Tampilkan postingan dengan label UMKM. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label UMKM. Tampilkan semua postingan

Tetap Produktif Berkat Internet tanpa Batas


Siapa sangka hidup kita harus berubah sejak Maret 2020. Perubahan ini begitu mendadak. Pembatasan yang diterapkan Pemerintah memaksa kita untuk berpikir bagaimana cara tetap produktif meski harus di rumah saja. Syukurlah ada jalan keluar bagi para guru, murid, pebisnis, penulis dan lainnya. Pembatasan tidak menghambat produktivitas dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab. Sebab, internet menyediakan ruang tanpa batas.

Tidak hanya di tahun 2020, bahkan hingga sekarang Februari 2022, sekolah dan kampus masih harus melakukan pembelajaran secara daring. Mau tidak mau, guru dan murid harus mengandalkan internet untuk belajar. Belum tahu sampai kapan pandemi ini akan berakhir. Tapi yang pasti aktivitas kehidupan harus terus berlanjut. Kebutuhan akan Internetpun terus melaju.

Tahun 2020 menjadi tahun paling berat dan menjadi pelajaran. Tidak hanya bagi sekolah atau kampus, para pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM) juga mendapat pelajaran penting yaitu perlunya meningkatkan pengetahuan penggunaan teknologi dan internet.

Tentang Sumut

Sebagai warga Sumatera Utara (Sumut), saya ingin menyingung  tingkat penetrasi internet di Sumut sendiri masih masih tergolong rendah. Bahkan, hasil survei Badan Pusat Statisik (BPS) selama 2013-2021 menunjukkan, level penetrasi Sumut lebih rendah dibandingkan provinsi lain-yang tingkat kemajuan ekonominya masih di belakang Sumut.

Dengan jumlah penduduk pada 2021 mencapai 15,8 juta jiwa, tentu ini menjadi pasar terbesar di Pulau Sumatera. Namun, karena jumlah penduduk  yang besar dan tingkat penghasilan yang beragam, menyebabkan persentase penduduk yang memiliki handphone masih sangat rendah. Begitu juga dengan persentase penduduk yang mengakses internet.

Fakta ini semestinya menjadi agenda penting para provider jaringan telekomunikasi, khususnya bagi IndiHome. Sumut yang terdiri dari 33 kota dan kabupaten yang tersebar luas memiliki potensi pasar yang menggairahkan.


Dalam Survei Global World Digital Competitiveness Index oleh Institute Management (IMD), Indonesia menempati peringkat ke-56 dari 64 negara yang disurvei. Fakta ini jadi bukti perlunya pengetahuan teknologi ditingkatkan.

Selain itu, World Economic Forum (WEF) dalam laporannya tentang peringkat teknologi informasi menjabarkan Indonesia memiliki empat indikator dengan nilai terendah yaitu keahlian Teknologi Informasi (TI), bisnis dan inovasi TI, pemakaian TI oleh pemerintah, dan daya beli TI. Untuk itu, para provider perlu meningkatkan nilai Indonesia, termasuk Sumut dalam empat indikator tersebut.

Para provider perlu menggaet para pemangku kepentingan di bidang pendidikan dan para pengusaha teknologi informasi (TI) dengan tujuan meningkatkan melek internet atau teknologi masyarakat Sumut. Hal ini bukan hanya sebagai agenda market semata, namun juga agenda dunia. Sebab, kesepakatan International Telecom Union (ITU), 50 persen dari total penduduk bumi harus melek internet pada 2020.

Di Indonesia masih hanya 28 persen dari 274 juta penduduk yang melek internet. Jika terjadi peningkatan penetrasi internet di Sumut secara signifikan, tentunya ini akan memberikan dampak luas terhadap tingkat penetrasi internetnya Indonesia
Sejak pandemi, para pelaku UMKM beralih ke jualan online


Semangat untuk memajukan penggunaan internet ini juga mendesak mengingat rendahnya industri kreatif di bidang digital di Indonesia, khususnya di Sumut. Selain itu, masih banyak pengusaha yang belum memaksimalkan penggunaan TIK dalam menjalankan bisnis.

Selain itu, fakta berlakunya pembelajaran daring menjadi momentum penting untuk dipikirkan perusahaan provider seperti IndiHome, yakni membantu masyarakat khususnya guru dan murid dapat menikmati pembelajaran daring, khususnya mereka yang tinggal di daerah terpencil. Semoga sesuai slogan IndiHome, semua dapat beraktivitas tanpa batas berkat adanya internet tanpa batas.

Penulis: Damayanti
Seorang blogger yang tinggal di Sumut



API Bangun Komunitas UMKM Kreatif

API Bangun Komunitas UMKM Kreatif



(Analisa/damayanti). MEMASAK: Para anggota Komusatif tengah memasak tahu khas olahan sendiri. API membangun wadah Komusatif sebagai pusat penyaluran hasil kreativitas dan inovasi para anggota UMKM, khususnya yang berada di Asahan.

Kisaran, (Analisa). Asosiasi Planter Indonesia (API) bangun wadah komunitas usaha mikro kecil menengah (UMKM) kreatif. Komunitas ini ditujukan sebagai pusat penyaluran hasil kreativitas dan inovasi para anggota UMKM, khususnya yang berada di Kisaran. Selain itu, sebagai pusat untuk mengembangkan potensi komoditas unggulan dan oleh-oleh khas Sumatera Utara, khususnya Kisaran.

Pelopor API, Baskara Liga, mengemukakan, ia telah lama merencanakan untuk membangun komunitas ini. Ia telah mengumpulkan puluhan para anggota UMKM, melatih dan membantu mereka untuk menghasilkan berbagi produk seperti jus, coklat, keripik, dan makanan cemilan yang semuanya berorientasi untuk meningkatkan kesehatan masyarakat.

“Sudah lama merencanakannya. Tapi, bulan ini baru terwujud. Masih banyak anggota UMKM yang akan dilibatkan untuk maju bersama. Masih banyak produk yang akan dikonsep dan diluncurkan. Kami (API) masih terus bekerja untuk mengembangkan Komunitas Asahan Kreatif atau Komusatif,” ujar Baskara, pada saat peresmian pusat Komusatif, Senin (25/7).

Anggota Komusatif telah mengisi wadah ini dengan berbagai produk seperti jus murberi, jus buah pala, coklat, keripik singkong, dan produk lainnya. Pihakya berfokus agar masyarakat tidak hanya mendapatkan produk yang terjangkau, terlebih lagi sehat dan aman dikonsumsi. Para pekerja di Komusatif juga terdiri dari para lulusan SMA yang sedang mencari kerja sehingga mengurangi pengangguran di Asahan.

Sang Pendiri juga berharap wadah ini dapat menjadi tempat berkumpul para anggota planter untuk berbagi ide mengembangkan pertanian Indonesia, khususnya produk hilirisasi. Sebab, pengembangan produk tersebut diyakini dapat menyerap banyak tenaga kerja, meningkatkan gizi dan menyediakan semakin banyak produk terjangkau bagi masyarakat. (dyt)

Tetap Produktif Karena Internet tanpa Batas

Siapa sangka hidup kita akan berubah sejak Maret 2020. Perubahan ini begitu mendadak. Pembatasan yang diterapkan Pemerintah memaksa kita untuk berpikir bagaimana cara tetap produktif meski harus di rumah saja. Syukurlah ada jalan keluar bagi para guru, murid, pebisnis, penulis dan lainnya. Pembatasan tidak menghambat produktivitas dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab. Sebab, internet menyediakan ruang tanpa batas.


Tidak hanya di tahun 2020, bahkan hingga sekarang Februari 2022, sekolah dan kampus masih harus melakukan pembelajaran secara daring. Mau tidak mau, guru dan murid harus mengandalkan internet untuk belajar. Belum tahu sampai kapan pandemi ini akan berakhir. Tapi yang pasti aktivitas kehidupan harus terus berlanjut. Kebutuhan akan Internetpun terus melaju.


Tahun 2020 menjadi tahun paling berat dan menjadi pelajaran. Tidak hanya bagi sekolah atau kampus, para pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM) juga mendapat pelajaran penting yaitu perlunya meningkatkan pengetahuan penggunaan teknologi dan internet.


Tentang Sumut


Sebagai warga Sumatera Utara (Sumut), saya ingin menyingung  tingkat penetrasi internet di Sumut sendiri masih masih tergolong rendah. Bahkan, hasil survei Badan Pusat Statisik (BPS) selama 2013-2021 menunjukkan, level penetrasi Sumut lebih rendah dibandingkan provinsi lain-yang tingkat kemajuan ekonominya masih di belakang Sumut.


Dengan jumlah penduduk pada 2021mencapai 15,8 juta jiwa, tentu ini menjadi pasar terbesar di Pulau Sumatera. Namun, karena jumlah penduduk  yang besar dan tingkat penghasilan yang beragam, menyebabkan persentase penduduk yang memiliki handphone masih sangat rendah. Begitu juga dengan persentase penduduk yang mengakses internet.


Fakta ini semestinya menjadi agenda penting para provider jaringan telekomunikasi, khususnya bagi Indihome. Sumut yang terdiri dari 33 kota dan kabupaten yang tersebar luas memiliki potensi pasar yang menggairahkan.


Dalam Survei Global World Digital Competitiveness Index oleh Institute Management (IMD), Indonesia menempati peringkat ke-56 dari 64 negara yang disurvei. Fakta ini jadi bukti perlunya pengetahuan teknologi ditingkatkan.


Selain itu, World Economic Forum (WEF) dalam laporannya tentang peringkat teknologi informasi menjabarkan Indonesia memiliki empat indikator dengan nilai terendah yaitu keahlian Teknologi Informasi (TI), bisnis dan inovasi TI, pemakaian TI oleh pemerintah, dan daya beli TI. Untuk itu, para provider perlu meningkatkan nilai Indonesia, termasuk Sumut dalam empat indikator tersebut.


Para provider perlu menggaet para pemangku kepentingan di bidang pendidikan dan para pengusaha teknologi informasi (TI) dengan tujuan meningkatkan melek internet atau teknologi masyarakat Sumut. Hal ini bukan hanya sebagai agenda market semata, namun juga agenda dunia. Sebab, kesepakatan International Telecom Union (ITU), 50 persen dari total penduduk bumi harus melek internet pada 2020.


Di Indonesia masih hanya 28 persen dari 274 juta penduduk yang melek internet. Jika terjadi peningkatan penetrasi internet di Sumut secara signifikan, tentunya ini akan memberikan dampak luas terhadap tingkat penetrasi di Indonesia.


Semangat untuk memajukan penggunaan internet ini juga mendesak mengingat rendahnya industri kreatif di bidang digital di Indonesia, khususnya di Sumut. Selain itu, masih banyak pengusaha yang belum memaksimalkan penggunaan TIK dalam menjalankan bisnis.


Selain itu, fakta berlakunya pembelajaran daring menjadi momentum penting untuk dipikirkan perusahaan provider seperti Indihome, yakni membantu masyarakat khususnya guru dan murid dapat menikmati pembelajaran daring di daerah terpencil seperti di daerah-daerah terpencil.


Penulis: Damayanti


Seorang blogger yang tinggal di Sumut


 


 

Samosir Pilihan Terbaik bagi Kamu Berpetualang Jelajahi Eksotisme Danau Toba

Danau Toba sangat luas. Terdiri dari 8 kabupaten. Jika kamu hanya punya libur dua hari rasanya tak cukup untuk eksplorasi banyak hal di Dana...