Blog ini ditujukan Damayanti untuk berbagi Cerita dan Info kepada para pembaca. Penulis punya banyak hobi. Hobi menulis, mengajar, bertani, berwisata, fotografi, dan lainnya.
Simalungun, NINNA.ID– Suku Batak dikenal sebagai orang yang senang merantau, berpencar. Alasan utama biasanya untuk membuka lahan atau mencari kehidupan yang lebih baik. Demikian halnya keturunan Toga Sinaga. Toga Sinaga merupakan keturunan Raja Batak.
Silsilah Dimulai Raja Batak
Dari yang bermukim di Pusuk Buhit, keturunannya berpencar ke berbagai desa di Pulau Samosir. Salah satunya yakni Toga Sinaga bermukim di Desa Urat di Pulau Samosir.
Lama-kelamaan, keturunan Toga Sinaga pun menyebrangi Danau Toba lalu bermukim di Kabupaten Simalungun.
Dimulai dari membuka perkampungan atau huta yang ada di Sibaganding hingga menyebar ke wilayah Girsang Sipanganbolon lainnya.
Sekalipun keturunan Sinaga tersebut adalah suku Batak Toba, kenyataannya secara administrasi wilayah tersebut masuk wilayah Kabupten Simalungun.
Silsilah Toga Sinaga
Berdasarkan keterangan yang didapat dari generasi ke-13 Simandalahi yakni Samsudin Parulian Ganda Sinaga, Simandalahi merupakan keturunan dari Suhut Nihuta.
Ia menjelaskan, Suhut Nihuta punya empat anak laki-laki. Salah satunya Sorak Maunok. Sorak Maunok belakangan punya anak laki-laki yang dinamai Suhut Maraja.
Suhut Maraja memiliki dua istri. Istri pertama boru Sihotang yang memberinya putra bernama Sidasuhut dan Sidallogan.
Karena boru Sihotang meninggal, ia memperistri boru Manurung yang melahirkan Simaibang, Simandalahi, dan Simanjorang.
Jejak dari keturunan Suhut Maraja ini dapat kita temukan hingga sekarang di Kecamatan Girsang Sipanganbolon. Ada kampung atau huta yang bernama Sidasuhut, Sidallogan, Simaibang, Simandalahi, dan Simanjorang.
Huta yang dinamai Simaibang terdapat di Sipanganbolon. Huta yang dinamai Simandalahi terdapat di Girsang, Sipanganbolon, Bangun Dolok, dan Hasinggaan.
Huta Simandalahi
Hingga sekarang kita bisa menyaksikan tapak tilas keturunan Suhut Maraja bernama Simandalahi di Girsang 1 yakni di Huta Simandalahi.
Huta ini berada di ujung jalan Girsang 1, jalur sebelah kiri dari Pohon Hariara (Beringin).
Setidaknya ada tiga Rumah Batak yang masih bisa kita lihat di Huta Simandalahi.
Kebanyakan keturunan Sinaga di Huta Simandalahi merantau atau berpencar ke tempat lain. Meski begitu, Huta Simandalahi statusnya masih milik marga Sinaga Simandalahi.
Tidak ada kisah kanibalisme atau hukuman mati seperti di Huta Siallagan pernah terjadi di Huta Simandalahi.
Ukuran rumahnya juga cenderung sama satu sama lain. Motif dan warna juga demikian.
Dapat disimpulkan Raja bernama Simandalahi dan keturunannya tidak terlalu menonjol dalam banyak hal.
Sekalipun demikian, sebagaimana suku Batak lainnya, keturunan Simandalahi hidup dari sektor pertanian.
Di sekitar Huta Simandalahi, ada banyak pepohonan lebat yang dapat dipastikan ditanam oleh Simandalahi dan keturunannya di masa silam.
Saat kita berkunjung kesini, kita akan melihat kebun-kebun sekitar berisi pohon durian, petai, kopi, nira dan lainnya.
Silsilah Penting bagi Suku Batak
Bagi orang Batak, tarombo atau silsilah sangat penting untuk menentukan kedekatan satu dengan lainnya.
Raja Bataklah yang mulai melestarikan silsilah yang dalam Bahasa Batak disebut Tarombo.
Huta Simandalahi
Tarombo ditulis dalam Pustaha Laklak berisi bagan tentang keturunan Raja Batak hingga ke beberapa generasi.
Jika kita perhatikan Tarombo dari Raja Batak hingga Simandalahi jelas bahwa orang Batak berasal dari leluhur yang sama. Berawal dari Siraja Batak kemudian berkembang menjadi marga-marga.
Hingga catatan silsilah berdasarkan garis keturunan ini lazim disimpan dan dituliskan dari generasi ke generasi.
Dapat dikatakan dari sekian banyak suku di Indonesia, suku Batak memiliki hasrat bawaan untuk mengetahui leluhurnya dan melestarikan nama keluarganya.
Itu sebabnya, saat berjumpa dengan sesama Batak, yang kerap ditanya adalah marga, bukan nama.
Selain itu, bagi orang Batak sangat penting punya anak laki-laki yang meneruskan nama keluarga atau marga.
Jika kelak Sobat Ninna berkunjung ke Huta Simandalahi atau jumpa dengan marga Simandalahi, ingatlah bahwa mereka adalah keturunan Toga Sinaga, marga atau boru Sinaga. Sudah tentu mereka pun adalah keturunan Raja Batak.
Danau Toba sangat luas. Terdiri dari 8 kabupaten. Jika kamu hanya punya libur dua hari rasanya tak cukup untuk eksplorasi banyak hal di Danau Toba. Jika kamu berjiwa petualang maka Samosir yang terbaik untuk kamu jelajahi eksotisme Danau Toba.
Tujuh kabupaten lainnya juga menawarkan hal yang sama. Hanya, jika kamu ingin dapat pengalaman banyak dalam waktu singkat maka Samosir pilihan terbaik buatmu.
Ini bukan sekadar promosi Samosir belaka. Sejumlah teman dan tamuku juga menyatakan hal serupa.
Mereka mengatakan Samosir destinasi super lengkap. Beberapa di antaranya pengakuan dua wanita yang bekerja di sebuah organisasi kemanusiaan di Jakarta.
Di awal mereka sudah rencanakan liburan 3 hari 2 malam di Parapat. Akan tetapi, setelah mereka tiba di Parapat mereka berubah pikiran. Bisa jadi karena mereka ingin melihat seperti apa Samosir itu.
Berpose dengan latar pemandangan Danau Toba bagian Ajibata[/caption]
Sekalipun sudah terlanjur membayar lunas kamar untuk dua malam, mereka berdua memutuskan untuk eksplor Samosir 2 hari 1 malam.
[caption id="attachment_30359" align="alignnone" width="571 Panatapan Sinapuran Simanindo yang mereka singgahi selama di Samosir (foto: istimewa)[/caption]
Hari pertama mereka tiba di Parapat mereka istirahat karena tiba sudah sore. Esok paginya mereka mengeksplor Bukit Senyum di Motung Ajibata dan The Kaldera di Sibisa.
Di siang hari mereka mengeksplor Samosir berangkat dari Pelabuhan Kapal Kayu Tigaraja menuju Homestay Jabu SiRulo Samosir.
Sebelum tiba di penginapan, mereka sangat menikmati bersepeda motor yang juga ku awasi dari kaca spion sepeda motorku.
Ku ajak singgah ke Panatapan Sinapuran Simanindo. Saat itu memang cukup terik dan ada pengunjung selain kami.
Dari raut wajah mereka aku perhatikan mereka kagum melihat pemandangan di depan mereka.
Tak lama kemudian ku ajak turun menuju kampung tidak jauh dari Panatapan Sinapuran.
Warga setempat ramah dan mengizinkan kami untuk melihat-lihat, mengambil foto Rumah Batak.
[caption id="attachment_29147" align="alignnone" width="1280"] Deretan Rumah Batak yang terlihat dari Panatapan Sinapuran Simanindo (foto: Damayanti)[/caption]
Di kesempatan itu, aku jelaskan ke kedua wanita ini mengapa Rumah Batak bentuknya layaknya perahu. Mengapa ada patung kepala kerbau atau ukiran cicak di hampir tiap ukiran Rumah Batak.
Usai dari Panatapan Sinapuran lalu kami pun beranjak menuju Homestay Jabu SiRulo. Hanya sebentar istirahat. Kami pun melanjutkan perjalanan menuju Bukit Burung.
Karena salah satu dari mereka ku amati sangat kuat secara fisik dan tampaknya senang eksplorasi alam, ku putuskan bawa mereka ke Bukit Burung.
Tepat tebakanku! Keduanya sangat jatuh hati dengan spot ini.
Tiap kesini bawa kawan atau tamu aku biasanya hanya duduk memandang Danau Toba yang begitu memukau.
Senang saja duduk sampai bahkan berjam-jam sembari menikmati cemilan atau minuman. Tapi bersama kedua wanita ini aku harus menjawab tantangan untuk trekking.
Kami trekking sampai 15 menit di jalur yang belum lama ini dibuka. Foto bisa menunjukkan jalur yang kami lalui.
Berulang kali mereka mengambil foto dari berbagai sudut dan berbagai pose.
Sekalipun akses ke Bukit Burung ada yang tidak begitu bagus mereka tampak sangat menikmati senja saat itu.
Bahkan berencana untuk camping di sana kelak jika kembali lagi ke Samosir. Dari Bukit Burung kami turun menuju Pemandian Aek Rangat.
Hari itu karena hari libur, Pemandian Aek Rangat padat. Kami memutuskan untuk memilih tempat yang tidak begitu padat pengunjung.
Tapi sama saja, di tiap tempat nyaris sama padatnya.
Sembari menikmati berendam di Aek Rangat aku pun cerita tentang luar biasanya Danau Toba yang memiliki banyak hal untuk bisa dinikmati.
Tidak hanya air tawar Danau Toba, gunungnya menghasilkan air panas yang dapat menyembuhkan beragam penyakit kulit.
Dari Aek Rangat kami juga singgah untuk berburu oleh-oleh di Pusat Oleh-Oleh di Pangururan. Setelahnya kami kembali ke Homestay Jabu SiRulo.
Keesokan paginya, kegiatan mereka dilanjutkan dengan olahraga mengayuh perahu Kano.
Kedua tamu mendayung perahu Kano di Danau Toba di Pantai SiRulo (foto: Damayanti)[/caption]
Mereka sangat menikmati mengayuh perahu Kano hingga jauh dari pandangan mataku.
Rasanya mereka sudah terbiasa mengayuh perahu Kano.
Seusai menikmati mengayuh perahu Kano, mereka pun sarapan dan siap-siap untuk kembali ke Parapat lalu menuju Kualanamu.
Menu sarapan di Homestay Jabu SiRulo (foto: istimewa)[/caption]
Setelah tiba Kualanamu dan bahkan tiba di Jakarta, mereka mengatakan mereka tidak menyesal telah memutuskan untuk ganti rencana perjalanan mendadak.
[caption id="attachment_30362" align="alignnone" width="571"] Menu sarapan di Homestay Jabu SiRulo (foto: istimewa)[/caption]
Sekalipun mereka terlanjur bayar kamar untuk 2 malam di Parapat dan terpaksa harus mengeluarkan uang tambahan untuk kamar di homestay, menyebrang dan rental sepeda motor, mereka puas.
[caption id="attachment_30366" align="alignnone" width="571"] Pemanandangan di Pantai SiRulo[/caption]
Mereka puas bisa nikmati petulangan jelajahi eksostisme Danau Toba.
Mereka mengatakan dari tiga kabupaten yang mereka lintasi Simalungun, Toba dan Samosir, pilihan terbaik mereka adalah Samosir.
[caption id="attachment_30363" align="alignnone" width="1600"] Kedua tamu dari Jakarta tiba di Kualanamu dan menyatakan sangat menyukai Samosir (foto: istimewa)[/caption]
Samosir menyuguhkan paket lengkap bagi mereka berdua yang senang berpetualang.
Bisa eksplorasi Rumah Batak di Sinapuran Simanindo, trekking ke Bukit Burung, berendam di Aek Rangat Pangururan, mendayung perahu Kano di Pantai SiRulo dan menikmati menjelajahi Samosir dengan bersepeda motor. Mereka rasa itu sangat seru dan pengalaman tak terlupakan!
Damayanti adalah mantan jurnalis Harian Analisa membidangi Ekonomi dan Keuangan. Kini aktif sebagai penulis konten di NINNA.ID. Sembari sibuk di bidang jurnalistik, ia juga suka dengan dunia Pendidikan. Dia lama menekuni karier di bidang pendidikan, menjadi guru Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) di sekolah swasta dan guru bimbel di beberapa tempat. Terjun ke dunia jurnalistik tanpa sengaja.
Awalnya ingin berkarier di dunia perbankan namun akhirnya memilih untuk menjadi staf redaksi. Bekerja sebagai staf redaksi selama 5 tahun di Harian Analisa. Per tahun 2018 bulan Februari mengundurkan diri dan pindah domisili ke Samosir belakangan ke Girsang. Karena kantor NINNA.ID di Samosir dan konten utama adalah Pariwisata, membuatnya sering ke Samosir.
Kecintaannya untuk menulis kedua topik Ekonomi dan Keuangan membuahkan hasil dengan memenangkan sejumlah lomba di antara juara ke-2 lomba penulisan tingkat nasional yang diadakan Angkasa Pura II. Juara ke-2 lomba tulisan Bursa Efek Indonesia (BEI) tingkat nasional. Finalis kompetisi tulisan jurnalistik yang diadakan Schroders juga tingkat nasional, dan finalis beberapa lomba lainnya.
Belakangan menyukai topik Pariwisata, Lingkungan dan UMKM. Bergabung dalam wadah Kelompok Tani Hutan (KTH) Harangan.
Sekarang, kesibukannya masih tetap mengajar dan menjadi penulis lepas di portal media Pariwisata NINNA.ID. Punya banyak hobi. Hobi menulis, mengajar, bertani, berwisata, fotografi, dan lainnya. Ia dapat dihubungi melalui HPnya 0852-9773-2855 atau email damayanti_sinaga@yahoo.co.id
Untuk Riwayat Hidup Damayanti lebih lengkap dapat dilihat di sini CV Damayanti
Berikut sejumlah portal media yang Damayanti sering isi:
https://ninna.id
https://kampunggirsang1.blogspot.com/
https://wartawatikeuangan.blogspot.com
FB, Instagram Ekowisata Harangan Girsang Paradise
About me
I love reading books, do researching, learning,
teaching and travelling. During my free time, I love to teach kids. That's one
of my fun hobby. I also love to learn new languages and to have friends from
other countries. Perhaps, one of my biggest reason become a tutor, I want to
have more friends from abroad.
I have more than 12 years teaching experiences. I
teach several subjects including English. Since 2020, I have several friends
from abroad that live in Indonesia and abroad asked me to teach them Bahasa
Indonesia. I got used to teach them online using WhatsApp and Zoom.
I also had experienced as an editor staff in Analisa
Newspaper, one of biggest newspaper in North Sumatra. With these experiences, I
convinced that I can teach Bahasa Indonesia very well.
Teaching is not only a job for me. That's also my
hobby. I can say that I am an enthusiastic teacher that love my students to be
active.
Para peserta Fam Trip Simalungun 45 orang terdiri dari para perwakilan dari Travel Agent dan Tour Operator se-Sumatera Utara, Tour Guide/DPD HPI, ASITA, ASPPI, BPODT, ASTINDO, Media, Poltekpar Medan berkunjung ke Desa Wisata HGP pada Selasa 27 Juni 2023. (foto: Damayanti)
NINNA.ID-Hanya Desa Wisata Harangan Girsang Paradise (HGP) yang sanggup sajikan tor-tor di hutan, kata Maruli Damanik, owner Lovely Holidays memuji Manajemen Harangan Girsang Paradise saat berkunjung dalam rangkaian Acara Fam Trip Simalungun.
Ia takjub dengan potensi yang dimiliki Desa Wisata Harangan Girsang Paradise pada saat pertama kalinya ia berkunjung pada Selasa 27 Juni 2023.
Takjub dengan berbagai hal yang dimiliki Desa Wisata HGP. Akan tetapi, ia dengan terus-terang ia menguraikan poin-poin pembenahan yang perlu dilakukan oleh Manajemen HGP agar Desa Wisata HGP lebih maju.
Masukan dari Lovely Holidays
Beberapa hal di antaranya: pertama terkait sustainable tourism. Karena Desa Wisata HGP bernafaskan ekowisata dan desa wisata, praktik sustainable tourism harus dikedepankan oleh Manajemen HGP.
Sejatinya, pariwisata berkelanjutan merupakan konsep mengunjungi objek wisata dimana wisatawan berusaha membuat dampak positif terhadap lingkungan, sosial budaya, dan ekonomi.
“Jagalah lokasi ini! Baru ini yang ku tahu satu-satunya hidden paradise yang ada di Simalungun. Luar biasa sekali! Terapkan kalianlah praktik sustainable tourism sesuai dengan namanya ekowisata,” terang Maruli menyampaikan masukan.
Kedua, terkait kebersihan. Wisatawan, khususnya dari luar negeri, anti melihat sampah. Pengurus ASITA (Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia) ini berharap Manajemen HGP tidak mengizinkan sampah kecil bahkan punting rokok pun dijumpai wisatawan saat mulai mendaki ke Dolok Sirikki hingga tiba di Dolok Sirikki.
Ketiga, perlunya Manajemen HGP meningkatkan kulinernya. Kuliner mengangkat kearifan lokal. “Yang sudah kalian lakukan ini bagus mengangkat kearifan lokal. Kasih makan ubi, pakai sambal Andaliman, tambahkanlah apa yang menjadi ciri khas Simalungun,” terangnya.
Masukan dari Wesly Travel
Hal yang serupa pun disampaikan oleh owner Wesly Travel, Mercy Panggabean, menyinggung kuliner yang perlu disiapkan oleh Manajemen HGP. Kuliner tersebut khususnya harus sudah ada di pemberhentian pertama dan kedua saat wisatawan mendaki Dolok Sirikki.
Ia mencontohkan, di pemberhentian pertama, wisatawan-wisatawan sudah disuguhkan welcome drink. Misalnya, di pemberhentian pertama, wisatawan-wisatawan disajikan jus nenas, air tebu atau minuman yang merupakan ciri khas atau hasil pertanian dari Kampung Girsang.
Di pemberhentian kedua, wisatawan-wisatawan disajikan makanan khas yang juga merupakan hasil pertanian Kampung Girsang.
Untuk memanjakan wisatawan, Manajemen HGP perlu menjual oleh-oleh khas yang bisa dibawa pulang wisatawan. Apakah itu berupa kopi, kacang, durian, petai, nenas atau apa yang menjadi ciri khas Kampung Girsang.
Masukan dari BPODT
Kepala Divisi Pemasaran Pariwisata Nusantara BPODT Siswanto Sinambela yang juga hadir mendampingi para peserta Travel Fair dan Fam Trip Simalungun selama 26-28 Juni 2023 juga menyampaikan pengingat soal penggunaan plastik dan bahan-bahan plastik untuk sebisa mungkin dijauhkan.
“Saya sudah pernah sampaikan masukan kepada Manajemen HGP sebelumnya, supaya atap kantin itu diganti. Jangan pakai terpal, diganti dengan ijuk. Saya lihat itu sudah cukup dilakukan walau masih ada terpal kelihatan,” jelas Siswanto Sinambela menunjuk atap kantin.
Ia juga meminta Manajemen HGP untuk studi banding ke Sikulikap. Menurutnya, Sikulikap contoh yang pas untuk di-ATM (Amati Tiru Modifikasi) oleh Manajemen HGP. Menurutnya, potensi yang dimiliki Desa Wisata HGP jauh lebih banyak dibandingkan Sikulikap.
Salah satunya, Manajemen HGP dapat hak pengelolaan 122 hektar lahan hutan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) sedangkan Sikulikap katanya hanya dapat 3 hektar.
Ia meminta Manajemen HGP menyediakan ruang untuk menjelaskan alasan mereka membuka ekowisata HGP. Sebab, sejatinya, apa yang dilakukan oleh Manajemen HGP untuk membuka Ekowisata HGP merupakan perjuangan untuk melindungi alam.
Dengan semakin banyaknya orang-orang yang peduli soal isu lingkungan, ini akan meningkatkan daya tarik Ekowisata HGP.
“Charity, informasi voluenteering (kegiatan sukarelawan) yang kalian kerjakan sangat menyentuh hati banyak orang sekarang. Kalian punya itu! Dan bule-bule suka itu. Bule-bule suka isu lingkungan, menyelamatkan lingkungan,” terang Siswanto menyinggung perlunya Manajemen HGP menonjolkan cerita charity ke tamu-tamu yang hadir.
Masukan dari yang ikut Fam Trip Lainnya
Salah satu dari anggota yang ikut Fam Trip lainnya menyampaikan Manajemen HGP akan segera dapat banyak tamu dari kalangan milenial khususnya dari Medan. Dengan menyediakan ruang untuk berkemah dan wahana-wahana lainnya, akan ada begitu banyak tamu-tamu berdatangan, persis seperti di Sikulikap, Paropo dan lainnya.
“Saya lihat kalian punya potensi sumber penghasilan besar. Dolok Sirikki ini kiblatnya ke aktivitas ngecamp (berkemah). Bisa buat flying fox dan aktivitas lainnya di sini,” jelas salah satu anggota ASPPI (Asosiasi Pelaku Pariwisata Indonesia).
Kus Endro dan Herman mewakili HPI (Himpunan Pramuwisata Indonesia) menyampaikan pentingnya kesedian air serta informasi yang jelas yang dapat didapatkan wisatawan sebelum berkunjung. Misalnya, berapa hari enaknya berkunjung ke Desa Wisata HGP, berapa lama mendaki ke Bukit Sirikki dan lainnya.
Ia juga menyampaikan masukan terkait membuat dokumentasi tanaman obat yang ia temukan di Desa Wisata HGP. Tanaman obat yang ada di desa ini perlu didokumentasikan dengan baik, diedukasikan ke para pengunjung.
Para peserta Fam Trip Simalungun berfoto bersama di Dolok Sirikki pada Selasa 27 Juni 2023.
(foto: Damayanti)
Tentang Fam Trip Simalungun
Para peserta Fam Trip Simalungun ada sekitar 45 orang terdiri dari para perwakilan dari Travel Agent dan Tour Operator se-Sumatera Utara, Tour Guide/DPD HPI, ASITA, ASPPI, BPODT, ASTINDO, Media, Poltekpar Medan.
Dikutip dari sebuah sumber, Fam Trip merupakan singkatan dari Familiarization Trip yang digunakan Public Relations profesional atau agen perjalanan untuk memperkenalkan kepada penulis, bloggers, influencers dan media dengan suatu merek, destinasi, dan layanan.
Ini bisa berupa perjalanan kelompok atau perjalanan individu tergantung pada ketersediaan profesional penulis, bloggers, influencers, media maupun kebutuhan merek atau perusahaan.
Dalam hal ini, Fam Trip Simalungun diselenggarakan oleh Pemerintah Kabupaten Simalungun yang dijalankan oleh Dinas Pariwisata Simalungun. Tujuannya untuk memperkenalkan objek-objek wisata yang ada di Simalungun.
Fam Trip Simalungun diadakan pada 27-28 Juni 2023 ke lima destinasi yang ada di Simalungun. Pada Selasa 27 Juni 2023 ke Desa Wisata HGP, Monkey Forest Sibaganding, Kampung Warna-Warni Tigarihit, Desa Wisata Sait Buntu, dan Kebun Teh Bah Butong.
Selain ke destinasi tersebut, Dinas Pariwisata Simalungun juga mengajak para peserta Fam Trip berkapal mengunjungi Pantai Larefa yang memiliki gua. Dinas Pariwisata Simalungun juga ingin menyampaikan kepada para peserta Fam Trip bahwa Simalungun memiliki banyak gua yang belum pernah terekspos atau dijadikan dari bagian paket wisata.
Bawang Goreng Yale dalam bentuk kemasan 100 gram dan 350 gram
NINNA.ID-Kondisi sulit saat Covid melanda pada 2020 memaksa siapapun harus berpikir bagaimana caranya bisa bertahan. Hal itu pula yang memicu keluarga besar Sinaga ini memikirkan ide usaha ini. Usaha tersebut dinamai Bawang Goreng Yale.
Sebelum menjalankan usaha ini, keluarga ini telah berpuluh tahun jualan ikan-ikan kering seperti ikan teri di Pasar Sukaramai.
Belakangan, karena langganannya kerap mencari bawang goreng, muncullah ide untuk mencoba memproduksi bawang goreng.
Dari sekadar coba untuk menyediakan kebutuhan bawang goreng di rumah, belakangan keluarga ini memberanikan diri menawarkan ke pelanggannya. Produk bawang goreng tersebut pun diterima pasar.
Di awal menjalankan usaha, produksi bawang Sinaga ini hanya berkisar 10kg per minggu.
Belakangan karena kualitas produk bagus, promosi dari mulut ke mulut pun menyebar. Alhasil, belakangan ini keluarga Sinaga ini harus menyediakan stok Bawang Goreng mentah 700kg-1 ton per minggu demi memenuhi permintaan pasar.
“Mulanya sedikit, palingan 10kg. Belakangan makin banyak permintaan. Kadang karena stok kosong, permintaan gak terpenuhi. Kadang kalau pas harga bahan baku naik, terpaksa gak bisa dapat untung yang sesuai. Gak mungkin bikin harga naik turun,” ujar Sinaga.
Bahan baku Bawang Goreng dari Kawasan Danau Toba
Bawang Khusus dari KDT
Bahan utama bawang goreng ini ialah bawang goreng mentah atau bawang mentah yang dikhususkan untuk dijadikan bawang goreng. Banyak orang bingung apa bedanya bawang goreng mentah dengan bawang merah biasa.
Mereka pikir bahan baku bawang goreng itu dari bawang merah biasa. Memang, bisa saja seseorang menjadikan bawang merah biasa yang ukurannya besar atau bawang peking menjadi bawang goreng.
Akan tetapi, ada perbedaan mencolok antara keduanya secara rasa, aroma dan bentuk. Untuk memberikan yang terbaik kepada konsumen, keluarga ini tidak pernah gunakan bawang jenis lain. Hanya bawang goreng mentah dari Kawasan Danau Toba.
“Soal rasa, sudah pasti dari Samosir, Bakkara di Danau Toba yang paling enak,”ujar Sinaga.
Bawang Goreng dispinner agar minyaknya turun. Dengan demikian, bawang goreng tersebut menjadi tahan lama
Kendala Modal dan Stok Bahan
Kendala modal masih membatasi kemampuan usaha keluarga ini untuk berkembang. Apalagi saat suplai bahan baku menipis, keluarga ini harus berani mengeluarkan modal lebih besar untuk membuat stok bawang goreng mentah.
Apalagi belakangan bahan baku bawang goreng ini sering langka. Pengusaha bawang goreng ini berharap bisa menemukan mitra bisnis yang bisa menyalurkan bahan baku untuknya.
Pengusaha Bawang goreng Yale ini berharap kelangkaan ini menjadi tugas bagi Dinas Pertanian Sumut agar turut berperan dalam mengatasi persoalan kelangkaan tersebut. Apalagi beberapa daerah di Sumut tadinya sangat dikenal sebagai penghasil bawang goreng.
Tetangga menyerahkan bawang yang sudah dikupas
Memberdayakan Masyarakat
Setidaknya ada 6 pekerja usaha Bawang Goreng Yale ini. keenam pegawai merupakan masih anggota keluarga dan kerabat. Namun, lebih dari 30 masyarakat terlibat dalam memproduksi bawang goreng yang berlokasi di Perumnas Mandala Jalan Camar 3 No 206 ini.
30 orang tersebut merupakan tetangga-tetangga di sekitar Perumnas Mandala Deli Serdang Sumatera Utara, yang memperoleh upah atau biasa disebut gaji-gajian dengan mengupas bahan baku.
Tetangga di sekitar lokasi usaha menyerahkan bawang yang mereka sudah kupas (foto: Damayanti)
Masyarakat sekitar yang ekonominya menengah ke bawah, sangat bersemangat untuk mengerjakan pekerjaan tidak tetap tentu ini. Biasanya mereka adalah kaum hawa atau ibu rumah tangga yang mengerjakannya di rumah mereka.
“Bawang mentahnya mereka bawa ke rumah. Mereka kupas di rumah mereka masing-masing. Lalu setelah dikupas dibawa kesini. Nanti kami timbang kembali untuk memastikan beratnya. Setelah oke, lalu kami berikan upah mengupas bawang,” jelas Sinaga.
Manfaat Bawang
Selain enak dimakan, bawang goreng nikmat menjadi penyedap dan juga cantik sebagai hiasan. Bawang goreng kerap dipakai dalam sajian sup, nasi uduk, nasi goreng, ditaburkan ke pangsit sebagai hiasan, dan dicincang dan ditambahkan ke adonan bakso.
Bawang pun baik bagi kesehatan manusia. Bawang mengandung zat gizi, seperti kalsium, fosfat, dan asam askorbat, atau vitamin C. Namun, sepanjang sejarah bawang khususnya dihargai karena khasiatnya.
Bahkan sekarang, bawang digunakan untuk mengobati sejumlah penyakit, termasuk selesma, radang pangkal tenggorokan, penyumbatan pembuluh darah (aterosklerosis), penyakit jantung koroner, kencing manis, dan asma.
Selain itu, bawang juga memiliki efek antiseptik, antikolesterol, antiperadangan, antipembekuan darah, dan antikanker. Berikut harga bawang goreng yang sudah dispinner.
Bawang Goreng 100 gram Rp20.000
Bawang Goreng 350 gram Rp60.000
Bawang Goreng 1000 gram Rp160.000
Untuk pemesanan Bawang Goreng Yale dapat menghubungi Kontak HP 085297732855
Lokasi usaha di Jalan Camar 3 No 206, Perumnas Mandala, Percut Sei Tuan, Deli Serdang-Sumatera Utara.
Hutan-hutan
di Indonesia merupakan rumah bagi 17 persen satwa dan fauna dunia. Memiliki
jumlah spesies mamalia terbanyak di dunia. Hutan-hutan Indonesia menghidupi
masyarakat lokal, masyarakat perkotaan, dan masyarakat hukum adat. Menghidupi
sekitar 50juta penduduk Indonesia tinggal di Kawasan Hutan.
Disadur
dari data yang dirilis Yayasan Madani Berkelanjutan menyebutkan hutan hujan
Indonesia memiliki jumlah karbon 2 kali lipat lebih banyak dibandingkan yang disimpan
di hutan hujan Amazon per hektarnya.
Hutan
Hujan di Indonesia bisa menyimpan sampai 200-ton karbon per hektar. Ekosistem
bakau Indonesia berpotensi menyimpan karbon sampai 13 kali lipat dibandingkan hutan
hujan. Lahan gambut se-Indonesia menyimpan sampai 61 gigaton karbon.
Penyusutan Hutan
Meski
demikian, luas hutan di Indonesia terus mengalami penyusutan. Grafik Geopartal KLKH 2019 menunjukkan gerak
penyusutan hutan tiap tahun dari 2011 sampai 2019. Sementara itu Indonesia
menunjukkan komitmennya yang tertuang dalam Nationally Determined Contribution (NDC)
mengurangi emisi karbon.
Komitmen
NDC 2030, emisi karbon setidaknya 29 persen atau sampai 41 persen dengan
dukungan internasional. Untuk Ambisi Folu Net Sink 2030 sektor hutan dan lahan
mencapai carbon net sink pada 2030. Menurut Yayasan Madani Berkelanjutan, pencegahan
pembukaan hutan dan degradasi lahan gambut adalah kunci memenuhi target iklim
Indonesia. Indonesia berperan besar dalam mengurangi bencana alam dengan
mengurangi angka penyusutan hutan.
Akibat Penyusutan Hutan
Bumi dan kehidupan di atasnya sangat kompleks, terjalin dengan rumit.
Miliaran makhluk hidup yang saling berhubungan tersusun menjadi jaringan
kehidupan. Putuskan seutas jaringan kehidupan. Maka, jaringan itu akan terurai
dan hancur. Hancurkan hutan maka mahluk hidup di bumi pun musnah!
Bencana alam terus meningkatkan sejalan dengan peningkatan populasi
penduduk. Namun, faktor kebrutalan manusia dalam mengeksploitasi sumber daya
alam turut memperparahnya.
Iopscience melalui situsnya menyebutkan peralihan hutan menjadi kebun sawit
penyebab utama deforestasi di Indonesia. Komposisi hutan yang beralih menjadi kebun
sawit 23 persen, kebun karet 14 persen, dan kebun skala besar 7 persen,
konversi ke rerumputan 20 persen, pertanian skala kecil 15 persen, dan lainnya.
Akibat perusakan hutan, ada begitu banyak spesies di
bumi terancam punah. Seraya ekosistem menyusut, spesies-spesies kehilangan
sumber daya yang mereka perlukan untuk bertahan hidup. Lingkungan alami
terkotak-kotak, merosot, dan lenyap. Rute migrasi menjadi berantakan. Oleh
karena itu, satu demi satu spesies akhirnya punah. Punahnya spesies tertentu
bahkan dapat memicu reaksi berantai kepunahan. Sebab, apabila satu bagian
jaring kehidupan lenyap, bagian lain dapat terkena imbasnya.
Salah satu contoh, dalam publikasinya, UNESCO mencatat akibat penebangan
hutan di Indonesia, khususnya di Kawasan Danau Toba, ada begitu banyak spesies
akan atau telah punah. Ada sejumlah fauna yang terancam punah akibat perusakan
hutan.
International Union for Conservation of Nature (IUCN) mendaftarkan
sejumlah fauna di antaranya Rasbora tobana dan Neolissochilus thienemanni.
Keduanya merupakan ikan asli Danau Toba yang tergolong langka. Fauna tersebut
biasa ditemukan di sungai-sungai yang bermuara di Danau Toba.
Spesies ikan asli lainnya adalah Aplocheilus panchax, Nemacheilus
pfeifferae, Homaloptera gymnogaster, Channa gachua, Channa striata, Clarias
batrachus, Barbonymus gonionotus, Barbonymus schwanenfeldii, Danio
albolineatus, Osteochilus vittatus, Puntius binotatus, Rasbora jacobsoni, Tor
tambra, Betta imbellis, dan Betta taeniata.
Masalah ancaman kepunahan keanekaragaman hayati juga masuk dalam poin
kelima dan keenam rekomendasi UNESCO kepada Indonesia yang menyinggung perlunya
dilakukan mitigasi bencana, perubahan iklim dan perlunya upaya konservasi.
Upaya Menyelamatkan Hutan
Berbagai pihak berupaya
untuk menyelamatkan hutan. Ada sejumlah lembaga yang mengaungkan urgensi
perlindungan hutan. Salah satunya, melalui Konsorsium Hari Hutan Indonesia
(HHI). Hal sederhana yang bisa dilakukan generasi milenial yaitu turut
mengkampanyekan atau mengajak masyarakat untuk mencintai hutan. Bisa juga
melalui adopsi hutan dengan memberikan sumbangan untuk penanaman pohon. Bahkan
bisa ikut terlibat langsung dalam pelestarian hutan.
Blogger Perempuan juga
mengajak kita untuk ikut berkontribusi terhadap perlindungan hutan Indonesia.
Caranya simple yakni dengan mendengarkan lagu “Dengar
Alam Bernyanyi” di platform musik seperti Spotify dan Apple Music. Semakin banyak
yang mendengarkan lagu tersebut maka akan semakin banyak royalti disumbangkan untuk
perlindungan hutan Indonesia. Itu cari paling praktis yang kamu lakukan dengan gadgetmu.
Ada cara
praktis lain tapi kamu harus siap pegang tanah. Buat kamu yang punya halaman rumah
luas, kamu bisa menghutankan rumahmu dengan menanam berbagai jenis pohon di
pekarangan rumah kita. Apalagi jika pekarangan kita luas, kita bisa mengisinya
dengan berbagai jenis pohon berbuah yang dapat mengurangi pemanasan global.
Selain itu, ada pula gerakan nyata yang bisa dilakukan secara luas di Indonesia,
yakni melalui platform Geopark, Ekowisata dan Agroforestri.
Selamatkan
Hutan Lewat Platform Geopark
Melalui pemberian gelar Geopark dan Warisan Hutan Hujan Tropis, UNESCO
berharap Indonesia berperan dalam mencegah bencana alam dengan mengurangi angka
penyusutan hutan. Akibat penyusutan hutan Indonesia dalam beberapa tahun terakhir
mengalami bencana alam. Dibandingkan dengan rata-rata selama 30 tahun terakhir
(1990-2019), frekuensi bencana banjir di Indonesia meningkat 43 persen pada
tahun 2020. Dibandingkan dengan rata-rata selama 10 tahun terakhir (2010-2019),
frekuensi bencana banjir meningkat sebesar 33 persen pada 2020. Salah satu dari
10 bencana alam mematikan pada 2021, terjadi di Indonesia.
Jika tidak ada upaya mendesak untuk melindungi geopark dan mengurangi
intensitas bencana, kita hanya akan sibuk untuk membantu korban bencana alam.
Dana terkuras hanya untuk ‘mengobati daripada mencegah’. Akan lebih baik upaya
dan dana dioptimalkan guna mencegah bencana itu sendiri. Untuk itu, solusi
paling praktis untuk mencegah bencana adalah dengan berinvestasi pada hutan.
Maksudnya, menjaga, melestarikan dan memperbesar luas hutan yang ada di
Indonesia.
Sebab, hutan itu seperti apotek, gudang, supermarket, dan sumber pangan
lainnya yang menyediakan semua kebutuhan makhluk hidup. Selain sebagai sumber
pangan dan oksigen, hutan juga merupakan cagar alam dan suaka margasatwa alami.
Jika hutan punah, itu menimbulkan kemungkinan industri-industri tutup, manusia
kekurangan makanan, dan spesies makhluk hidup punah. Industri-industri selama
ini bisa berjalan karena mengandalkan sebagian besar bahan baku dari hutan.
Mulai dari tanaman pangan, rempah-rempah, hingga lauk seperti ikan di
sungai-sungai yang ada di hutan.
Sebuah pabrik dikatakan sempurna jika itu tidak mencemari lingkungan,
tidak mahal, dan menghasilkan kebutuhan vital seluruh umat manusia. Pabrik yang
sempurna itu hutan! Dengan bahan bakar sinar matahari, tumbuhan hijau
menggunakan karbondioksida, air, dan mineral untuk menghasilkan makanan secara
langsung atau tidak langsung. Dalam proses ini, mereka mengisi kembali
atmosfer, menyingkirkan karbondioksida dan melepaskan oksigen murni.
Banyak orang, khususnya para pebisnis lebih menyukai menginvestasikan
dana mereka ke pasar modal atau sejenisnya. Sebenarnya, untuk saat ini
mengingat hutan semakin berkurang, investasi terbaik adalah menanam pohon.
Entah itu di lahan sendiri atau lahan umum.
Pohon-pohon akan memberikan imbal hasil dalam jangka panjang ke semua
orang. Tidak hanya kepada para pebisnis yang menginvestasikan dananya ke hutan
juga kepada seluruh orang yang menikmati segarnya duduk di bawah pohon dan
menikmati buahnya.
Selamatkan
Hutan Lewat Program Ekowisata dan Agroforestri
Program ekowisata salah satu solusi untuk
menyelamatkan hutan. Jika diartikan secara singkat, ekowisata artinya wisata
alam. Tapi, secara lengkap artinya kegiatan pariwisata yang berwawasan
lingkungan dengan mengutamakan aspek konservasi alam. Program ini menghasilkan
peluang bisnis bagi penduduk setempat sekaligus menunjang konservasi hutan.
Publikasi UNESCO menyebutkan di Rwanda, Afrika,
promosi ekowisata yang sukses dianggap telah berhasil menyelamatkan populasi
gorila gunung karena hal itu memberi penduduk setempat sumber penghasilan
alternatif. Masyarakat setempat akhirnya menghentikan aktivitas perburuan
gelap. Di seluruh dunia, ekowisata telah turut berperan dalam kemajuan
lingkungan, sosial, dan industri pariwisata tak dapat disangkal telah
mendatangkan banyak keuntungan finansial.
Program seperti inilah yang layak dan telah
direplikasi oleh para penggiat ekowisata di Indonesia. Misi utama adalah
melestarikan lingkungan sekaligus menghasilkan uang dari pariwisata
berkelanjutan.
Selain ekowisata, program agroforestri juga perlu
diajarkan kepada masyarakat, khususnya mereka yang tinggal dekat hutan. Program
agroforestri merupakan suatu sistem memadukan penanaman pohon dan tanaman
pangan atau padang rumput dengan cara yang aman secara ekologi.
Di Brazil, program ini berhasil menyelamatkan hutan
hujan tropis. Para agronom di sana berharap agar seraya agroforestri semakin
memasyarakat, penggundulan hutan pun semakin lambat. Lewat program ini,
masyarakat diajak untuk mencintai hutan.
Well, Hutan kita Sultan jadi jargon baru tahun ini
memperingati Hari Hutan Indonesia 7 Agustus. Hutan kita Sultan memaksudkan
hutan kita sangat kaya. Semoga Indonesia bisa mengembalikan kejayaan si ‘Sultan’
yakni hutan Indonesia ke kejayaannya semula.