Menanti G20 Cegah Bencana Global
Tahun 2021 tercatat setidaknya 10
bencana alam mematikan. Dari 10 bencana alam mematikan tersebut, terdapat di 7
negara G20 di antaranya di Indonesia, Inggris, Amerika Serikat, China, Kanada,
Jerman, dan Turki, yang merupakan negara anggota G20. Fakta ini seharusnya
mendapat perhatian serius dari pemimpin G20.
Bencana alam terus
meningkatkan sejalan dengan
peningkatan populasi penduduk.
Namun, faktor kebrutalan manusia dalam mengeksploitasi sumber daya alam turut
memperparahnya. Menurut sejumlah ilmuwan, perubahan pada atmosfer bumi dan
samudra akibat ulah manusia telah menjadikan planet kita
tempat yang berbahaya karena bencana alam terjadi semakin sering dan
semakin parah. Jika tidak ada upaya guna
mengurangi penyebab bencana, penduduk bumi hanya akan
sibuk membantu korban bencana
silih berganti.
Jika tidak
ada upaya mendesak untuk
mengurangi intensitas bencana,
kita hanya akan
sibuk untuk membantu korban
banjir dan dana terkuras untuk ‘mengobati daripada mencegah’. Bukankah lebih
baik upaya dan
dana difungsikan secara
memaksimalkan untuk mencegah
bencana itu sendiri?
Untuk itu, sangatlah wajar
berkesimpulan solusi paling praktis untuk mencegah bencana adalah dengan
berinvestasi pada hutan. Maksudnya, menjaga, melestarikan dan memperbesar luas
hutan yang ada, khususnya yang ada di negara-negara G20. Ini termasuk
menghutankan kembali daerah yang sudah gundul dan kritis. Apalagi mengingat hutan terbesar di dunia
juga ada di negara G20. Di antaranya di Rusia, AS, Tiongkok, Brazil, Kanada dan
Indonesia.
Sasaran G20
Hal lain
lagi yang penting
dilakukan adalah meningkatkan
kesadaran masyarakat akan pentingnya
hutan. Masyarakat sendiri
harus tanpa pepohonan mereka tidak bisa hidup. Masyarat,
khususnya mereka yang hidup dekat hutan perlu diajarkan cara
memanfaatkan lahan hutan
tanpa harus melenyapkan pephonan di sana. Dua program
pemanfaatan hutan di antaranya ekowisata dan agroforestri.
Jika diartikan
secara singkat, ekowisata
artinya wisata alam.
Tapi, secara lengkap artinya
kegiatan pariwisata yang
berwawasan lingkungan dengan mengutamakan aspek
konservasi alam. Program
ini menghasilkan peluang
bisnis bagi penduduk setempat sekaligus menunjang konservasi hutan. Di
Rwanda, Afrika, promosi ekowisata yang
sukses dianggap telah
berhasil menyelamatkan populasi gorila gunung
karena hal itu
memberi penduduk setempat
sumber penghasilan
alternatif selain perburuan
gelap. Di seluruh dunia, ekowisata
telah turut berperan dalam kemajuan lingkungan serta sosial, dan
industri pariwisata tak dapat disangkal telah mendatangkan banyak keuntungan
finansial.
Selain ekowisata,
program agroforestri juga
perlu diajarkan kepada masyarakat, khususnya
mereka yang tinggal
dekat hutan. Program
agroforestri merupakan suatu sistem memadukan penanaman pohon dan
tanaman pangan atau padang rumput dengan cara yang aman secara ekologi. Di
Brazil, program ini berhasil menyelamatkan
hutan hujan tropis.
Para agronom di
sana berharap agar
seraya agroforestri semakin memasyarakat, penggundulan hutan pun semakin
lambat. Lewat program ini, masyarakat diajak untuk mencintai hutan.
Mengingat ada sejumlah
tempat-tempat menarik di negara-negara G20 yang ditetapkan sebagai Geopark
(Taman Bumi), seharusnya pemberian gelar Geopark itu menjadi momentum untuk
semakin melestarikan Geopark. Pemimpin G20, khususnya Indonesia perlu
menggelorakan semangat menghijaukan
penanaman pohon. Masyarakat perlu
diajarkan untuk punya
kebun sendiri di
tiap rumah mereka. Sehingga tiap rumah ada pohon yang
bisa membantu mengurangi pemanasan global