Mangrove Papua Berkontribusi Besar terhadap Iklim


Mangrove atau Hutan Bakau di Papua berkontribusi besar terhadap iklim dunia foto: Econusa

Mangrove atau hutan bakau berperan besar dalam menyerap emisi karbondioksia. Ilmuwan mengatakan daya serapnya terhadap karbondioksia lebih besar daripada hutan hujan. Kondisi iklim sekarang yang kacau balau mendesak dunia, khususnya pemerintah Indonesia untuk serius mempertahankan dan melestarikan mangrove.



Berdasarkan data dari KLHS dan berbagai sumber, jika dibandingkan dengan global. Hutan bakau Papua mencapai 1.053.843 hektar dibandingkan dunia 15.330.000 hektar. Jika dipersentasikan, Papua sendiri mewakili hampir 7 persen dari total mangrove di dunia. Papua juga mewakili lebih dari 30 persen total mangrove di Indonesia. Kontribusi Papua terhadap Indonesia dan global begitu besar. 

Hutan bakau Papua tidak hanya memberikan manfaat penyerapan emisi karbon dunia. Itu juga menjadi sumber mata pencaharian masyarakat. Ada banyak produk yang dihasilkan oleh warga setempat dari mangrove, seperti ikan, udang, dan aneka ragam lauk dari laut. Hutan bakau juga menyediakan bahan mentah untuk industri kertas, tekstil, kulit, dan bangunan. Selain itu, industri perikanan dan pariwisata juga mendapat manfaat darinya.

Terancam

Sekalipun memiliki segudang manfaat, luas hutan bakau terus menyusut. Sering kali, hutan bakau dibabat untuk menyediakan lahan bagi proyek-proyek yang tampaknya lebih menguntungkan, seperti pertanian dan perumahan. Banyak orang beranggapan bahwa rawa-rawa bakau hanyalah tempat yang berlumpur, berbau, dan menjadi sarang nyamuk, yang lebih baik disingkirkan.

Akan tetapi, sebenarnya, mengrove sangat bermanfaat, terlebih memelihara kehidupan. Akar-akar pohon yang khas mampu beradaptasi serta akar penyaring garamnya telah menghasilkan ekosistem yang kaya dan kompleks. Hutan bakau sangat penting bagi perikanan di pantai, industri barang-barang dari kayu, dan satwa liar.

Mangrovejuga melindungi daerah pantai dari erosi dengan meredam ganasnya amukan badai yang bisa saja menewaskan ribuan orang. Manfaat ini tidak bisa digantikan oleh apapun dan tidak ada tawar-menawar khususnya menyangkut nyawa manusia.

Keseriusan Pemerintah

Presiden Jokowi dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Iklim menghimbau dunia dalam menangangi krisis iklim. Dalam KTT yang dilaksanakan secara daring pada 2021 tersebut Indonesia menunjukkan keseriusan dalam menangangi perubahan iklim.

Tahun-tahun sebelumnya, pemerintah dunia juga menjadikan iklim sebagai isu paling penting dalam KTT. Salah satunya Perjanjian Paris 2015 pada KTT G20. Para pemimpin negara-negara G20 juga telah berkomitmen untuk mencapai netralitas karbon pada pertengahan abad 21.



Banyak KTT telah dilaksanakan dan perjanjian ditetapkan. Tapi, kita seolah pesismis, dan menantikan keseriusan pemerintah dunia, khususnya dunia dalam menyelamatkan iklim. Kita berharap pemerintah serius menangani masalah iklim. Serius dalam menjaga, merawat dan melestarikan hutan bakau. jasa hutan bakau jauh lebih besar daripada nilai bisnis apapun. Sebab, ketika bumi ini ‘sakit’, kita hanya akan melihat bencana terjadi dimana-mana. Bahkan sekarang, kita sudah mendengar bencana terjadi dimana-mana. Tidak hanya di Indonesia, begitu juga di beberapa negara.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan isi formulir

Easy Go Tour Travel Offers the Cheapest Packages to Explore Lake Toba

   Detail Information about the destinations Talking about Lake Toba is not limited to its waters. Lake Toba has many untold riches. One of ...