Sumber
: Angkasa Pura II+Internet
http://harian.analisadaily.com/ekonomi/news/kualanamu-berpotensi-jadi-bandara-aerotropolis/50773/2014/07/26
Medan,
(Analisa). Bandar Udara Internasional Kualanamu
(KNIA) dipastikan dapat menjadi bandara berkonsep aerotropolis pertama di
Indonesia. Bandara terbesar kedua setelah Soekarno Hatta ini memiliki beragam
faktor yang mendukungnya menjadi bandara internasional yang dapat memajukan
ekonomi Indonesia, khususnya Pulau Sumatera.
Sejak
beroperasi pada 25 Juli 2013, KNIA mengundang beragam pujian dan kritikan yang
membangun. Dalam tahap I pembangunan, bandara ini telah dapat menampung 8,1
juta penumpang dan 10.000 pergerakan pesawat per tahun. Apabila tahap kedua
rampung, bandara ini akan mencapai 25 juta penumpang per tahun.
Fasilitas
dan infrastruktur penunjang seperti pembangunan jalur kereta api, jalan raya
yang lebar yang memungkinkan bus dan mobil melintas, mendorong kemajuan
bandara ini. Frekuensi perjalanan pun terus meningkat. Jika di awal
pengoperasian hanya 13 kali per arah, pada Mei 2014, frekuensi perjalanan
meningkat menjadi 20 kali per arah.
Apalagi
menjelang implementasi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015, berbagai upaya
dilakukan PT. Angkasa Pura II demi meningkatkan kemajuan bandara tersebut.
Tengku Said Ridwan General Manager PT. Angkasa Pura II, mengatakan, KNIA akan
menjadi bandara pusat dan gerbang Indonesia bagian barat dan pusat logistik
yang mencapai 4 juta metrik ton per tahun pada 2050.
Keberadaan
KNIA yang akan terkoneksi langsung dengan Pelabuhan Tanjung Kuala-pelabuhan
internasional, dan kawasan ekonomi khusus Sei Mangkei, mendukungnya sebagai
pusat internasional. Bandara ini akan memberikan dampak sosial dan ekonomi bagi
masyarakat yang tinggal hingga 60 mil dari pusat bandara.
Guna
mewujudkan KNIA menjadi bandara aerotropolis, PT. Angkasa Pura (AP) II tengah
menyiapkan infrastruktur fasilitas komersial berupa hotel berkelas bintang
lima, empat, dan tiga, plaza dan pusat pertunjukan, pusat pelatihan bandara,
taman bisnis berupa perkantoran dan toko, gudang kargo dan logistik, pom bensin
dan ruang peristirahatan, taman golf, dan taman rekreasi.
Ia
mengemukakan, posisi KNIA sangat mendukung sistem logistik nasional dan masterplan
percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi Indonesia (MP3EI), sebagaimana
yang diharapkan pemerintah. Kualanamu akan menjadi pusat dan gerbang Internasional
di Indonesia dengan area layanannya meliputi Asia, ASEAN, dan APEC. Di dalam
negeri, bandara itu berperan menjadi area servis koridor ekonomi I Sumatera,
koridor ekonomi II Jawa, dan koridor ekonomi III Kalimantan.
Tantangan
Wakil
Ketua Umum Kamar Dagang Sumatera Utara Bidang Logistik yang juga merupakan
Ketua Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia (GPEI) Sumut menyatakan, tantangan
yang dihadapi KNIA untuk menjadi bandara berkonsep aerotropolis di antaranya
tatanan aturan serta tata kelola dan estetika yang mengacu kepada klasifikasi
internasional.
Dibutuhkan
kerja sama yang solid antara Badan Usaha Milik Negara (BUMN), swasta, serta
usaha kecil menengah (UKM) dengan standar operasional yang jelas dan terukur.
Untuk menyaingi bandara dalam negeri dan luar negeri, KNIA harus mampu mengoptimalisasi
pencapaian kepuasan pelanggan. Bandara harus mempunyai pelayanan dengan sistem
C.I.Q.S (custom, immigration, quarantine, security).
Wakil
Ketua Umum Kadin Sumut Tomi Wistan menyoroti sejumlah hambatan yang harus
segera dibenahi AP II seperti penyediaan listrik yang memadai, bahkan jika
perlu tidak bergantung kepada perusahaan listrik negara. Pengembangan
infrastruktur teknologi seperti wifi, dan sarana teknologi lainnya yang
memungkinkan bagi para penumpang dapat menikmati suasana bandara yang modern.
Rekomendasi
Akses
jalan lingkar dalam dan luar menuju bandara, standar kenyamanan mulai dari
masuk sampai terbang serta fasilitas pendukung yang rapi, bersih, dan aroma
yang nyaman, perlu ditingkatkan. AP II urgen menetapkan regulasi yang
definitif terlebih komitmennya terhadap pelaksanaan serta kepastian hukum
pelaku usaha dalam menjalankan usaha, rencana yang terprogram, serta sumber
daya manusia yg prima.
Pengamat
ekonomi Hanny Siagian mengkritisi, Kualanamu harus membuka peluang rute
penerbangan yang lebih luas dengan pasar yang lebih besar. Untuk itu, ada
beberapa hal yang harus diperhatikan oleh AP II sehubungan dengan lingkungan,
pelayanan, dan biaya.
Terkait
lingkungan, agar menjadi bandara aerotropolis, diperlukan komitmen antara
pengelola, pihak maskapai dan pemerintah, yang saling mendukung. Terutama
kerja sama pihak pemerintah, AP II, dan PTPN III terkait pembebasan lahan
peruntukkan Kualanamu.
Akses
menuju bandara yang masih terbatas sebab jalan non tol semrawut. Pengelolaan
dan desain KNIA butuh ditingkatkan. Seperti sejumlah bangunan yang catnya
pudar dan terkesan asal, semen tembok atau lantai yang rusak, dan kaca yang
tidak jernih.
Infrastruktur
pendukung seperti toilet, tempat ibadah, restoran, pertokoan, tempat duduk yang
nyaman, penting untuk ditambahkan. Pembangunan Infrastruktur sebagaimana yang
direncanakan, harus dipercepat.
Akses
keluar masuk bandara yang sangat bebas, perlu ditinjau ulang guna menjaga
keamanan bandara. Penempatan satpam yang masih kurang khususnya pada pos-pos
rawan. Regulasi dan sanksi yang tegas terhadap pedagang asongan dan taksi liar
serta preman yang selama ini menyebabkan kondisi bandara awut-awutan.
Perlu
batasan jumlah pengantar sehingga bandara tidak terlalu padat. Petugas
kebersihan seharusnya lebih aktif menjaga kebersihan agar tingkat kebersihan
KNIA mencapai standar internasional. Dan memang, masyarakat semestinya ikut
menjaga kebersihan bandara dengan tidak duduk di lantai atau membuang sampah
sembarangan.
Pelayanan
prima harus menjadi prioritas. Para petugas di bandara penting menjaga sikap
sopan dan ramah terhadap para penumpang, termasuk petugas imigrasi. Kepentingan
para pelanggan wajib untuk dipilah-pilah, misalnya, kebutuhan para pengusaha
eksportir, importir, perlu dipisahkan dari pelanggan biasa, tanpa memberikan
servis yang berat sebelah.
Para
pengunaan kendaraan butuh diarahkan untuk memasuki lokasi parkiran dengan
tertib dan teratur. Selain itu, perlu ada ketegasan atas keamanan kendaraan
bagi penumpang yang menginap.
Terkait
biaya, tarif kereta api Medan menuju Kualanamu perlu dikalkulasi ulang. Tarif
sekali jalan Rp 80ribu per penumpang terlalu mahal. Hal ini mengakibatkan
banyak penumpang yang menggunakan tranportasi alternatif yang lebih murah
misalnya taksi, damri, mobil pribadi, dan lainnya. Akibatnya, potensi laba dari
kereta api belum dimaksimalkan oleh perusahaan patungan AP II dengan
Perusahaan Kereta Api. (dyt)