Perkuat Hubungan Indonesia-Jepang, JETRO Jajaki Peluang Kerja Sama Lebih Besar dengan RI

Perkuat Hubungan Indonesia-Jepang, JETRO Jajaki Peluang Kerja Sama Lebih Besar dengan RI

jepang indonesia
Bendera Indonesia dan Jepang

Davos. Jelasberita.com | Di sela-sela kegiatan World Economic Forum (WEF), Menteri Perdagangan Rachmat Gobel melakukan pertemuan dengan Executive Director of Japan External Trade Organization (JETRO) Hiroyuki Ishige, kemarin (23/1), di Davos, Swiss. Pertemuan tersebut merupakan tindak lanjut dari pertemuan sebelumnya saat kunjungan kerja Mendag ke Tokyo, Jepang, pada 20 Januari 2015.
“Dalam pertemuan tersebut, pihak JETRO menyampaikan kemungkinan peranan yang dapat dilakukan oleh JETRO dalam rangka meningkatkan hubungan kerja sama ekonomi, dagang, dan industri antara Indonesia dan Jepang,”ungkap Rachmat.
Rachmat menambahkan bahwa beberapa sektor menjadi perhatian JETRO saat ini, antara lain pertanian, pembangunan infrastruktur, dan kemaritiman. Terkait isu pertanian, JETRO berharap agar produk pertanian Jepang dapat memasuki pasar Indonesia tanpa mengalami hambatan karantina dan teknis yang berlebihan, termasuk nantinya kepentingan Jepang di produk “beef’.
JETRO juga menyampaikan keprihatinannya atas semakin maraknya pemberitaan di media massa Indonesia yang mengkritik hubungan kerja sama Indonesia dan Jepang dalam kerangka FTA. Jepang berharap pandangan tersebut tidak mencerminkan persepsi pemerintahan Indonesia saat ini. Lebih lanjut, Jepang mengharapkan agar para investor maupun kalangan pelaku usaha Indonesia dapat melakukan investasi di Jepang.
Indonesia menyambut baik inisiatif Jepang untuk meningkatkan lagi hubungan kerja sama ekonomi, dagang, dan industri antara kedua negara, khususnya dalam rangka meningkatkan nilai tambah bagi produk ekspor Indonesia. “Kami berharap JETRO dapat berperan dalam peningkatan kapasitas Indonesia di sektor pertanian untuk menciptakan “nilai tambah” dan daya saing produk ekspor pertanian Indonesia. Saat ini, persepsi masyarakat di Indonesia sudah mulai memprioritaskan aspek kualitas dibandingkan harga murah suatu produk,” jelas Rachmat.
Pada pertemuan tersebut, Mendag juga menyampaikan kepada JETRO bahwa salah satu program dukungan yang dapat dilakukan JETRO adalah dengan meningkatkan lagi program pengembangan “one village-one product” bagi Indonesia, sebagaimana upaya tersebut pernah dirintis oleh JETRO.
Hubungan ekonomi Indonesia dan Jepang yang sudah terjalin baik selama ini dalam kerangka FTA akan tetap dipertahankan bagi kepentingan kedua belah pihak. Selain itu, perluasan hubungan kerja sama ekonomi dalam Iingkup ASEAN—Regional Comprehensive Economic Partnership (ASEAN—RCEP) juga merupakan kepentingan kedua negara dengan mengedepankan prinsip saling menguntungkan.(rilis/ti)
Baca Berita Serupa di : Berita Bisnis

Pemerintah dan BEI Perpanjang Perjanjian Kerja Sama

Pemerintah dan BEI Perpanjang Perjanjian Kerja Sama


kerjasama
Jakarta, Jelasberita.com | Pemerintah melalui Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan (sebelumnya Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang -red), memperpanjang perjanjian kerja sama dengan PT Bursa Efek Indonesia (BEI). Perjanjian ini merupakan adendum keempat, dan lanjutan dari kesepakatan kedua belah pihak sejak tahun 2003. Melalui perjanjian ini, BEI mengumumkan dan mencatatkan Surat Berharga Negara (SBN) yang diterbitkan oleh Pemerintah Republik Indonesia di dalam negari dan dapat diperdagangkan.
“Pencatatan obligasi negara di bursa adalah hal yang lazim dilakukan dalam rangka meningkatkan likuiditas obligasi negara dimaksud. Dengan dicatatkan di bursa, informasi-nya semakin transparan, akuntabel dan berkualitas, sehingga obligasi negara semakin memiliki exposure, baik di pasar domestik maupun global,” papar Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko, di Gedung BEI pada Senin (16/2).
Sebagai informasi, kerja sama Kemenkeu dan BEI sudah terjalin sejak tahun 2000, dimana pertama kali obligasi negara yang diterbitkan oleh pemerintah mulai diperdagangkan. Saat itu, pemerintah mencatatkannya di Bursa Efek Surabaya, sebelum bergabung dengan Bursa Efek Jakarta dan menjadi BEI. (rls/ti)

BEI Ciptakan Inisiatif Baru di 2015 dan Catat Sejumlah Rekor di 2014

BEI Ciptakan Inisiatif Baru di 2015 dan Catat Sejumlah Rekor di 2014

Logo BEI
Jakarta. Jelasberita.com |Perkembangan pasar modal Indonesia di sepanjang 2014 menunjukkan pencapaian positif yang disertai dengan tercatatnya sejumlah rekor baru. Hal ini tidak terlepas dari beberapa inisiatif baru yang dilakukan oleh PT Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk terus meningkatkan kontribusi pasar modal  terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Bersama seluruh pelaku pasar, beberapa persiapan juga terus dilakukan oleh BEI agar dapat meningkatkan daya saing pasar modal Indonesia dalam menyongsong Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang akan mulai diberlakukan di 2015 mendatang.
Serangkaian inisiatif yang dilakukan oleh BEI adalah, pertama, perubahan satuan perdagangan (lot size) dan perubahan fraksi harga untuk Perdagangan Efek Bersifat Ekuitas yang diberlakukan sejak 6 Januari 2014. Hal tersebut dilakukan sebagai upaya BEI untuk melakukan pendalaman pasar (market deepening), membuka akses masyarakat dalam menggunakan atau memanfaatkan layanan jasa keuangan (financial inclusion), serta memperluas inklusivitas investasi di pasar modal sehingga dapat diakses oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Selain itu, perubahan tersebut dilakukan agar dapat menurunkan volatilitas perdagangan saham sehingga perdagangan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dapat menjadi lebih stabil.
Pengaruh suhu politik akibat pelaksanaan Pemilihan Umum (Pemilu) di Juli 2014 tidak menyurutkan optimisme investor untuk tetap bertransaksi di pasar modal Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan pergerakan IHSG yang mengalami kenaikan 21,15%, yaitu dari 4.274,177 poin pada akhir 2013 menjadi 5.178,373 poin pada 29 Desember 2014. Bahkan pada 8 September 2014, IHSG telah berhasil mencatatkan rekor indeks tertinggi sepanjang sejarah dengan ditutup pada level 5.246,489 poin. Sedangkan nilai kapitalisasi pasar saham meningkat sebesar 22,76% dari Rp4.219 triliun pada akhir Desember 2013 menjadi Rp5.179 triliun pada 29 Desember 2014.
Pertumbuhan IHSG secara year to date tersebut tercatat sebagai yang tertinggi keempat jika dibandingkan dengan bursa-bursa utama di kawasan regional dan dunia. Peningkatan persentase level IHSG hanya di bawah Bursa Shanghai (dengan kenaikan 49,72%), Bursa India (28,52%), dan Philipina (22,76%). Level IHSG di sepanjang 2014 telah melebihi Bursa Thailand (15,15%), Indeks Nikkei Jepang (8,83%), Bursa Singapura (6,32%), Bursa Hongkong (2%), Bursa Australia (1,75%), Indeks FTSE 100 Inggris (-1,71%),  Bursa Korea (-4,15%), Indeks Dow Jones Amerika Serikat (-4,95%), dan Bursa Malaysia (-5,28%). Bahkan secara jangka panjang, pertumbuhan IHSG dalam enam tahun terakhir (2008-29 Desember 2014) tercatat berada di urutan kedua dengan jumlah pertumbuhan return sebesar 282,05%.
Peluang dan keuntungan dari berinvestasi di pasar modal Indonesia semakin meningkatkan daya tarik pasar modal Indonesia di mata investor asing. Tercatat di periode Januari hingga 29 Desember 2014 investor asing membukukan beli bersih (net buying) yang mencapai rekor tertinggi sepanjang sejarah sebesar Rp40,102 triliun. Meski demikian, untuk membuat performa IHSG menjadi lebih stabil, BEI terus berupaya meningkatkan partisipasi investor domestik.
Inisiatif kedua, adalah BEI mengimplementasikan penggolongan atau taksonomi sistem pelaporan yang berbasis eXtensible Business Reporting Language (XBRL). XBRL adalah standar global untuk format elektronik yang digunakan untuk mempertukarkan atau mendistribusikan informasi bisnis. Taksonomi tersebut nantinya akan memudahkan BEI dalam melakukan pemantauan emiten serta mempermudah investor serta stakeholder pasar modal Indonesia untuk menganalisa laporan keuangan emiten yang tercatat di BEI.
Program inisiatif BEI bersama SRO (Self Regulatory Organization) lainnya yang ketiga adalah Gerakan Nasional Cinta (GeNTa) Pasar Modal. Didukung oleh OJK, GeNTa Pasar Modal  terbukti sukses menciptakan dua rekor dunia baru dari Museum Rekor Indonesia (MURI). Rekor pertama Penciptaan Investor Pasar Modal Terbanyak Melalui Satu Program (GeNTa) Pasar Modal dengan jumlah 88.397 investor baru. Kedua, Rekor Pertemuan Investor Pasar Modal Terbanyak di Indonesia yakni sebanyak 5.066 investor muda.
Beberapa program pengembangan lainnya yang bertujuan meningkatkan jumlah investor domestik seperti sosialisasi tentang pasar modal terus digelar oleh BEI bersama pelaku pasar. Beberapa program sosialisasi yang telah berjalan sejak tahun-tahun sebelumnya dan terbukti efektif dalam meningkatkan porsi kepemilikan investor domestik di pasar modal Indonesia terus dipertahankan.
Dalam rangka pendalaman pasar untuk menarik minat calon emiten dan meningkatkan jumlah saham emiten yang beredar di publik (floating shares), maka di awal 2014 BEI melakukan inisiatif yang keempat, yakni mengubah peraturan I-A tentang Pencatatan Saham dan Efek Bersifat Ekuitas Selain Saham yang Diterbitkan oleh Perusahaan Tercatat. Inisiatif tersebut kemudian disempurnakan melalui penerbitan peraturan I-A.1. tentang pencatatan Saham dan Efek Bersifat Ekuitas Selain Saham yang Diterbitkan oleh Perusahaan di Bidang Pertambangan Mineral dan Batubara. Perubahan dan penambahan detail peraturan pencatatan tersebut dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan likuiditas pasar modal Indonesia sekaligus memberikan semakin banyak pilihan saham bagi para investor.
Dengan semakin stabilnya pergerakan IHSG, semakin terjangkaunya harga saham Perusahaan Tercatat, serta semakin bertambahnya jumlah investor domestik yang berpartisipasi di pasar modal diharapkan dapat semakin mengukuhkan peran pasar modal Indonesia sebagai salah satu pilar pendukung perekonomian nasional.
Perdagangan Saham
Sepanjang Januari-Desember 2014, IHSG mengalami tren kenaikan. Pada 29 Desember 2014, IHSG ditutup di level 5.178,373 poin atau naik sebesar 21,15%, dibandingkan penutupan akhir Desember 2013 yang berada di level 4.274,177 poin. Penambahan 23 emiten baru dan 1 emiten relisting berhasil menambah nilai kapitalisasi pasar saham, yaitu sebesar 22,76% dari  Rp4.219 triliun pada akhir Desember 2013 menjadi Rp5.179 triliun per 29 Desember 2014. Rata-rata nilai transaksi harian saham periode Januari–Desember 2014 adalah sebesar Rp5,99 triliun, turun sebesar 3,93% dibandingkan dengan periode yang sama di 2013, yaitu sebesar Rp6,24 triliun. Namun, rata-rata frekuensi transaksi harian saham periode Januari–Desember 2014 naik dibandingkan dengan periode yang sama di 2013, yaitu naik sebesar 38,36% dari 153.686 kali transaksi menjadi 212.643 kali transaksi. Adapun rata-rata volume transaksi harian saham periode Januari-Desember 2014 turun sebesar 0,71% mencapai 5,46 miliar lembar saham dibandingkan dengan periode yang sama di 2013 yang mencapai 5,50 miliar saham.
Perdagangan Efek Bersifat Utang dan Sukuk
            Sampai dengan 18 Desember 2014, aktivitas transaksi di pasar obligasi konvensional, syariah, dan sukuk korporasi serta Efek Beragun Aset (EBA) yang berdenominasi Rupiah mencapai Rp163,04 triliun atau turun sebesar 12,21% dibandingkan di 2013, yaitu Rp185,72 triliun. Frekuensi transaksi selama di 2014 mencapai 21.466 kali atau naik sebesar 7,39% dibandingkan di sepanjang 2013 yang sebesar 19.989 kali. Rata-rata transaksi harian turun dari Rp751,90 miliar per hari di sepanjang 2013, menjadi Rp670,94 miliar per hari di 2014, atau turun sebesar 10,77%.
Sedangkan untuk aktivitas transaksi di pasar obligasi konvensional yang berdenominasi Dolar AS mencapai US$10,27 juta atau turun sebesar 42.28% dibandingkan dengan di sepanjang 2013, yaitu sebesar US$17,80 juta. Frekuensi transaksi obligasi konvensional yang berdenominasi Dolar AS selama 2014 mencapai 17 kali atau turun sebesar 29,17% dibandingkan di 2013 sebesar 24 kali. Rata-rata transaksi harian turun dari US$72,07 ribu per hari di 2013 menjadi US$42,28 ribu per hari di 2014, atau turun sebesar 41,33%.
Surat Berharga Negara (SBN)
Sampai dengan 29 Desember 2014, aktivitas transaksi SBN termasuk Obligasi Negara Ritel (ORI) yang berdenominasi Rupiah mencapai Rp2.829,01 triliun atau naik sebesar 50.66% dari Rp1.877,74 triliun pada periode 2013. Frekuensi transaksi di periode 2014 mencapai 159.000 kali, naik sebesar 30,80% dibandingkan di sepanjang 2013 sebesar 121.561 kali. Sedangkan rata-rata transaksi harian naik dari Rp7,60 triliun per hari di 2013 menjadi Rp11,59 triliun per hari di 2014 atau naik sebesar 52,51%.
Sedangkan untuk aktivitas transaksi SBN yang berdenominasi Dolar AS mencapai US$139,45 juta atau naik sebesar 533,88% dibandingkan dengan di 2013, yaitu sebesar US$22,00 juta. Frekuensi transaksi SBN yang berdenominasi Dolar AS selama 2014 mencapai 26 kali atau naik sebesar 550,00% dibandingkan periode 2013 sebesar 4 kali. Rata-rata transaksi harian naik dari US$550 ribu per hari pada periode 2013 menjadi US$571,53 ribu per hari pada periode 2014, atau naik sebesar 3,91%.
Pencatatan Saham
Selama periode Januari–Desember 2014 terdapat 23 Perusahaan Tercatat baru di BEI, yakni PT Bank Panin Syariah Tbk (PNBS), PT Asuransi Mitra Maparya Tbk (ASMI), PT Bank Ina Perdana Tbk (BINA), PT Capitol Nusantara Indonesia Tbk (CANI), PT Bali Towerindo Sentra Tbk (BALI), PT Wijaya Karya Beton Tbk (WTON), PT Graha Layar Prima Tbk (BLTZ), PT Intermedia Capital Tbk (MDIA), PT Eka Sari Lorena Transport Tbk (LRNA), PT Dwi Aneka Jaya Kemasindo Tbk. (DAJK), PT Link Net Tbk (LINK), PT Chitose Internasional Tbk (CINT), PT Magna Finance Tbk. (MGNA), PT Batavia Prosperindo Internasional Tbk (BPII), PT Mitrabara Adiperdana Tbk (MBAP), PT Sitara Propertindo Tbk (TARA), PT Bank Dinar Indonesia Tbk (DNAR), PT Blue Bird Tbk (BIRD), PT Soechi Lines Tbk (SOCI), PT Impack Pratama Industri Tbk (IMPC), PT Intan Baruprana Finance Tbk (IBFN), PT Bank Agris Tbk (AGRS), dan PT Golden Plantation Tbk (GOLL) .
Sepanjang 2014 terdapat 1 perusahaan yang melakukan relisting, yaitu PT Tunas Alfin Tbk (TALF). Selain itu, pada 2014 tercatat 3 Reksa Dana berbentuk Kontrak Investasi Kolektif (Exchange Traded Funds/ETF) yaitu Reksa Dana Premier ETF Sminfra18 (XISI), Reksa Dana KIK Premier ETF SRI-KEHATI (XISR), dan Reksa Dana Premier ETF Indonesia Financial (XIIF).
Jumlah perusahaan yang melakukan penawaran umum perdana saham atau Initial Public Offering (IPO) mengalami penurunan dibandingkan dengan di 2013 dengan jumlah perusahaan yang melakukan IPO di 2013 sebanyak 31 emiten. Total dana yang berhasil dihimpun pada periode Januari–Desember 2014 adalah sebesar Rp43,97 triliun, yang terdiri dari Initial Public Offering (IPO) sebesar Rp9,02 triliun, rights issue sebesar Rp33,49 triliun dan waran sebesar Rp1,46 triliun.
Pada 2014, BEI juga  telah melakukan delisting terhadap 1 Perusahaan Tercatat, yaitu PT Asia Natural Resources Tbk. (ASIA).
Pencatatan Surat Utang Korporasi
Sampai dengan Desember 2014, terdapat 49 emisi baru Obligasi dan Sukuk Korporasi serta Efek Beragun Aset (EBA) senilai Rp48,21 triliun yang diterbitkan oleh 36 emiten. Dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2013, jumlah emisi pada 2014 menurun sebesar 19,67%, jumlah emiten menurun sebesar 23,40%, dan nilai emisi menurun sebesar 17,68%.
Pencatatan baru ini terdiri dari 45 emisi obligasi senilai Rp45,92 triliun dan 4 emisi sukuk senilai Rp923 miliar serta 1 emisi Efek Beragun Aset (EBA) senilai Rp1,371 triliun. Jumlah emisi dan nilai obligasi mengalami penurunan masing-masing sebesar 15,09% dan 17,17% dibandingkan dengan periode yang sama di 2013 yang berjumlah 53 emisi dengan total nilai sebesar Rp55,43 triliun (tidak termasuk emisi dalam USD). Jumlah emisi dan nilai Sukuk mengalami penurunan sebesar masing-masing 42,86% dan 58,12% dibandingkan dengan periode yang sama di 2013 yang berjumlah 7 emisi dan total nilai emisi sebesar Rp2,20 triliun.
Di antara 36 emiten yang menerbitkan dan mencatatkan Obligasi, Sukuk, dan EBA pada 2014, sebanyak 4 emiten merupakan emiten yang baru pertama kali masuk ke pasar modal dan 1 Efek Beragun Aset (EBA), yaitu PT Profesional Telekomunikasi Indonesia (PRTL), PT Ciputra Residence (CTRR), PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero) (SMII), PT Pupuk Indonesia (Persero) (PIHC) dan Kontrak Investasi Kolektif EBA Danareksa BTN 05 – KPR Kelas A (DBTN05).
Total Obligasi, Sukuk, dan EBA yang masih tercatat sampai dengan Desember 2014 adalah 265 emisi dan 394 seri senilai Rp226,78 triliun, meliputi 232 emisi Obligasi dan 351 seri Obligasi senilai Rp216,61 triliun dan USD100 juta, 27 emisi Sukuk dan 35 seri sukuk senilai Rp7,105 triliun, serta 6 emisi Efek Beragun Aset (EBA) dan 8 seri KIK EBA senilai Rp3,06 triliun.
Dibandingkan di 2013, jumlah emisi tercatat meningkat 5,16%, jumlah seri tercatat meningkat 1,03%, nilai emisi Rupiah tercatat meningkat 2,81%, dan tidak ada perubahan pada nilai emisi USD tercatat. Jumlah emiten tetap sama sebanyak 109 emiten di 2014 (termasuk 6 emiten KIK EBA).
Pada tahun ini, BEI juga melakukan pembatalan pencatatan efek terhadap obligasi yang diterbitkan oleh PT Bahtera Adimina Samudra Tbk. (BASS).  (rilis/ti)
, ,

Bambang P.S. Brodjonegoro: “Saya Yakin 2018 Ada Kilang Baru”

Bambang P.S. Brodjonegoro: “Saya Yakin 2018 Ada Kilang Baru”

menkeu
Jakarta. Jelasberita.com |  Harga minyak mentah dunia yang berada di level rendah saat ini, dapat menghambat investasi di sektor migas. Namun, Menteri Keuangan Bambang P.S. Brodjonegoro yakin, Indonesia akan punya kilang minyak baru di tahun 2018. “Saya yakin 2018 ada kilang baru, bisa di Bontang atau investor swasta, bisa Pertamina,” katanya pada akhir pekan lalu.
Untuk pembangunan kilang baru ini, menurutnya, pemerintah telah menyiapkan berbagai insenitif pajak seperti tax holiday. “Insentif kita sudah clear. Kita siapkan tax holiday 10 tahun atau lebih,” tambahnya. Selain itu, pemerintah juga telah menyiapkan lahan siap-pakai.
Untuk tahun ini, Bambang mengakui bahwa kemungkinan investasi di sektor migas memang rendah, bila dihadapkan dengan harga minyak yang rendah. Investor juga akan berpikir dua kali untuk memulai eksplorasi, karena tidak sepadan dengan harga jual yang rendah. Sebagai informasi, Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dari sektor migas, dalam Rancangan APBN-Perubahan 2015 diperkirakan turun sampai Rp130 triliun. (rilis/ti)

Triwulan IV, Kepemilikan Saham Masih Didominasi Investor Asing

Triwulan IV, Kepemilikan Saham Masih Didominasi Investor Asing

Saham
Jakarta, Jelasberita.com | Memasuki tahun 2015, PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) dipimpin oleh Margeret M. Tang sebagai Pjs. Direktur Utama KSEI. Margeret menggantikan posisi Heri Sunaryadi yang mengundurkan diri pada tanggal 19 Desember 2014 karena ditunjuk pemerintah untuk menjadi Direktur PT Telekomunikasi Indonesia. Pada periode Triwulan akhir tahun 2014 (Triwulan IV, Oktober – Desember), beberapa peningkatan kinerja operasional KSEI berhasil dicapai dibandingkan periode sebelumnya (Triwulan III, Juli – September 2014).
Pada periode Triwulanan IV, kepemilikan saham masih didominasi oleh investor asing dengan total kepemilikan sebesar 65%, turun 1% dari periode sebelumnya. Meski demikian, nilai kepemilikan saham oleh investor asing meningkat tipis dari Rp 1.842,79 triliun menjadi Rp 1.864,97 triliun. Peningkatan juga dicatatkan pada nilai kepemilikan Saham oleh investor lokal sebesar Rp 12,67 triliun, dari Rp 1.014,08 triliun pada Triwulan III 2014 (September 2014) menjadi Rp 1.026,75 triliun pada Triwulan IV, dengan total kepemilikan Saham yang mencapai 36%.
Lebih dari setengah pemegang Efek dari investor lokal berasal dari tipe pemegang Efek corporate (54%), disusul dengan individu sebesar 16,5%. Berbanding terbalik dengan komposisi kepemilikan saham, investor lokal porsi kepemilkan Obligasi Korporasi dan Sukuk lebih besar. Secara persentase komposisi kepemilikan saham oleh investor lokal sama dengan periode sebelumnya yakni 91%. Dari sisi nilai, jumlahnya meningkat tipis Rp 0,57 triliun.
Seperti halnya kepemilikan Obligasi Korporasi dan Sukuk oleh investor lokal, kepemilikan oleh investor asing persentasenya tidak berubah dari periode sebelumnya yang mencapai 9%. Sedangkan secara nilai, kepemilikan Obligasi Korporasi dan Sukuk meningkat Dari Rp 19,20 triliun menjadi Rp 21,34 triliun dibandingkan dengan periode sebelumnya.
Total nilai aset yang tercatat di C-BEST mengalami kenaikan 1,55% atau Rp 48,7 triliun dari Rp 3.149,34 triliun menjadi Rp 3.198,07 triliun. Salah satu faktor kenaikan total aset yang tercatatkan di KSEI dikarenakan adanya peningkatan nilai aset pada jenis Efek saham sebesar Rp 34,86 triliun dan Medium Term Notes sebesar Rp 3,40 triliun.
Total aset yang tercatat di KSEI tersebut masih didominasi oleh jenis Efek saham dengan total nilai sebesar Rp 2.891,73 triliun atau sekitar 90% dari total nilai aset. Kenaikan total nilai aset yang tercatat di KSEI tersebut, sejalan dengan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang terus meningkat sejak periode I hingga periode IV Triwulanan tahun 2014.
Per akhir Desember 2014, jumlah investor pasar modal Indonesia yang mengacu pada jumlah Single Investor Identification (SID) secara konsisten terus mengalami peningkatan sejak periode Triwulan I.
Jumlah investor pasar modal Indonesia hingga akhir 2014 telah mencapai 364.465, atau naik sekitar 10% dibanding awal periode tahun 2014. Kenaikan ini sejalan dengan tren kenaikan jumlah Sub Rekening Efek dan Login ke Fasilitas AKSes (Acuan Kepemilikan Sekuritas) yang masing-masing juga meningkat sekitar 10% dibandingkan dengan periode Triwulan I. Pada periode yang sama, kegiatan Tindakan Korporasi (Corporate Action) yang didistribusikan melalui KSEI terdapat 759 aktivitas, menurun 6,4% dari periode sebelumnya.
Hal ini dikarenakan kegiatan distribusi Dividen Tunai & Interim mengalami penurunan yang cukup signifikan yakni sekitar 68% dikarenakan sebagian besar Emiten telah melakukan kegiatan tersebut pada periode Triwulan III. Aktivitas Tindakan Korporasi terbanyak pada periode ini, seperti periode sebelumnya, dicatatkan pada Pembayaran Bunga Obligasi sebanyak 549 kali. Selama Triwulan III tahun 2014, KSEI telah melakukan distribusi Tindakan Korporasi pembayaran dividen/exercise dan bunga/pokok surat utang dengan total dana sebesar Rp 28.357,21 miliar (naik sekitar 24% dari Triwulan III) dan US$ 32,63 juta (naik sekitar 73% dari Triwulan III).

SUN Valas Oversubscribed 4,8 kali Didukung Kepercayaan Investor

SUN Valas Oversubscribed 4,8 kali Didukung Kepercayaan Investor

SUN 2014Jakarta. Jelasberita.com | Tingkat kepercayaan investor asing terhadap Indonesia dinilai masih sangat tinggi. Hal ini terlihat dari terjadinya kelebihan permintaan (oversubscribed) hingga 4,8 kali pada penawaran awal Global Bond/Surat Utang Negara (SUN) berdenominasi dolar AS yang diterbitkan pada Kamis (8/1) yang lalu.
Tercatat, total permintaan Global Bond tersebut mencapai 19,3 miliar dolar Amerika Serikat. Demikian disampaikan oleh Direktur Jenderal Pengelolaan Utang, Robert Pakpahan pada konferensi pers di kantor Pusat Kementerian Keuangan, Jakarta, Jumat (16/1).
Menurutnya, hal ini merupakan hasil dari perbaikan-perbaikan atau reformasi yang telah dilakukan oleh pemerintah dalam beberapa bulan terakhir. “Seperti reformasi di subsidi (fixed subsidy), itu menjadikan resiko fiskal kita lebih minimal. Artinya ekonomi kita dalam keadaan yang lebih stabil dan sehat,” ujarnya.
Seperti diketahui, pemerintah menerbitkan Global Bond dalam dua seri penerbitan yakni RI0125 dengan tenor 10 tahun dan yield 4,125 persen serta RI0145 dengan tenor 30 tahun dan yield sebesar 5,125 persen. Selain tingkat kepercayaan investor yang tinggi, momentum yang tepat merupakan kunci keberhasilan pemerintah.
Sesuai dengan arahan Menteri Keuangan, lanjutnya, pemerintah akan mencoba mengurangi crowding out di pasar domestik dengan menambah porsi pembiayaan valuta asing dan juga dari multilateral dan bilateral, khususnya dari program pinjaman yang bersifat tunai. Selain itu, untuk mengantisipasi kemungkinan kenaikan tingkat suku bunga di Amerika Serikat yang diperkirakan terjadi pada semester kedua tahun ini, pemerintah berencana menyelesaikan  pembiayaan dari  valas pada semester pertama.(rilis/ti)

KSEI Seleksi Bank Administrator RDN dan Bank Pembayaran

KSEI Seleksi Bank Administrator RDN dan Bank Pembayaran

Saham
Jakarta. Jelasberita.com – Memasuki tahun 2015, Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) akan menyelenggarakan proses seleksi Bank Administrator Rekening Dana Nasabah (RDN) atau Bank RDN dan Bank Pembayaran untuk periode 2015 – 2019. Seleksi ini dilakukan kembali sejalan dengan habisnya masa perjanjian kerja sama Bank RDN dan Bank Pembayaran periode 2011 – 2015 pada bulan Juli 2015 nanti.
Proses seleksi dimulai dengan penjelasan Request for Proposal (RFP) yang dilaksanakan KSEI hari ini (28/1) yang dihadiri 17 (tujuh belas) bank dari total 22 (dua puluh dua) bank yang yang memenuhi syarat telah memiliki layanan sebagai Bank Kustodian. Pemilihan bank untuk bekerjasama dengan KSEI sebagai Bank Administrator RDN penting dilakukan untuk menunjang penerapan ketentuan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) – dahulu Bapepam-LK – No.V.D.3 mengenai kewajiban pemisahan RDN yang mulai berlaku sejak tahun 2012. Selain itu untuk menjalankan peran sebagai Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (LPP) di pasar modal Indonesia, KSEI juga masih membutuhkan layanan bank umum sebagai Bank Pembayaran untuk keperluan penyelesaian transaksi yang melibatkan aktivitas pemindahbukuan dana.
Seleksi Bank RDN dan Bank Pembayaran pada periode ini akan dilakukan dengan kriteria persyaratan yang terpisah. Bank yang ikut seleksi dimungkinkan untuk mengajukan proposal kerja sama sebagai Bank Administrator RDN saja atau sebagai Bank Administrator RDN dan sekaligus sebagai Bank Pembayaran. Selain kriteria dan syarat khusus sebagai Bank Pembayaran, bank yang berminat untuk menjadi Bank Pembayaran harus dapat memenuhi kriteria dan syarat sebagai Bank Administrator RDN.
Kerja sama antara KSEI dengan Bank Pembayaran seperti yang diterapkan saat ini, telah dilakukan sejak pemberlakukan era scipless trading di pasar modal Indonesia pada tahun 2000. Mulai tahun 2015 ini, sejalan dengan projek pengembangan infrastruktur pasar modal, KSEI akan mulai menggunakan rekening RTGS di Bank Indonesia untuk melengkapi fungsi Bank Pembayaran terkait keperluan penyelesaian transaksi yang melibatkan dana di sistem C-BEST. “Mulai Juli 2015 nanti, untuk penyelesaian transaksi Efek non-SBN (Surat Berharga Negara) yang melibatkan dana di C-BEST, kami rencanakan hanya Perusahaan Efek saja yang masih perlu menggunakan layanan Bank Pembayaran, sedangkan Bank Kustodian dapat menggunakan banknya masing-masing untuk melakukan penyetoran atau penarikan dana ke C-BEST langsung melalui sistem BI-RTGS”, demikian ungkap Margeret M. Tang, Pjs. Direktur Utama KSEI, Selasa (28/1).
Menurut Margeret, ke depannya peran Bank Administrator RDN akan semakin penting. Potensi masyarakat Indonesia untuk berinvestasi di pasar modal sangat besar, dan potensi ini perlu didukung infrastruktur yang memadai agar dapat direalisasikan. Margeret mengatakan, “KSEI terus berupaya dalam mendukung program pendalaman pasar, salah satunya dengan meningkatkan jumlah investor domestik individu. Dalam seleksi Bank Administrator RDN, selain untuk memenuhi  ketentuan peraturan OJK nomor V.D.3, kami juga meminta calon bank RDN untuk memasukkan rencana dan program untuk pengembangan infrastruktur dan layanan-layanan yang dapat mempermudah aktivitas berinvestasi bagi masyarakat pasar modal sehingga jumlahnya dapat meningkat.” (rilis/ti)

Darmin: Enam Sektor Ekonomi Indonesia Tetap Bersinar kendati Pertumbuhan Global Lesu

Darmin: Enam Sektor Ekonomi Indonesia Tetap Bersinar kendati Pertumbuhan Global Lesu

Darmin
Bpk. Darmin, SE., MBA saat menyampaikan materi di kampus IT&B Medan

Medan. Jelasberita.com | Kendati perekonomian global telah melambat dan berlanjut lesu, Penasehat Investasi Darmin SE, MBA, CIMBA meyakini enam sektor ekonomi Indonesia tetap bersinar. Enam sektor tersebut antara lain perbankan, konstruksi, properti hunian dan komersil, semen, pembangunan jalan, dan makanan ternak.
“Kami meyakini meskipun pertumbuhan beberapa negara melambat dan The Federal Reserve AS tampaknya akan menaikkan rate pada 2015, ekonomi Indonesia tetap bangkit karena penurunan harga minyak dan tekad pemerintah akan menunjang pertumbuhan,” jelasnya dalam seminar “Prospek dan Tantangan Indonesia dan Global 2015”, diselenggarakan di Hall Kampus IT&B, Sabtu (31/1).
Keyakinan tersebut didasarkan pada tekad pemerintah yang benar-benar serius untuk meningkatkan kemudahan berbisnis serta penurunan harga minyak mentah. Apalagi sejumlah institusi yakni Dana Moneter Internasional (IMF), Bank Dunia (WB), dan Bank Pembangunan Asia (ADB), mengeluarkan porkas pertumbuhan yang optimis bagi Indonesia. Masing-masing meyakini pertumbuhan Tanah Air akan mencapai 5,5 persen, 5,6 persen, dan 5,7 persen, lebih tinggi daripada pertumbuhan 2014.
Seminat IT & B
Darmin, SE, MBA, CIMBA, Penasehat Investasi Panin Sekuritas tengah menyampaikan hasil riset Tim Riset Panin Sekuritas tentang proyeksi dan tantangan ekonomi Indonesia dan global 2015, di hadapan peserta seminar di Hall Kampus IT&B, Sabtu (30/1).
Di sektor perbankan, para pelaku pasar menyambut baik keputusan tegas Bank Indonesia (BI). Langkah proaktif BI untuk menaikkan rate menjadi 7,75 persen juga direspon pasar dengan baik. BI mendorong pemberian pinjaman bagi usaha kecil menengah dan memotivasi sektor perbankan untuk membiayai proyek-proyek infrastruktur. Dan, jumlah kredit bermasalah di bank-bank menyusut dan diyakini akan berlanjut pada tahun ini. Itu sebabnya, Tim Riset Panin yakin pinjaman untuk infrastruktur menjadi kunci pendongkrak kredit.
Di sektor konstruksi, penurunan subsidi bahan bakar yang dialokasikan untuk infrastruktur dan kesehatan akan menghasilkan efek multiplier dalam mendongkrak ekonomi domestik. Apalagi peringkat infrastruktur Indonesia yang masih di peringkat 72, itu artinya pemerintah sangat perlu untuk meningkatkan kemajuan infrastruktur, yang berimbas positif terhadap sektor konstruksi.
Di sektor telekomunikasi, pendapatan dari pesan teks dan pesan suara mencapai pertumbuhan paling pesat. Ke depannya, kunci utama pertumbuhan akan bergantung pada internet dan jaringan. Pemerintah telah mempertimbangkan untuk mengubah biaya USO dari 1,25 persen laba kotor sebagai persentase yang lebih rendah. Meski demikian, operator akan diwajibkan untuk berinvestasi pada USO guna mengembangkan sektor tersebut.
Di Sektor properti hunian dan komersil didukung stabilitas politik dan perbaikan makroekonomi pasca pemilihan. Kondisi yang kondusif memicu permintaan lahan industri. Reformasi yang dilakukan Presiden Jokowi mulai dari lisensi dan birokrasi berpotensi meningkatkan daya tarik internasional untuk berinvestasi di Indonesia. Ketertarikan perusahaan multinasional tampak ketika Samsung dan Mitsubishi berminat membangun pabrik Indonesia.
Di sektor semen, Penurunan harga minyak akan berdampak bagus terhadap semen. Lagi, upaya pemerintah untuk meningkatkan infrastruktur otomatis berdampak luas terhadap pemakaian semen.
Di sektor makanan ternak, sepanjang tahun 2014, harga jagung dan kedelai mencapai level terendah. Mengingat harga komoditas tersebut merosot tajam tahun lalu, Tim Panin Sekuritas yakin tahun ini performanya lebih baik. Peningkatan ini didukung perkiraan penguatan rupiah tahun ini dan kemajuan industri pada 2015.
Sedangkan beberapa sektor lain yang dinilai netral yaitu sektor barang konsumen dan ritel, otomotif, perkebunan, properti industri tambang dan logam, logistik, dan batubara. Beberapa sektor tersebut mengalami tekanan akibat ekonomi global tengah lesu dan perubahan moneter kerap terjadi di berbagai bank sentral.
Tahun ini, Amerika Serikat akan menjadi satu-satunya lokomotif ekonomi global. Pemulihan di Negeri Paman Sam itu kontras dengan Eropa, Jepang, dan Tiongkok. Uni Eropa sedang menghadapi ancaman deflasi dan krisis, bahkan potensi perpecahan politik di negara anggota. Jepang pun turut mengalami deflasi dan kelesuan. “Sektor komoditas pertanian dan pertambangan paling terkena imbas akibat permintaan dari Tiongkok, Eropa dan Jepang merosot,” ujar Darmin. (ti)
Baca Berita Serupa di Berita Investasi

Rumah Belajar Hutaraja Hobi, Semangat dan Kepedulian untuk Danau Toba

  Samosir, NINNA.ID -Rumah Belajar Hutaraja adalah tempat belajar yang terletak di Kampung Ulos Hutaraja. Didirikan oleh Damayanti Sinaga se...