Tampilkan postingan dengan label Agroforestri. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Agroforestri. Tampilkan semua postingan

Hutan Kita Sultan tapi Kian Alami Penyusutan

Hutan-hutan di Indonesia merupakan rumah bagi 17 persen satwa dan fauna dunia. Memiliki jumlah spesies mamalia terbanyak di dunia. Hutan-hutan Indonesia menghidupi masyarakat lokal, masyarakat perkotaan, dan masyarakat hukum adat. Menghidupi sekitar 50juta penduduk Indonesia tinggal di Kawasan Hutan.

Disadur dari data yang dirilis Yayasan Madani Berkelanjutan menyebutkan hutan hujan Indonesia memiliki jumlah karbon 2 kali lipat lebih banyak dibandingkan yang disimpan di hutan hujan Amazon per hektarnya.

Hutan Hujan di Indonesia bisa menyimpan sampai 200-ton karbon per hektar. Ekosistem bakau Indonesia berpotensi menyimpan karbon sampai 13 kali lipat dibandingkan hutan hujan. Lahan gambut se-Indonesia menyimpan sampai 61 gigaton karbon.

Penyusutan Hutan

Meski demikian, luas hutan di Indonesia terus mengalami penyusutan. Grafik  Geopartal KLKH 2019 menunjukkan gerak penyusutan hutan tiap tahun dari 2011 sampai 2019. Sementara itu Indonesia menunjukkan komitmennya yang tertuang dalam Nationally Determined Contribution (NDC) mengurangi emisi karbon.

Komitmen NDC 2030, emisi karbon setidaknya 29 persen atau sampai 41 persen dengan dukungan internasional. Untuk Ambisi Folu Net Sink 2030 sektor hutan dan lahan mencapai carbon net sink pada 2030. Menurut Yayasan Madani Berkelanjutan, pencegahan pembukaan hutan dan degradasi lahan gambut adalah kunci memenuhi target iklim Indonesia. Indonesia berperan besar dalam mengurangi bencana alam dengan mengurangi angka penyusutan hutan.

Akibat Penyusutan Hutan

Bumi dan kehidupan di atasnya sangat kompleks, terjalin dengan rumit. Miliaran makhluk hidup yang saling berhubungan tersusun menjadi jaringan kehidupan. Putuskan seutas jaringan kehidupan. Maka, jaringan itu akan terurai dan hancur. Hancurkan hutan maka mahluk hidup di bumi pun musnah!

Bencana alam terus meningkatkan sejalan dengan peningkatan populasi penduduk. Namun, faktor kebrutalan manusia dalam mengeksploitasi sumber daya alam turut memperparahnya.

Iopscience melalui situsnya menyebutkan peralihan hutan menjadi kebun sawit penyebab utama deforestasi di Indonesia. Komposisi hutan yang beralih menjadi kebun sawit 23 persen, kebun karet 14 persen, dan kebun skala besar 7 persen, konversi ke rerumputan 20 persen, pertanian skala kecil 15 persen, dan lainnya.

Akibat perusakan hutan, ada begitu banyak spesies di bumi terancam punah. Seraya ekosistem menyusut, spesies-spesies kehilangan sumber daya yang mereka perlukan untuk bertahan hidup. Lingkungan alami terkotak-kotak, merosot, dan lenyap. Rute migrasi menjadi berantakan. Oleh karena itu, satu demi satu spesies akhirnya punah. Punahnya spesies tertentu bahkan dapat memicu reaksi berantai kepunahan. Sebab, apabila satu bagian jaring kehidupan lenyap, bagian lain dapat terkena imbasnya.

Salah satu contoh, dalam publikasinya, UNESCO mencatat akibat penebangan hutan di Indonesia, khususnya di Kawasan Danau Toba, ada begitu banyak spesies akan atau telah punah. Ada sejumlah fauna yang terancam punah akibat perusakan hutan.

International Union for Conservation of Nature (IUCN) mendaftarkan sejumlah fauna di antaranya Rasbora tobana dan Neolissochilus thienemanni. Keduanya merupakan ikan asli Danau Toba yang tergolong langka. Fauna tersebut biasa ditemukan di sungai-sungai yang bermuara di Danau Toba.

Spesies ikan asli lainnya adalah Aplocheilus panchax, Nemacheilus pfeifferae, Homaloptera gymnogaster, Channa gachua, Channa striata, Clarias batrachus, Barbonymus gonionotus, Barbonymus schwanenfeldii, Danio albolineatus, Osteochilus vittatus, Puntius binotatus, Rasbora jacobsoni, Tor tambra, Betta imbellis, dan Betta taeniata.

Masalah ancaman kepunahan keanekaragaman hayati juga masuk dalam poin kelima dan keenam rekomendasi UNESCO kepada Indonesia yang menyinggung perlunya dilakukan mitigasi bencana, perubahan iklim dan perlunya upaya konservasi.


Upaya Menyelamatkan Hutan


         Berbagai pihak berupaya untuk menyelamatkan hutan. Ada sejumlah lembaga yang mengaungkan urgensi perlindungan hutan. Salah satunya, melalui Konsorsium Hari Hutan Indonesia (HHI). Hal sederhana yang bisa dilakukan generasi milenial yaitu turut mengkampanyekan atau mengajak masyarakat untuk mencintai hutan. Bisa juga melalui adopsi hutan dengan memberikan sumbangan untuk penanaman pohon. Bahkan bisa ikut terlibat langsung dalam pelestarian hutan.

      Blogger Perempuan juga mengajak kita untuk ikut berkontribusi terhadap perlindungan hutan Indonesia. Caranya simple yakni dengan mendengarkan lagu “Dengar Alam Bernyanyi” di platform musik seperti Spotify dan Apple Music. Semakin banyak yang mendengarkan lagu tersebut maka akan semakin banyak royalti disumbangkan untuk perlindungan hutan Indonesia. Itu cari paling praktis yang kamu lakukan dengan gadgetmu.


Ada cara praktis lain tapi kamu harus siap pegang tanah. Buat kamu yang punya halaman rumah luas, kamu bisa menghutankan rumahmu dengan menanam berbagai jenis pohon di pekarangan rumah kita. Apalagi jika pekarangan kita luas, kita bisa mengisinya dengan berbagai jenis pohon berbuah yang dapat mengurangi pemanasan global. Selain itu, ada pula gerakan nyata yang bisa dilakukan secara luas di Indonesia, yakni melalui platform Geopark, Ekowisata dan Agroforestri.

Selamatkan Hutan Lewat Platform Geopark

Melalui pemberian gelar Geopark dan Warisan Hutan Hujan Tropis, UNESCO berharap Indonesia berperan dalam mencegah bencana alam dengan mengurangi angka penyusutan hutan. Akibat penyusutan hutan Indonesia dalam beberapa tahun terakhir mengalami bencana alam. Dibandingkan dengan rata-rata selama 30 tahun terakhir (1990-2019), frekuensi bencana banjir di Indonesia meningkat 43 persen pada tahun 2020. Dibandingkan dengan rata-rata selama 10 tahun terakhir (2010-2019), frekuensi bencana banjir meningkat sebesar 33 persen pada 2020. Salah satu dari 10 bencana alam mematikan pada 2021, terjadi di Indonesia.

Jika tidak ada upaya mendesak untuk melindungi geopark dan mengurangi intensitas bencana, kita hanya akan sibuk untuk membantu korban bencana alam. Dana terkuras hanya untuk ‘mengobati daripada mencegah’. Akan lebih baik upaya dan dana dioptimalkan guna mencegah bencana itu sendiri. Untuk itu, solusi paling praktis untuk mencegah bencana adalah dengan berinvestasi pada hutan. Maksudnya, menjaga, melestarikan dan memperbesar luas hutan yang ada di Indonesia.

Sebab, hutan itu seperti apotek, gudang, supermarket, dan sumber pangan lainnya yang menyediakan semua kebutuhan makhluk hidup. Selain sebagai sumber pangan dan oksigen, hutan juga merupakan cagar alam dan suaka margasatwa alami. Jika hutan punah, itu menimbulkan kemungkinan industri-industri tutup, manusia kekurangan makanan, dan spesies makhluk hidup punah. Industri-industri selama ini bisa berjalan karena mengandalkan sebagian besar bahan baku dari hutan. Mulai dari tanaman pangan, rempah-rempah, hingga lauk seperti ikan di sungai-sungai yang ada di hutan.

Sebuah pabrik dikatakan sempurna jika itu tidak mencemari lingkungan, tidak mahal, dan menghasilkan kebutuhan vital seluruh umat manusia. Pabrik yang sempurna itu hutan! Dengan bahan bakar sinar matahari, tumbuhan hijau menggunakan karbondioksida, air, dan mineral untuk menghasilkan makanan secara langsung atau tidak langsung. Dalam proses ini, mereka mengisi kembali atmosfer, menyingkirkan karbondioksida dan melepaskan oksigen murni.

Banyak orang, khususnya para pebisnis lebih menyukai menginvestasikan dana mereka ke pasar modal atau sejenisnya. Sebenarnya, untuk saat ini mengingat hutan semakin berkurang, investasi terbaik adalah menanam pohon. Entah itu di lahan sendiri atau lahan umum.

Pohon-pohon akan memberikan imbal hasil dalam jangka panjang ke semua orang. Tidak hanya kepada para pebisnis yang menginvestasikan dananya ke hutan juga kepada seluruh orang yang menikmati segarnya duduk di bawah pohon dan menikmati buahnya.

Selamatkan Hutan Lewat Program Ekowisata dan Agroforestri

Program ekowisata salah satu solusi untuk menyelamatkan hutan. Jika diartikan secara singkat, ekowisata artinya wisata alam. Tapi, secara lengkap artinya kegiatan pariwisata yang berwawasan lingkungan dengan mengutamakan aspek konservasi alam. Program ini menghasilkan peluang bisnis bagi penduduk setempat sekaligus menunjang konservasi hutan.

Publikasi UNESCO menyebutkan di Rwanda, Afrika, promosi ekowisata yang sukses dianggap telah berhasil menyelamatkan populasi gorila gunung karena hal itu memberi penduduk setempat sumber penghasilan alternatif. Masyarakat setempat akhirnya menghentikan aktivitas perburuan gelap. Di seluruh dunia, ekowisata telah turut berperan dalam kemajuan lingkungan, sosial, dan industri pariwisata tak dapat disangkal telah mendatangkan banyak keuntungan finansial.

Program seperti inilah yang layak dan telah direplikasi oleh para penggiat ekowisata di Indonesia. Misi utama adalah melestarikan lingkungan sekaligus menghasilkan uang dari pariwisata berkelanjutan.

Selain ekowisata, program agroforestri juga perlu diajarkan kepada masyarakat, khususnya mereka yang tinggal dekat hutan. Program agroforestri merupakan suatu sistem memadukan penanaman pohon dan tanaman pangan atau padang rumput dengan cara yang aman secara ekologi.

Di Brazil, program ini berhasil menyelamatkan hutan hujan tropis. Para agronom di sana berharap agar seraya agroforestri semakin memasyarakat, penggundulan hutan pun semakin lambat. Lewat program ini, masyarakat diajak untuk mencintai hutan.

Well, Hutan kita Sultan jadi jargon baru tahun ini memperingati Hari Hutan Indonesia 7 Agustus. Hutan kita Sultan memaksudkan hutan kita sangat kaya. Semoga Indonesia bisa mengembalikan kejayaan si ‘Sultan’ yakni hutan Indonesia ke kejayaannya semula.

#UntukmuBumiku #IndonesiaBikinBangga #TeamUpforImpact #DengarAlamBernyanyi #HutanKitaSultan


Easy Go Tour Travel Offers the Cheapest Packages to Explore Lake Toba

   Detail Information about the destinations Talking about Lake Toba is not limited to its waters. Lake Toba has many untold riches. One of ...