberi usulan, Thomas menerangkan pihaknya senang dengan semua masukan dan akan segera melakukan pembenahan sesuai prosedur. Namun, ia beserta para pegawai BPS juga meminta kerja sama dengan para konsumen atau pemberi masukan agar memberitahukan pelayanan BPS Sumut.

Badan Pusat Statistik Sumut juga menyoroti tentang tingkah laku buruk para pengunjung yang sering didapati seperti menyobek buku, menempatkun buku sembarangan, dan kurang mematuhi aturan yang sudah jelas tertulis dan terpampang di perpustakaan. “Kami sering menemukan isi buku itu dirobek. Itu tidak bagus karena orang lain tidak bisa lagi memakai buku tersebut akibat tidak lengkap. Jadi, mari kita sama-sama menganggap BPS Sumut itu milik kita bersama,” pungkas Thomas. (dyt)

Serunya Buat Kerajinan Tangan di Indonesia Festival

Serunya Buat Kerajinan Tangan di Indonesia Festival




(Analisa/damayanti) MENGANYAM: Anak kelas II MIS sedang menganyam keranjang bersama Ibu Eka, Pengrajin Tikar Pandan


http://harian.analisadaily.com/liputan-sekolah/news/serunya-buat-kerajinan-tangan-di-indonesia-festival/116333/2015/03/15

Sejuk, hening, dan in­dah, begitulah suasana sa­­at Ana­lisa berkunjung untuk menyak­sikan acara Indo­nesia Festival (Indo­fest) yang berlang­sung selama sepekan mulai 9 sampai 14 Maret.Serunya ke­gi­a­tan kerajinan tangan dan menari di Medan Independent School (MIS).

Sangmin, siswa kelas 5, terlihat asyik menga­ny­am ke­ran­jang kecil bersa­ma Jo, sis­wa kelas 4. Me­re­ka berdua serius mem­per­ha­tikan Ibu Eka,­ Peng­rajin Ti­kar Pandan. “Aku coba ya Bu,” kata Sang­min de­ngan menampakkan wa­­jah se­rius kepada Ibu Eka agar memberinya ke­sem­pa­tan mengerjakan anya­man sen­diri. Begitu juga dengan Jo,yang tak mau ka­lah.­Me­reka ber­dua sangat fo­kus dengan pekerjaan me­reka.

Berbeda sekali dengan Marcello Sianipar, siswa kelas 5, beserta kawan-ka­­wan­nya yang sedang mem­buat mang­kuk dari ta­nah liat. Mereka ti­dak ha­nya asyik membuat ma­ng­kuk, tapi juga sibuk mem­­­­ban­dingkan hasil kre­a­si me­­reka masing-ma­sing.­“Aku bu­at sedikit aneh­­lah biar ja­ngan ada yang ambil punyaku. Aku buat beda dari yang lain ya Bu,” kata­nya kepada Bu Wati Pe­ngra­jin tanah liat.

Teman-teman Marcello pun jadi ikut-ikutan. Semu­la, tanah liat ditujukan un­tuk membuat mangkuk,mereka malah mem­­bu­at ukiran berupa ember, as­bak, dan lainnya. Bu Wati sampai kegelian lihat ha­sil karya mereka. Apalagi, be­be­rapa an­ak sangkin ge­mas­nya meli­hat tanah liat, menge­luarkan tena­ga  ber­lebihan ke ta­nah, me­nye­­babkan ceta­kan men­jadi miring. “Te­kan tanah­nya pa­kai pera­saan ya, nak. Jangan asal ditekan, nanti bisa rusak,’ kata Bu Wati sembari ter­senyum.

Di lokasi lain, ada anak-anak yang tengah berkon­sent­rasi tinggi untuk me­nger­jakan ukiran kayu bed nama.Mereka adalah Lan­riner,  dan kawan­nya yang pemalu. Keduanya me­ngha­biskan waktu cu­kup lama bersama Yon Riko dan Hot Boyma, ma­hasis­wa Uni­med Semester 4 Jurusan Seni Rupa. Untuk kerajinan yang satu ini me­mang peminatnya tidak ba­nyak.Sebab, an­ak-an­ak ha­rus benar-be­nar sa­bar dan me­mi­liki te­na­ga ektsra untuk menge­tuk or­na­men uki­ran yang ter­buat dari kayu sangat seru dan me­nye­nang­kan.

Melihat wa­­jah lucu,­ma­nis,­dan im­ut murid ke­las 1 sam­pai 10 di MIS,­ ber­ke­na­lan, ber­ma­in,dan se­mua ak­tivitas yang Analisa iku­tin satu per satu, mem­buat sua­­sa­na hati gem­bira.
Sebe­nar­nya masih banyak kegiatam, po­kok­­nya acara ini seru deh. ­Se­­moga di lain waktu ada aca­ra seru seperti ini. (Damayanti)

Kualanamu Berpotensi Jadi Bandara Aerotropolis






Sumber : Angkasa Pura II+Internet

http://harian.analisadaily.com/ekonomi/news/kualanamu-berpotensi-jadi-bandara-aerotropolis/50773/2014/07/26 

Medan, (Analisa). Bandar Udara Internasional Kualanamu (KNIA) di­pas­tikan dapat menjadi bandara berkonsep aero­tropolis pertama di Indonesia. Bandara terbesar kedua setelah Soekarno Hatta ini memiliki beragam faktor yang men­dukungnya menjadi bandara internasional yang dapat memajukan ekonomi Indonesia, khususnya Pulau Su­matera.

Sejak beroperasi pada 25 Juli 2013, KNIA mengundang beragam pujian dan kritikan yang membangun. Dalam tahap I pembangunan, bandara ini telah dapat menampung 8,1 juta penumpang dan 10.000 pergerakan pesawat per tahun. Apabila tahap kedua rampung, bandara ini akan mencapai 25 juta pe­numpang per tahun.

Fasilitas dan infrastruktur penunjang seperti pembangunan jalur kereta api, jalan raya yang lebar yang memung­kinkan bus dan mobil melintas, men­dorong kemajuan bandara ini. Fre­kuensi perjalanan pun terus meningkat. Jika di awal pengoperasian hanya 13 kali per arah, pada Mei 2014, frekuensi perjalanan meningkat menjadi 20 kali per arah.

Apalagi menjelang implementasi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015, berbagai upaya dilakukan PT. Ang­kasa Pura II demi meningkatkan kemajuan bandara tersebut. Tengku Said Ridwan General Manager PT. Angkasa Pura II, mengatakan, KNIA akan menjadi bandara pusat dan ger­bang Indonesia bagian barat dan pusat logistik yang mencapai 4 juta metrik ton per tahun pada 2050.
Keberadaan KNIA yang akan terko­neksi langsung dengan Pelabuhan Tan­jung Kuala-pelabuhan internasional, dan kawasan ekonomi khusus Sei Mangkei, mendukungnya sebagai pusat internasional. Bandara ini akan mem­berikan dampak sosial dan ekonomi bagi masyarakat yang tinggal hingga 60 mil dari pusat bandara.

Guna mewujudkan KNIA menjadi bandara aerotropolis, PT. Angkasa Pura (AP) II tengah menyiapkan infrastruk­tur fasilitas komersial berupa hotel berkelas bintang lima, empat, dan tiga, plaza dan pusat pertunjukan, pusat pelatihan bandara, taman bisnis berupa perkantoran dan toko, gudang kargo dan logistik, pom bensin dan ruang pe­ristirahatan, taman golf, dan taman rekreasi.
Ia mengemukakan, posisi KNIA sangat mendukung sistem logistik na­sional dan masterplan percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi Indonesia (MP3EI), sebagaimana yang diharapkan pemerintah. Kualanamu akan menjadi pusat dan gerbang Inter­na­sional di Indonesia dengan area la­yanannya meliputi Asia, ASEAN, dan APEC. Di dalam negeri, bandara itu ber­­peran menjadi area servis koridor ekonomi I Sumatera, koridor ekonomi II Jawa, dan koridor ekonomi III Ka­limantan.

Tantangan
Wakil Ketua Umum Kamar Dagang Sumatera Utara Bidang Logistik yang juga merupakan Ketua Gabungan Pe­rusahaan Ekspor Indonesia (GPEI) Su­mut menyatakan, tantangan yang diha­dapi KNIA untuk menjadi bandara ber­konsep aerotropolis di antaranya ta­tanan aturan serta tata kelola dan estetika yang mengacu kepada kla­sifikasi internasional.

Dibutuhkan kerja sama yang solid antara Badan Usaha Milik Negara (BUMN), swasta, serta usaha kecil me­nengah (UKM) dengan standar opera­sional yang jelas dan terukur. Untuk menyaingi bandara dalam negeri dan luar negeri, KNIA harus mampu me­ngoptimalisasi pencapaian kepuasan pelanggan. Bandara harus mempunyai pelayanan dengan sistem C.I.Q.S (custom, immigration, quarantine, security).

Wakil Ketua Umum Kadin Sumut Tomi Wistan menyoroti sejumlah ham­batan yang harus segera dibenahi AP II seperti penyediaan listrik yang me­madai, bahkan jika perlu tidak bergan­tung kepada perusahaan listrik negara. Pengembangan infrastruktur teknologi seperti wifi, dan sarana teknologi lain­nya yang memungkinkan bagi para penumpang dapat menikmati suasana bandara yang modern.

Rekomendasi
Akses jalan lingkar dalam dan luar menuju bandara, standar kenyamanan mulai dari masuk sampai terbang serta fasilitas pendukung yang rapi, bersih, dan aroma yang nyaman, perlu diting­katkan. AP II urgen menetapkan regu­lasi yang definitif terlebih komit­men­nya terhadap pelaksanaan serta kepas­tian hukum pelaku usaha dalam menja­lankan usaha, rencana yang terprogram, serta sumber daya manusia yg prima.

Pengamat ekonomi Hanny Siagian mengkritisi, Kualanamu harus mem­buka peluang rute penerbangan yang lebih luas dengan pasar yang lebih besar. Untuk itu, ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh AP II sehu­bu­ngan dengan lingkungan, pelayanan, dan biaya.
Terkait lingkungan, agar menjadi bandara aerotropolis, diperlukan komit­men antara pengelola, pihak maskapai dan pemerintah, yang saling mendu­kung. Terutama kerja sama pihak pe­merintah, AP II, dan PTPN III terkait pembebasan lahan peruntukkan Kua­lanamu.

Akses menuju bandara yang masih terbatas sebab jalan non tol semrawut. Pengelolaan dan desain KNIA butuh ditingkatkan. Seperti sejumlah ba­ngunan yang catnya pudar dan terkesan asal, semen tembok atau lantai yang rusak, dan kaca yang tidak jernih.

Infrastruktur pendukung seperti toilet, tempat ibadah, restoran, pertokoan, tempat duduk yang nyaman, penting untuk ditambahkan. Pembangunan In­frastruktur sebagaimana yang direnca­nakan, harus dipercepat.

Akses keluar masuk bandara yang sangat bebas, perlu ditinjau ulang guna menjaga keamanan bandara. Penem­patan satpam yang masih kurang khu­susnya pada pos-pos rawan. Regulasi dan sanksi yang tegas terhadap peda­gang asongan dan taksi liar serta preman yang selama ini menyebabkan kon­disi bandara awut-awutan.

Perlu batasan jumlah pengantar se­hingga bandara tidak terlalu padat. Pe­tugas kebersihan seharusnya lebih aktif menjaga kebersihan agar tingkat keber­sihan KNIA mencapai standar in­ternasional. Dan memang, masyarakat semestinya ikut menjaga kebersihan bandara dengan tidak duduk di lantai atau membuang sampah sembarangan.

Pelayanan prima harus menjadi prioritas. Para petugas di bandara pen­ting menjaga sikap sopan dan ramah terhadap para penumpang, termasuk petugas imigrasi. Kepentingan para pelanggan wajib untuk dipilah-pilah, misalnya, kebutuhan para pengusaha eksportir, importir, perlu dipisahkan dari pelanggan biasa, tanpa membe­rikan servis yang berat sebelah.

Para pengunaan kendaraan butuh diarahkan untuk memasuki lokasi par­kiran dengan tertib dan teratur. Selain itu, perlu ada ketegasan atas keamanan kendaraan bagi penumpang yang me­nginap.

Terkait biaya, tarif kereta api Medan menuju Kualanamu perlu dikalkulasi ulang. Tarif sekali jalan Rp 80ribu per penumpang terlalu mahal. Hal ini me­ngakibatkan banyak penumpang yang menggunakan tranportasi alter­natif yang lebih murah misalnya taksi, damri, mobil pribadi, dan lainnya. Akibatnya, potensi laba dari kereta api belum dimaksimalkan oleh perusahaan pa­tungan AP II dengan Perusahaan Kereta Api. (dyt)





Samosir Pilihan Terbaik bagi Kamu Berpetualang Jelajahi Eksotisme Danau Toba

Danau Toba sangat luas. Terdiri dari 8 kabupaten. Jika kamu hanya punya libur dua hari rasanya tak cukup untuk eksplorasi banyak hal di Dana...