Perjalanan Buatku Sadar Pentingnya Punya Sahabat



 


Oleh: Damayanti
”Punya satu saja sahabat seumur hidup, itu sudah hebat; dua, sangat hebat; tiga, mustahil.”—Henry Brooks Adams.
Pernyataan seperti itu mengesankan punya sahabat sejati memang langka. Namun, tidak demikian halnya denganku. Aku bersyukur selalu menempatkan persahabatan sebagai hal penting dalam hidup. Itu karena berkali-kali perjalanan buatku sadar pentingnya punya sahabat.
Pelajaran hidup buatku sadar pentingnya sahabat saat kita bahagia maupun sedih, apalagi saat melakukan perjalanan. Tak soal lokasi wisata  mana yang akan kita tuju, penentu kebahagianku selama perjalanan itu adalah siapa kawanku jalan. Bagaimana tidak? Bayangkan kalau kamu jalan ke lokasi mewah dan keren tapi kamu tidak ada kawan jalan dan berbagi rasa. Atau kamu bersama kawan yang cuek, suka ngatur, egois dan negatif melulu. Pasti kamu kurang bahagia, kan? Ini kisahku.

Handphone Low Battery di Kuala Lumpur

Aku sudah persiapkan dengan jeli rencana perjalanan ini. Januari 2016 aku searching tiket pesawat promo. Akhirnya dapat tiket pulang pergi seharga Rp600ribu. Dengan nekat besar aku memutuskan melakukan perjalanan solo pertama kalinya ke Kuala Lumpur (KL) untuk berjumpa kawan-kawan. Perjalanan tersebut sekaligus bertujuan menghadiri sebuah kebaktian besar. Sekaligus juga mengeksplorasi ibukota Malaysia tersebut. Tak enak memang jalan seorang diri menuju KL tapi aku berusaha ngobrol dengan beberapa orang saat di Bandara Kualanamu, di pesawat, dan Bandara KLIA.

Tebak apa yang terjadi gitu nyampe di bandara? Handphoneku mendadak mati, aku berusaha mencari colokan listrik. Saat itu juga aku bongkar isi tasku. Lalu tebak apa yang terjadi? Aku lupa dimana letakkan chargernya. Perasaanku pun campur aduk. Aku kian cemas bagaimana mau hubungi sahabatku dan mencari rumahnya di Kota KL yang begitu luas. Untung saja, sahabatku juga ternyata berusaha menghubungi aku dan menanyakan informasi ke petugas bandara. Hampir satu jam di bandara dengan keadaan kalut. Tak lama kemudian aku berjumpa dengannya.
“Ah…akhirnya dia muncul,” kataku sambil berlari memeluknya.
Aku sudah sempat memikirkan hal-hal yang aneh bila tak jumpa dengan dia. Aku sempat cerita betapa cemas hatiku bila tak jumpa dia. Lalu kami pun tertawa sepanjang perjalanan menuju rumahnya.
Karena punya sobatku ini, aku lebih mudah mengelilingi Kota KL dan berfoto ria kesana-kemari. Aku jadi bebas berekspresi, leluasa menanyakan berbagai hal tentang KL. Tak lupa juga mencicipi kuliner di sana.
Aku dapat banyak kenalan pada saat kebaktian di sana. Jumpa dengan berbagai macam orang, cerita dan tertawa bersama mereka, buat liburanku makin seru.

Bayangkan saja kalau aku tak punya sobat dalam perjalanan, hanya bermodalkan uang untuk bayar sana sini, mungkin tak seseru yang ku ceritakan ini. Punya sobat klop itu benar-benar berikan warna tersendiri dalam perjalananku. Aku habiskan hari-hari liburku jalan-jalan dan hadiri kebaktian bersama sobatku ini. Masak, bersihkan rumah dan bertukar-cerita, saling mengisi satu sama lain. Nah, di situlah letak kebahagian hidup itu bagiku.

Berlibur di Hari Kejepit ke Palembang


Well, perjalanan lain yang buatku kian menyadari pentingnya sahabat saat aku berlibur di “hari terjepit” sedunia…haha.. Terjepit? Ya, karena liburnya Jumat. Jadi, aku sengaja berangkat dari Medan ke Palembang hari Kamis minta tolong kawan handle kerjaanku sehari. Jadi, aku bisa nikmati libur dari Kamis sampai Minggu. Aku juga mengandalkan tiket murah bulan itu dari situs skyscanner. Situs ini membantu banget bagiku dalam hal memilih maskapai mana yang tiket murah. Pasti kita nyari yang termurah, kan? Aku pilih maskapai Airasia karena situs skyscanner dengan cepat menampilkan maskapai tersebut dengan harga termurah.

Aku mendarat di Bandar Udara Internasional Sultan Mahmud Badaruddin II dijemput sama opung boru (nenek). Selebihnya, aku bepergian kesana-kemari bersama sobatku Atha Purba naik sepeda motor. Aku merasa beruntung sekali punya sobat yang bisa diajak keliling Palembang. Kalau bukan karena dia, mana mungkin aku bisa menikmati liburan di hari kejepit itu.

Bayangkan kami mengelilingi Kota Palembang hanya dalam dua hari saja. Pergi ke lokasi wisata, mal, dan bertemu dengan saudara/i. Jumpa sama kenalan baru, berbagi cerita, makan bersama, dan bercanda, itu buat semangat hidupku makin besar. Bertemu dengan kawan-kawan Kak Atha sungguh menyenangkan. Aku diperlakukan dengan baik oleh mereka semua. Itu buatku betah di Palembang, serasa berada di rumah sendiri, sampai-sampai aku lupa rumah dan kerjaanku di kantor.

Merdeka dari Beban Rutinitas

Perjalanan berikutnya yang paling buatku tak bisa lupa akan pentingnya persahabatan saat aku liburan sepekan ke Samosir. Dari Medan aku naik minibus sendirian ke Samosir. Rasanya, sepi dan tak enak sekali sendirian di mobil. Apalagi gak ada kawan yang enak diajak bicara. Soalnya ada bapak-bapak yang suka merokok, ada penumpang yang cuek dan suara hingar bingar.

Tapi suasana tersebut langsung berubah ketika aku berjumpa dengan Kak Lydia, Kak Sondang dan kawan lainnya. Aku benar-benar merdeka dari beban rutinitas. Aku sangat menikmati liburan bersama mereka. Menarik, dari sekian banyak hal indah yang ku temukan dalam perjalanan bersama mereka, satu paling ku ingat yaitu kasih persahabatan. Bagiku, itu yang paling berkesan dari semuanya.

Aku merasa sangat nyaman dan sukacita jalan bersama kawan-kawanku. Sukacitaku bukan karena nginap di hotel yang keren. Bukan juga karena bisa jalan ke lokasi wisata keren tapi kasih persahabatan itulah yang buat perjalanan kami begitu indah. Rasanya ingin setiap hari bisa pergi jalan bersama mereka.
Pantas saja seorang pakar pariwisata berkata begini,”Kebahagiaan seorang wisatawan bukan saja bersumber dari perjalanan itu tapi terletak pada bagaimana wisatawan itu diperlakukan”.
Aku merasa menjadi tamu dan sahabat paling istimewa selama liburan. Istimewa karena aku bisa curhat sama sahabat-sahabatku, bisa adu panco bersama..haha, cerita lucu, curhat dari pagi sampai ketemu pagi, dikusuk dan mengusuk sama-sama, mentel-mentelan, gaya-gayaan. Ya, pokoknya sampai kemana-mana pun sama-sama. Geli rasanya lihat tingkah laku kami yang rada ke kanak-kanakan.



 Hari-hariku dipenuhi canda tawa dan yang buat hidupku semakin hidup. Ini berbeda sekali dengan yang ku rasakan selama rutinitas kerja yang kadang menyusahkan. Apalagi menghadapi berbagai karakter orang-orang yang menyusahkan. Tapi untungnya, pelajaran hidup buatku sadar pentingnya punya sahabat. Dan lebih penting lagi selektif dalam memilih sahabat. Sebab, tak semua orang bisa dijadikan sahabat!


Cerita perjalanan ini sungguh tertanam dalam ingatanku. Dari sekian banyak hal yang ingin ku sebut, yang paling utama adalah cara sahabat-sahabatku memperlakukanku. Bagiku, dari situlah aku bisa menilai letak kematangan atau kedewasaan berpikir seseorang yakni bagaimana ia memperlakukan orang di sekitarnya. Jadi, pilihlah sahabat yang dewasa dan sehat cara berpikirnya! Tak soal kemanapun kamu pergi, tapi yang jadi pertanyaan penting adalah siapa kawan-kawanmu jalan?


Oya, tahun depan aku berencana jumpa sahabat-sahabatku di Sorong, Papua. Aku ingin benar-benar mengisi hidupku dengan berbagai perjalanan, petualangan, persahabatan, dan hal-hal seru lainnya. Skyscanner sudah menampilkan dengan mendetail semua jadwal penerbangan dan transit berbagai maskapai untuk keberangkatan Januari 2018. Tapi, harganya masih sangat mahal..hahaha. Aku perlu upaya ekstra untuk terus mengintip-intip situs Skyscanner. Semoga saja aku dapat harga tiket pergi paling murah di bawah Rp5juta.

Kalaupun tidak dapat karena gak sanggup dana, aku juga masih punya utang janji sama sahabatku di Batam. Aku juga bakal realisasikan rencana itu. Kalau masih ada uang lagi sekalipun sudah bokek…haha, aku berencana ke Jakarta.

Semoga saja terealisasi!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan isi formulir

Samosir Pilihan Terbaik bagi Kamu Berpetualang Jelajahi Eksotisme Danau Toba

Danau Toba sangat luas. Terdiri dari 8 kabupaten. Jika kamu hanya punya libur dua hari rasanya tak cukup untuk eksplorasi banyak hal di Dana...