API: Tanaman Berpotensi Tinggi di Indonesia Sering Disepelekan






(Analisa/Damayanti) TUNJUKKAN BUAH MURBEI: Baskara Liga, Pelopor API, menunjukkan buah murbei yang kerap disepelakan orang. Buah tersebut dapat dijadikan selai roti. Selain murbei, masih banyak jenis tanaman lain yang selama ini tidak dianggap, memilki potensi tinggi bila dikembangkan.

http://harian.analisadaily.com/ekonomi/news/api-tanaman-berpotensi-tinggi-di-indonesia-sering-disepelekan/117325/2015/03/19

Medan, (Analisa). Pelopor Asosiasi Planter Indonesia Baskara Liga mengatakan Indonesia sering menyepelekan tanaman yang memiliki potensi tinggi. Akibat disepelekan, beberapa tanaman tersebut nyaris hilang. Bahkan, sejumlah produk impor seperti buah-buahan dan sayuran sebenarnya dapat dikembangkan di Tanah Air.

“Kita punya tanaman buah dan sayur jauh lebih beragam dan memiliki potensi tinggi dibandingkan milik negara lain. Tapi, orang banyak menyepelekannya. Misalkan saja talinum triangulare atau sayur ginseng, daunnya bisa jadi sayur dan akarnya bisa jadi obat. Bagi mereka yang tidak tahu manfaatnya, pasti itu dibuangnya,” ujarnya kepada Analisa belum lama ini.

Konsultan Pertanian yang aktif memberikan pelatihan kepada para petani di berbagai daerah di Indonesia ini menyampaikan, API berusaha mengumpulkan tanaman eksotis dari beragam tempat dan melakukan penelitian tentang tanaman tersebut. Kini, ia mengoleksi puluhan tanaman yang diharapkan dapat dikembangkan oleh para petani.

Di lahan belakang rumahnya seluas 2 ½ rante, ia menanami puluhan jenis tanaman eksotis di antaranya berbagai macam durian, mangga, basella rubra atau sayur raja merah, basella alba atau sayur raja hijau, citrus lemon atau jeruk lemon, vitid labrusca atau anggur, ficus carica l atau buah tin, dan berbagai lainnya. Satu yang paling unik yakni buah miracle atau buah ajaib, yang dapat menghilangkan rasa asam maupun pahit di lidah jika memakannya.

Tidak Rumit
Baskara bersama timnya, masih meneliti berbagai jenis tanaman lainnya dan berencana untuk mengembangkan buah tersebut dijadikan produk siap pakai. “Bukan hanya srikaya yang dapat dijadikan selai, buah murbei juga. Rasanya sangat nikmat. Menanamnya juga tidak rumit dan tidak membutuhkan lahan luas,” ujarnya.

Tanaman buah yang ia kembangkan dan diharapkan dapat mengganti buah impor di antaranya lemon, apel, anggur, dan jeruk. Ia ingin para petani kecil maupun besar dapat saling mendukung memajukan pertanian Indonesia bersama API yang beralamat di Jalan Kartini 155 Kisaran dan di Jalan Bangka nomor 55 Medan. 

Ia juga menantang para mahasiswa pertanian untuk membuat penelitian atau skripsi unik tentang pemanfaatan tanaman tersebut. “Mahasiswa kan sering tuh hanya ubah judul tapi isinya sama. 
Saya tantang mereka untuk memikirkan produk hilirisasi  seluruh tanaman yang sedang saya teliti ini,” jelasnya. (dyt)

Lebih Baik Ketimbang Kuliah, Merantau (Kerja) ke Jepang yuk...!

Pernah terpikir untuk bekerja di Jepang? 


Awalnya saya juga tidak pernah berpikir untuk ke Jepang. Tapi jika disuruh memilih, saya lebih memilih bekerja di Jepang ketimbang di Indonesia. Bukan tak cinta sama kampung halaman dan tanah air sendiri. Tak lain dan tak bukan, karena pengalaman dan gaji yang lebih besar ditawarkan oleh Jepang. Siapa sih yang tidak mau dapat gaji hampir 4 kali lipat dari upah minimum regional (UMR), pengalaman tinggal di Negeri Sakura dengan empat musim, bekerja dengan para profesional di perusahaan-perusahaan yang punya etika kerja berkualitas tinggi. Belum lagi dengan serentetan hal lainnya.



Tahu gak? Gaji pokok di Jepang itu 9-10 juta per bulan. Woow banget kan!
Selama kita terikat kontrak kerja dengan perusahaan Jepang, kita juga dapat modal kerja. Jadi, pulang dari Jepang, kita sudah dapat bekal pengalaman kerja, pengalaman hidup dan modal! Keren kan! Gak hanya itu, selesai kontrak kita juga berkesempatan untuk bekerja di perusahaan Jepang di Indonesia. Jadi, gak perlu cemas seusai pulang dari Jepang. Tentu itu cerita yang menggembirakan, bukan? Tapi semua itu bisa terjadi kalau kita berhasil melewati serangkaian proses.

Di zamanku dulu, aku ikuti seleksi magang di sebuah lembaga di Medan. Kuikutin semua arahan dari pembimbing lembaga tersebut agar bisa lolos di tiap tahapan seleksi. Sekitar 3 bulan belajar di lembaga tersebut, tibalah waktu seleksi. Dalam tiap tahapan seleksi berlaku sistem gugur. Dimulai dari seleksi pemberkasan, matematika, kesamaptaan, fisik, wawancara, medical check up dan terakhir bahasa Jepang.



Syukur banget, semua tahapan dapat lulus hingga masuk ke tahap pendidikan.
Nah, ada dua tahap pendidikan. Tahap pendidikan di daerah tempat rekrut dan di pusat. Setelah menyelesaikan tahap pendidikan 4 bulan, waktu yang paling dinantikan pun tiba. Saya berangkat ke Jepang.



Sesampainya di sana, saya masuk ke pusat pelatihan di Kota Chiba selama 1 bulan.
Setelah itu, saya dikirim ke perusahaan Jepang yang telah ditentukan sebelum keberangkatan. Saya magang di perusahaan konstruksi bagian profil baja untuk kontruksi bangunan seperti pabrik, jembatan, jalan dan sebagainya. Saya tekuni itu selama 3 tahun karena kontraknya hanya sampai tiga tahun. Selama di Negeri Sakura, saya menemukan banyak hal baru, budaya, makanan dan kebiasaan-kebiasaan lainnya. Sungguh pengalaman luar biasa!

Awal tiba di Jepang, saya rindu dengan kampung halaman. Namun, seraya waktu berlalu dan mulai beradaptasi akhirnya saya menjadi betah tinggal disana. Saya malah tidak ingin cepat-cepat pulang ke Indonesia. Tapi karena kontraknya selama 3 tahun, jadi mau tidak mau harus pulang ke negara asal kita.

Saat hendak pulang ke negara asal, kita diberikan modal usaha sebesar Rp70juta dan diberi kesempatan untuk bekerja diperusahaan Jepang yang ada di Indonesia. Sudah dapat pengalaman kerja, gaji besar, keterampilan, wawasan, dan tentu mental yang luar biasa. Sebab, para perantau memang punya mental baja bukan? Apalagi perantau dari Jepang! Dana yang dihabiskan untuk program ini tidak begitu besar. Dari proses pelatihan sampai pendidikan sekitar 8 bulan sampai 1 tahun, hanya menelan biaya kurang lebih Rp15juta sampai Rp20juta. Biaya itu tidak sekaligus dibayar tapi secara bertahap. Setelah di Jepang modal kita sudah bisa dipastikan akan cepat kembali. Dalam waktu 3 bulan modal sudah kembali. Selebihnya, uang yang kita peroleh bisa kita tabung atau bantu ekonomi keluarga.

Program magang/kerja di Jepang yang sangat bermanfaat. Jadi, ikuti saja prosedur dan seleksinya. Saya bisa bantu kamu untuk konsultasi apa saja tentang program ini. Jangan segan bertanya gratis kok.

Hubungi saya lewat fesbuk atau no HP atau langsung temui kami di LPK Hiroki. Kami akan jawab segudang pertanyaanmu. Akun FB saya Nando Damanik.

Di postingan berikutnya, saya akan berbagi pengalaman unik yang hanya bisa kita temui di Jepang. So, tunggu postingan berikutnya ya Sob! Bantu sebarin info ini ke kawan-kawan, keluarga, tetangga atau siapa yang kamu kenal pengen merantau ke Jepang. Terimakasih!


API Bangun Komunitas UMKM Kreatif

API Bangun Komunitas UMKM Kreatif



(Analisa/damayanti). MEMASAK: Para anggota Komusatif tengah memasak tahu khas olahan sendiri. API membangun wadah Komusatif sebagai pusat penyaluran hasil kreativitas dan inovasi para anggota UMKM, khususnya yang berada di Asahan.

Kisaran, (Analisa). Asosiasi Planter Indonesia (API) bangun wadah komunitas usaha mikro kecil menengah (UMKM) kreatif. Komunitas ini ditujukan sebagai pusat penyaluran hasil kreativitas dan inovasi para anggota UMKM, khususnya yang berada di Kisaran. Selain itu, sebagai pusat untuk mengembangkan potensi komoditas unggulan dan oleh-oleh khas Sumatera Utara, khususnya Kisaran.

Pelopor API, Baskara Liga, mengemukakan, ia telah lama merencanakan untuk membangun komunitas ini. Ia telah mengumpulkan puluhan para anggota UMKM, melatih dan membantu mereka untuk menghasilkan berbagi produk seperti jus, coklat, keripik, dan makanan cemilan yang semuanya berorientasi untuk meningkatkan kesehatan masyarakat.

“Sudah lama merencanakannya. Tapi, bulan ini baru terwujud. Masih banyak anggota UMKM yang akan dilibatkan untuk maju bersama. Masih banyak produk yang akan dikonsep dan diluncurkan. Kami (API) masih terus bekerja untuk mengembangkan Komunitas Asahan Kreatif atau Komusatif,” ujar Baskara, pada saat peresmian pusat Komusatif, Senin (25/7).

Anggota Komusatif telah mengisi wadah ini dengan berbagai produk seperti jus murberi, jus buah pala, coklat, keripik singkong, dan produk lainnya. Pihakya berfokus agar masyarakat tidak hanya mendapatkan produk yang terjangkau, terlebih lagi sehat dan aman dikonsumsi. Para pekerja di Komusatif juga terdiri dari para lulusan SMA yang sedang mencari kerja sehingga mengurangi pengangguran di Asahan.

Sang Pendiri juga berharap wadah ini dapat menjadi tempat berkumpul para anggota planter untuk berbagi ide mengembangkan pertanian Indonesia, khususnya produk hilirisasi. Sebab, pengembangan produk tersebut diyakini dapat menyerap banyak tenaga kerja, meningkatkan gizi dan menyediakan semakin banyak produk terjangkau bagi masyarakat. (dyt)

Jurnalis Ninna, Damayanti Sinaga, Juara Lomba Karya Tulis Jurnalistik BI

NINNA.ID - Belum genap satu tahun ninna.id ternyata memiliki jurnalis yang handal. Bukan pujian internal, tapi bukti itu setidaknya diakui Perwakilan Bank Indonesia Sibolga. Jurnalis ninna, Damayanti Sinaga, berhasil menyabet Juara II, lomba karya tulis yang diselenggarakan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Sibolga, Juni lalu.

Tema lomba tulisan BI “Inovasi dan Strategi Komunikasi Efektif Guna Meningkatkan Akseptansi dan Literasi Masyarakat Undigitized terhadap Sistem Pembayaran Digital” yang diikuti oleh sejumlah jurnalis senior di Kawasan Danau Toba, akhirnya mendaulat tiga orang  juara.

Juara pertama diraih Sahat Jason Gultom (Batakpos.com), Juara kedua Damayanti Sinaga penulis di Ninna.id dan juara ketiga diraih Jhonny WP Simatupang (medanmerdeka.com). Penjurian dipercayakan kepada PWI Sumut, USU dan Bank Indonesia.

[caption id="attachment_7240" align="alignnone" width="462"]Bank Indonesia 

Damayanti Sinaga dari ninna.id (nomor 4 dari kiri) meraih Juara II.(foto:ist)[/caption]

Damayanti mengatakan, hadiah menjadi salah satu motivasi utamanya untuk ikut kompetisi karya tulis jurnalistik yang diselenggarakan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Sibolga itu.

Tapi, ada alasan lain yang membuatnya bersemangat, ingin mengupdate dan mengupgrade pengetahuannya tentang informasi dan pengetahuan terkini.

"Apalagi tema utama pada lomba tulisan ini adalah digital payment. Belakangan ini, kita diperhadapkan dengan banyak perubahan. Banyak bidang beralih dari sistem konvensional ke sistem digital. Misalnya, dulu media menyajikan berita melalui surat kabar atau koran. Sekarang, karena semua serba digital dan hampir semua penduduk di dunia memiliki HP dan akses internet, lantas media memilih bermigrasi ke sistem digital," ujar Damayanti.

Selain itu, Damayanti juga tertantang untuk membuktikan, Ninna.id sebagai pemain baru dalam portal berita online, memiliki jurnalis yang tidak dibisa diremehkan dari segi SDM.

"Tertantang juga untuk menguji keberanian. Aku tahu, banyak jurnalis yang hebat di kawasan Danau Toba, bahkan dari media mainstream. Hanya saja, aku yakin, tak semua punya keberanian untuk ikut berkompetisi. Terimakasih untuk Bank Indonesia, jajaran redaksi ninna.id yang sangat mendukung aku padahal aku termasuk jurnalis baru di ninna.id," katanya.

Pengumuman pemenang lomba karya tulis yang diselenggarakan KPw BI Sibolga telah dilakukan, Rabu (06/07/2022) lalu, di Creative Hub Pantai Indah Situngkir, Kabupaten Samosir.

 

Penulis    : Mahadi Sitanggang
Editor        : Mahadi Sitanggang

Serunya Buat Kerajinan Tangan di Indonesia Festival

Serunya Buat Kerajinan Tangan di Indonesia Festival




(Analisa/damayanti) MENGANYAM: Anak kelas II MIS sedang menganyam keranjang bersama Ibu Eka, Pengrajin Tikar Pandan


http://harian.analisadaily.com/liputan-sekolah/news/serunya-buat-kerajinan-tangan-di-indonesia-festival/116333/2015/03/15

Sejuk, hening, dan in­dah, begitulah suasana sa­­at Ana­lisa berkunjung untuk menyak­sikan acara Indo­nesia Festival (Indo­fest) yang berlang­sung selama sepekan mulai 9 sampai 14 Maret.Serunya ke­gi­a­tan kerajinan tangan dan menari di Medan Independent School (MIS).

Sangmin, siswa kelas 5, terlihat asyik menga­ny­am ke­ran­jang kecil bersa­ma Jo, sis­wa kelas 4. Me­re­ka berdua serius mem­per­ha­tikan Ibu Eka,­ Peng­rajin Ti­kar Pandan. “Aku coba ya Bu,” kata Sang­min de­ngan menampakkan wa­­jah se­rius kepada Ibu Eka agar memberinya ke­sem­pa­tan mengerjakan anya­man sen­diri. Begitu juga dengan Jo,yang tak mau ka­lah.­Me­reka ber­dua sangat fo­kus dengan pekerjaan me­reka.

Berbeda sekali dengan Marcello Sianipar, siswa kelas 5, beserta kawan-ka­­wan­nya yang sedang mem­buat mang­kuk dari ta­nah liat. Mereka ti­dak ha­nya asyik membuat ma­ng­kuk, tapi juga sibuk mem­­­­ban­dingkan hasil kre­a­si me­­reka masing-ma­sing.­“Aku bu­at sedikit aneh­­lah biar ja­ngan ada yang ambil punyaku. Aku buat beda dari yang lain ya Bu,” kata­nya kepada Bu Wati Pe­ngra­jin tanah liat.

Teman-teman Marcello pun jadi ikut-ikutan. Semu­la, tanah liat ditujukan un­tuk membuat mangkuk,mereka malah mem­­bu­at ukiran berupa ember, as­bak, dan lainnya. Bu Wati sampai kegelian lihat ha­sil karya mereka. Apalagi, be­be­rapa an­ak sangkin ge­mas­nya meli­hat tanah liat, menge­luarkan tena­ga  ber­lebihan ke ta­nah, me­nye­­babkan ceta­kan men­jadi miring. “Te­kan tanah­nya pa­kai pera­saan ya, nak. Jangan asal ditekan, nanti bisa rusak,’ kata Bu Wati sembari ter­senyum.

Di lokasi lain, ada anak-anak yang tengah berkon­sent­rasi tinggi untuk me­nger­jakan ukiran kayu bed nama.Mereka adalah Lan­riner,  dan kawan­nya yang pemalu. Keduanya me­ngha­biskan waktu cu­kup lama bersama Yon Riko dan Hot Boyma, ma­hasis­wa Uni­med Semester 4 Jurusan Seni Rupa. Untuk kerajinan yang satu ini me­mang peminatnya tidak ba­nyak.Sebab, an­ak-an­ak ha­rus benar-be­nar sa­bar dan me­mi­liki te­na­ga ektsra untuk menge­tuk or­na­men uki­ran yang ter­buat dari kayu sangat seru dan me­nye­nang­kan.

Melihat wa­­jah lucu,­ma­nis,­dan im­ut murid ke­las 1 sam­pai 10 di MIS,­ ber­ke­na­lan, ber­ma­in,dan se­mua ak­tivitas yang Analisa iku­tin satu per satu, mem­buat sua­­sa­na hati gem­bira.
Sebe­nar­nya masih banyak kegiatam, po­kok­­nya acara ini seru deh. ­Se­­moga di lain waktu ada aca­ra seru seperti ini. (Damayanti)

Rumah Belajar Hutaraja Hobi, Semangat dan Kepedulian untuk Danau Toba

  Samosir, NINNA.ID -Rumah Belajar Hutaraja adalah tempat belajar yang terletak di Kampung Ulos Hutaraja. Didirikan oleh Damayanti Sinaga se...